Oleh: Ayu Susanti, S.Pd
Banyak yang mengatakan masa remaja adalah masa yang indah. Penuh dengan hal-hal baru dan rasa ingin tahu yang tinggi. Namun tidak sedikit perilaku remaja bersifat spontan sehingga kadang bisa menyebabkan hal-hal yang berbahaya. Seperti halnya kasus ketua OSIS yang meninggal usai diberikan kejutan ulang tahun oleh temannya.
SMAN 1 Cawas, Klaten, melakukan evaluasi dan pembenahan total menyusul insiden meninggalnya ketua OSIS sekolah tersebut akibat tersetrum di kolam ikan seusai mendapat kejutan ultah dari teman-temannya dengan ditabur tepung dan diceburkan ke kolam, Senin (8/7/2024). (soloraya.solopos.com, 10/07/2024).
Merayakan ulang tahun dengan kejutan sudah menjadi tren di kalangan remaja. Tidak sedikit para remaja memberikan berbagai macam bentuk kejutan kepada temannya yang sedang berulang tahun. Mulai dari ditaburi tepung, telur atau dengan aneka kejutan lainnya. Bisa jadi hal ini adalah bentuk ingin menampakan eksistensi diri.
Di sisi lain, perilaku remaja seringkali spontan, tanpa disertai pemikiran mendalam, karena ketidak pahaman atas kaidah berpikir dan beramal, serta tidak paham adanya pertanggungjawaban atas setiap perbuatan dan abainya atas resiko yang mungkin terjadi. Sehingga hal ini membuat remaja lebih cenderung bereaksi langsung tanpa dipikir terlebih dahulu.
Dari sini akhirnya seringkali remaja berbuat sesuatu hanya dilakukan untuk bersenang-senang dan jauh dari produktif. Remaja yang kurang diasah kemampuan berpikirnya dan tidak terbiasa berpikir mendalam akan cenderung berbuat santai dan sesukanya sendiri. Dan tidak bisa mengaitkan bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah, baik dan buruknya.
Sistem hidup kapitalisme - sekulerisme hanya bisa melahirkan para pemuda dengan profil seadanya tanpa memiliki kaidah berpikir yang benar dan mendalam. Pendidikan dalam sistem sekulerisme-kapitalisme hanya bisa mencetak generasi yang berpikir seadanya dan berorientasi untuk materi saja. Tidak ditanamkan bahwa akal harus dibiasakan untuk menilai benar dan salah sesuai aturan Sang Pencipta. Dan mampu untuk memilih mana hal-hal produktif dan tidak. Sehingga akan lahir generasi yang mampu berpikir mendalam dan cerdas dalam berbuat.
Berbeda halnya dengan Islam. Islam adalah aturan yang Allah berikan untuk manusia agar selamat dunia dan akhirat. Islam memiliki sistem pendidikan yang mengajarkan kaidah berpikir benar yang akan menghasilkan amal produktif yang dihasilkan dari berpikir mendalam. Sehingga manusia akan sangat berhati-hati dalam berbuat. Karena dia paham waktu yang dimiliki tidak boleh disia-siakan hanya untuk mencapai kesenangan belaka. Dan paham bahwa semuanya akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah kelak.
Oleh karena itu, jika kita menginginkan para pemuda termasuk remaja hanya disibukan dengan hal-hal produktif saja maka sudah seharusnya kita kembali kepada Islam kaffah.
Wallahu'alam bi-shshawab.
Tags
Opini