Oleh: Nita Nur Elipah
Baru-baru ini viral di media sosial soal nasib tragis yang menimpa seorang Ketua OSIS SMAN 1 Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Ketua OSIS berinisial FN, 18 tahun ini, meninggal dunia akibat tersengat listrik setelah diceburkan ke kolam di sekolah saat perayaan ulang tahunnya pada Senin, 8 Juli 2024.
Kepala Kepolisian Sektor Cawas Ajun Komisaris Polisi Umar Mustofa menuturkan, peristiwa tragis itu terjadi ketika korban dan teman-temannya yang tergabung dalam OSIS sekitar 30 orang melakukan pertemuan di sekolah.
“Sebelum diceburkan ke kolam, dikasih tepung dulu terus diangkut. Namun nahas, ketika akan berupaya naik ke permukaan, FN menginjak setrum dan akhirnya tidak terselamatkan nyawanya,” jelas Kapolsek Cawas AKP Umar Mustofa di Kabupaten Klaten.
Miris memang, yang niatnya akan memberikan kejutan yang menyenangkan bagi korban justru berujung targis merenggut nyawa. Teman-temannya mungkin tidak pernah mengira bahwa kejutan yang mereka berikan akan membuat penyesalan seumur hidup.
Hari ini, merayakan ulang tahun dengan memberikan kejutan memang sudah menjadi tren di kalangan remaja, tren ini juga bisa jadi merupakan bentuk eksistensi diri. Di usia mereka yang masih muda, mereka akan melakukan apapun demi ingin eksis di hadapan manusia lainnya agar keberadaan mereka diakui, dikenal bahkan populer, termasuk melakukan hal berbahaya.
Ini diakibatkan karena perilaku remaja hari ini seringkali dilakukan secara spontan, tanpa disertai pemikiran yang mendalam, karena ketidak pahaman mereka atas kaidah berpikir dan beramal, serta adanya pertanggungjawaban atas setiap perbuatan.
Demikian pula abainya atas resiko yang mungkin akan terjadi.
Juga seringkali perbuatan-perbuatan yang dilakukan mereka hanya sekedar untuk bersenang-senang dan jauh dari kata produktif.
Generasi muda saat ini khususnya remaja memang mudah sekali meniru, ini dilakukan juga karena mereka ingin mencari jati diri. Hal ini tentunya tidak terjadi secara tiba-tiba, tapi ada banyak faktor yang menjadikan mereka berbuat tanpa mencari tahu apa hukum dan tujuan dari perbuatan yang dilakukan.
Beberapa faktor tersebut yang pertama, karena kurangnya pemahaman Islam. Dengan lemahnya pemahaman Islam yang dimiliki, akhirnya menjauhkan pemahaman tentang Allah yang Maha Menciptakan, Allah yang Maha Mengatur, Allah tempat kembali, dan Allah akan meminta pertanggungjawaban atas semua yang kita lakukan di dunia ini.
Tanpa adanya kesadaran tersebut, manusia akan melakukan perbuatan sesuai kehendaknya tanpa memandang halal atau haram, baik dan buruk menurut Allah.
Faktor kedua, karena sistem pendidikan yang diterapkan saat ini. Sistem pendidikan yang ada hanya berorientasi pada capaian nilai akademik, bahkan dirancang ketika bersekolah targetnya adalah bisa menghasilkan materi semata.
Hal ini, tentunya tidak terlepas dari penerapan sistem kapitalisme yang diemban oleh negeri ini. Banyak dari kita yang terlupa bahwa akhlak, moral, dan tingkah laku generasi kita telah lepas kontrol sehingga bisa jadi banyak generasi yang pintar, pandai, sukses secara materi, tetapi lemah moral dan akhlaknya. Ini berlangsung secara terus menerus dan berulang.
Faktor ketiga yaitu adanya teknologi yang makin berkembang. Tidak kita pungkiri memang, kemajuan zaman saat ini memudahkan kita untuk mengakses informasi apapuns. Namun di sisi lain, tidak ada pengaturan informasi yang dapat membentengi dari kejahatan dan kemaksiatan.
Akibatnya, teknologi justru bisa menjadi racun bagi generasi. Tayangan-tayangan tentang gemerlapnya kehidupan para artis, tokoh ternama, bahkan kalangan apa pun, misalnya ketika sedang merayakan ulang tahun dengan pesta pora dan memberikan surprise, bebas dikonsumsi oleh siapa pun yang dapat mengaksesnya sehingga terpikir untuk meniru.
Generasi muda harusnya menjadi agen of change atau agen perubahan. Perubahan menuju arah yang jelas, perubahan agar negeri ini kelak di masa depan di pimpin oleh orang-orang hebat dan mampu mengemban amanah kepemimpinan dengan baik.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menjadikan generasi muda menjadi generasi terbaik. Yang pertama adalah dengan adanya ketakwaan individu. Setiap individu didorong untuk senantiasa taat, beriman, dan bertakwa kepada Allah Subhanahu Wata'ala.. Kesadaran bahwa manusia adalah ciptaan Allah, dan menjadikan setiap perbuatannya akan terikat dengan hukum Allah. Didorong untuk senantiasa menuntut ilmu dan terbiasa melakukan amal sholeh.
Yang kedua yaitu harus adanya kontrol masyarakat. Dimana masyarakat akan saling memberikan nasihat, dan amar makruf nahi munkar. Jika ada orang yang berbuat kesalahan atau kezaliman atau kejahatan, maka akan saling menasehati sehingga tidak akan menjadi pemakluman atau dianggap biasa ketika ada yang berbuat salah.
Yang tidak kalah penting adalah poin ketiga, yaitu adanya peran negara dalam menerapkan aturan yang datangnya dari Allah, yaitu penerapan hukum berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah. Negara yang menerapkan aturan Islam memiliki sistem pendidikan yang mengajarkan kaidah berpikir benar yang akan menghasilkan amal produktif yang dihasilakn dari berpikir mendalam.
Asas dari pendidikan nya adalah akidah Islam. Generasi muda akan di didik untuk memiliki kepribadian Islam. Yakni pola pikir dan pola sikapnnya islami, sesuai aturan Islam. Semua ini bisa terwujud ketika syariat Islam diterapkan secara kaffah dalam kehidupan yaitu khilafah sesuai metode kenabian.
Wallahu a'lam bishshawab.
Tags
Opini