Oleh: Nur Sholeha
(Generasi Peduli Umat)
Ironis kenakalan remaja semakin hari semakin marak dan miris, ibarat jamur di musim hujan. Berbagai kejahatan mereka lakukan mulai dari pergaulan bebas, aborsi, narkoba, geng motor, tawuran hingga kejahatan-kejahatan lainnya. Salah satu bentuk kenakalan remaja yang amat meresahkan adalah tawuran disebabkan oleh angka yang terus naik dan korban yang terus bertambah. Mirisnya tawuran digunakan sebagai cara baru untuk mendapatkan cuan.
Seperti tawuran yang berulang di jalan Basuki Rahmat (Bassura) Cipinang Besar Utara Jatinegara, Jakarta Timur. Mereka membuat live streaming pada saat tawuran berlangsung, sehingga hal tersebut diduga sengaja dibuat untuk mendapatkan cuan melalui media sosial. Dengan meraih penonton yang cukup banyak hingga pastinya juga mendapatkan rupiah yang tidak sedikit. Fenomena inilah yang memicuh maraknya tawuran atau bahkan aksi–aksi lain yang lebih berbahaya dan mengancam keamanan di lingkungan masyarakat (Detik News, 30/6/2024).
Maraknya tawuran yang terjadi bukti gagalnya sistem pendidikan sekuler dalam mencetak generasi berkualitas. Sebab dalam kurikulum pendidikan dijauhkan dari aturan agama. Alhasil generasi bebas berperilaku kriminal sekalipun
Selain itu, orang-orang yang cenderung melakukan tawuran karena mereka tidak memiliki kegiatan atau tidak bisa bekerja, sehingga dengan keadaan seperti itu mereka tidak bisa mencari cuan. Maka tak ayal konten tawuran dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan para pelaku tidak peduli kontenya menyelakai orang atau dirinya sendiri. Sebab selama keuntungan yang didapat maka disitulah sumber kebahagiaannya.
Di sisi lain kurangnya pendidikan dalam keluarga. Sebab para ibu sebagai pendidik pertama dan utama di keluarga yaitu mendidik anak-anaknya berbasis akidah Islam serta dengan penuh kasih sayang sehingga lahir generasi yang kuat dalam mengarungi kehidupan masyarakat.
Demikian dengan negara akan sangat serius dalam menjaga akidah umat senantiasa hidup dalam ketaatan negara akan menyaring konten media di tengah-tengah umat, agar yang tersisa hanyalah konten positif dan bermuatan dakwah dan memberi hukuman kepada pelaku kekerasan.
Berbeda dengan sistem kehidupan sekularisme. Sistem kehidupan dalam Islam mengatur masyarakatnya untuk melandasi setiap aktivitasnya pada akidah Islam (aturan agama yang datang dari sang pencipta) sehingga segala perbuatan hanya disandarkan pada hukum dan aturan sang pencipta yang maha sempurna, dan menjadikan ridho Allah semata sebagai tolak ukur kebahagiaan dalam hidup yang akhirnya akan mengantarkan individu atau masyarakat yang hidup dalam sistem tersebut akan berbuat sesuai dengan fitrah manusia yang akan memberikan ketenangan pada diri individu dan masyarakat di sekelilingnya.
Sistem pendidikan Islam pun melahirkan generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam, para pelajar akan mengisi waktu berharga dengan menuntut ilmu demi keberkahan hidupnya mereka pun memahami bahwa cobaan hidup adalah wujud kasih sayang Allah pada seorang hamba.
Sistem Islam juga menanamkan akidah pada umat di seluruh lapisan masyarakat, mulai dari keluarga, masyarakat hingga negara. Sehingga seorang anak remaja akan memiliki akidah yang kuat dan sikapnya akan terikat dengan syariat, demikian pula para ibu yang memiliki akidah yang kuat akan membekali anak-anaknya dengan aturan agama yang kuat pada anak-anaknya sehingga akan lahir generasi yang kuat dan tangguh dalam mengarungi hidup.
Begitu pun dalam masyarakat, akan ada sistem kontrol yang kuat, tidak semacam sistem sekuler yang individualis. Dengan sistem Islam akan menumbuhkan sifat peduli pada sesamanya kemudian yang terpenting adalah peran negara sebagai institusi yang wajib memberikan perlindungan dan mengurus masyarakatnya serta selalu menjaga untuk hidup dalam ketaatan. Negara akan menfilter konten media yang akan sampai ke masyarakat, sehingga tidak akan memberi inspirasi buruk atau negatif kepada masyarakat.
Dan satu-satunya pilihan adalah dengan beralih pada sistem kehidupan Islam yang akan mengutamakan umat pada keluhuran hidup dan sistem pendidikan Islam melahirkan generasi cemerlang pembangun peradaban. Wallahu alam bis shawwab.