Akibat Pendidikan Sekuler, Siswa Gemar Prank Teman



Oleh : Desta Humairah, S.Pd



Prank berujung maut yang menewaskan satu siswa SMAN 1 Cawas, Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Siswa tersebut di ketahui menjabat sebagai ketua OSIS di SMAN 1 Cawas. Perihal kejadian meninggalnya siswa tersebut, seluruh guru dan tenaga kependidikan SMAN 1 Cawas turut berduka cita. Prank tersebut di lakukan saat Fajar Nugroho, sapaan akrabnya ketika menjabat ketua OSIS ulang tahun yang ke 18 tahun pada Senin 8 Juli 2024. Teman-temannya ingin merayakan ulang tahun dengan memberikan kejutan kepada korban usai rapat kegiatan OSIS. Korban sempat memimpin rapat dan berjalan lancar. Alih-alih temannya ingin memberikan kejutan, tetapi berujung maut. 

Fajar Nugroho sebelum diceburkan dalam kolam sempat dilempari tepung terlebih dahulu. Setelah itu baru bersama teman-temannya diceburkan dalam kolam sedalam kurang lebih 1,7 meter. Alih-alih menyelamatkan diri, malah ia memegang paralon yang terdapat muatan listrik. Hal ini menyebabkan ia langsung meninggal di tempat kejadian. Temannya berusaha untuk menolongnya namun naas, temannya juga kesetrum tetapi bisa segera di tolong.

Perayaan ulang tahun yang kerap kali dilakukan bukan berasal dari Islam. Perbuatan siswa suka prank teman atau membuat kejutan ulang tahun yang tidak selayaknya merupakan salah satu kebiasaan yang sering dilakukan. Siswa kerap kali menggoda teman, membuat surprise hingga membohongi teman hanya untuk bahan gurauan. Hal ini tidak pernah diajarkan oleh kaum muslim terdahulu. Pasalnya perbuatan yang demikian merupakan budaya masyarakat barat yang kental dengan ruh sekulerisme (pemisahan agama dan kehidupan). Namun, mirisnya kebiasaan seperti ini dianggap biasa saja. 

Tidak hanya itu, banyak remaja saat ini berpikir impulsive dalam segala kondisi, yang mengakibatkan output perbuatan yang tidak baik. Mereka tidak pernah memfilter tindakannya. Seperti prank pada acara ulang tahun yang berujung maut. Mereka tidak memikirkan persoalan dan akibat jangka panjang terhadap perbuatannya. Kemudahan akses teknologi dan konten receh yang senantiasa disodorkan oleh media informasi di sistem sekuler membuat cara berpikir generasi menjadi sempit dan sangat dangkal dalam mengambil sebuah tindakan. Mereka terbiasa mengkonsumsi hal-hal remeh yang tidak membutuhkan pemikiran sehingga tidak terbiasa berpikir jauh kedepan. 

Buah Penerapan Pendidikan Sekuler di Tengah Masyarakat 

Pendidikan sekuler mencetak generasi yang memiliki pola pikir dangkal, impulsif, dan selalu mengikuti tren yang sedang trending topik. Entah tren tersebut memiliki manfaat atau tidak, mereka akan senang hati meniru. Penyebabnya karena masyarakat menormalisasikan budaya liberal. Pendidikan hanya berfokus pada pencapaian skill tanpa dibarengi dengan pondasi beragama Islam yang diemban setiap individu. Ketika pendidikan tidak di dasari dengan tsaqofah yang benar dan luas, maka akan mencetak generasi yang buta pengetahuan dan miskin moral. 

Era saat ini sangat terbukti kebobrokan pendidikan walaupun telah menerapkan kurikulum baru, yaitu kurikulum merdeka. Pendidikan yang berpusat pada pembenahan karakter nyatanya tidak berjalan dan tidak membuahkan hasil yang maksimal. Malah membuahkan permasalahan baru yang tidak tersolusi dengan benar.

Program pendidikan merdeka belajar hanya berfokus pada siswa yang memiliki skill bagus. Karena fokus pendidikan sekuler hanya pada materialistik saja. Sehingga melahirkan generasi siap kerja dan menjadi enterpreneur demi menggerakkan roda perekonomian bagi kapitalis. Di satu sisi, Islam sendiri dimonsterisasi oleh masyarakat yang mayoritas memeluk agama Islam. Islam seakan-akan menjadi musuh yang harus dijauhi karena adanya pernyataan radikalisme. Sehingga banyak pemuda yang enggan untuk belajar Islam dan menerapkan seluruh sendi-sendi keislaman dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa disadari, masyarakt telah mengakarkan kehidupan sekuler ala kapitalis terus menerus tanpa jeda. Sehingga masuk dalam pendidikan sekuler.

Pendidikan sekuler lahir karena sistem yang digunakan adalah sistem kapitalisme. Sistem kapitalis ini memiliki ruh yaitu sekulerisme (pemisahan antar agama dengan kehidupan). Wajar, jika masyarakat saat ini tidak menerapkan dengan benar Islam dalam kehidupan, termasuk dalam kehidupan pendidikan. Mengakibatkan sistem pendidikan yang memiliki ruh materialistik juga. Karena dipengaruhi oleh sistem kapitalis yang mengakar.

Penerapan Pendidikan Islam

Sejatinya, buah penerapan pendidikan sekuler akan senantiasa melahirkan generasi minim adab dan akhlak, buah dari sistem kapitalisme ini akan senantiasa menyebabkan kerusakan karena memang dasar dari sistem ini bukanlah berasal dari Allah SWT. Hal ini tentu saja berseberangan dengan Islam. Sistem Islam yang berlandaskan akidah Islam membuat sistem pendidikan akan diatur sebagaimana rupa termasuk kurikulum pendidikannya berlandaskan akidah Islam. Tidak ada pemisahan antara kehidupan dunia dengan agama menjadikan setiap individu yang lahir dari system ini punya ruh (kesadaran akan hubungannya dengan Allah). Pendidikan Islam melahirkan individu yang memiliki pola pikir (Aqliyah Islamiah) dan pola sikap (Nafsiah Islamiyah). Kepribadian Islam yang terbentuk pada generasi menjadikan pemudanya berpikir mendalam, memahami tanggung jawab, tanggap, jujur, amanah, dan tidak suka berbuat onar hingga merugikan orang lain. 

Sistem pendidikan Islam dapat mencetak generasi qurani, berakhlak, cerdas, terampil kreatif, inovatif, dan dapat membangun peradaban Islam sesungguhnya. Hanya dengan Islam, generasi emas dapat terwujud dibawah naungan Khilafah Islamiyah. Wallahu’alam bish-shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak