Oleh: Tari
Tawuran antar remaja menjadi fenomena yang semakin mengkhawatirkan di Indonesia, dengan motif utama mencari keuntungan ekonomi dan popularitas. Berdasarkan laporan dari Detiknews, Radar Bogor dan IDN Times, tawuran seringkali terjadi di lokasi publik dan melibatkan remaja dengan usia yang sangat muda, seperti yang dilaporkan terjadi di Bassura, Bogor dan Jawa Timur.
Fakta-Fakta yang Mendasari Tawuran
Menurut Detiknews, tawuran di Bassura, Jakarta Timur, mencatat kekerasan fisik yang mengakibatkan kerusakan harta benda dan bahkan luka-luka pada beberapa individu. Demikian pula tawuran yang dilaporkan Radar Bogor, keberadaan geng motor yang terlibat dalam tawuran di Bogor, termasuk anggota yang masih berusia 13 tahun. Di daerah lain, yakni di Jawa Timur, IDN Times mengabarkan penangkapan enam remaja yang hendak melakukan tawuran.
Mirisnya, saat ini tawuran juga didorong oleh keinginan untuk mencapai keuntungan atau "cuan" dengan cara yang kurang etis, sering kali melibatkan persaingan untuk mendapatkan popularitas di media sosial sebagai konten yang ditayangkan secra live. Fenomena ini mencerminkan kekosongan moral yang dalam di kalangan generasi muda, di mana nilai-nilai keadilan, empati, dan kesabaran sering kali terpinggirkan.
Hal ini mencerminkan kegagalan sistem pendidikan sekuler dalam mengajarkan nilai-nilai moral yang kokoh dan bertanggung jawab. Kurikulum pendidikan yang tidak berbasis moral-religius sering kali gagal dalam membimbing generasi muda untuk menghargai kehidupan manusia, memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan membangun masyarakat yang damai dan harmonis.
Dalam Islam, pendidikan memiliki tujuan mulia untuk membentuk karakter yang kuat dan moral yang tinggi. Anak-anak diajarkan untuk menghormati hak-hak orang lain, menyelesaikan konflik secara damai, dan menghindari tindakan kekerasan. Pendidikan Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada harta atau popularitas semata, tetapi dalam ketaatan kepada Allah dan manfaat yang dibawa kepada masyarakat.
Solusi mengatasi tawuran menurut pandangan Islam. Pertama, kurikulum pendidikan moral berbasis Islam. Sekolah dan lembaga pendidikan harus mengintegrasikan pendidikan agama Islam yang kuat dalam kurikulum mereka. Ini meliputi pembelajaran tentang nilai-nilai seperti keadilan, kasih sayang, tolong-menolong dan perdamaian. Kedua, pendidikan keluarga. Orang tua memiliki peran utama dalam membentuk karakter anak-anak. Mereka harus memberikan contoh yang baik dan mendidik anak-anak mereka tentang prinsip-prinsip Islam, serta memberikan perhatian yang cukup terhadap aktivitas dan pergaulan anak-anak. Ketiga, penegakan hukum yang adil. Pemerintah dan aparat penegak hukum harus menegakkan hukum secara adil dan konsisten terhadap pelaku tawuran. Ini termasuk memberikan sanksi yang tegas dan mendidik pelaku tentang konsekuensi dari perilaku mereka. Keempat, pemberdayaan komunitas. Komunitas lokal, termasuk lembaga keagamaan dan organisasi masyarakat sipil, perlu bekerja sama dalam menyediakan kegiatan positif bagi remaja. Ini dapat meliputi program pengembangan diri, pelatihan keterampilan, dan kegiatan sosial yang membangun karakter.
Dengan menerapkan pendekatan yang komprehensif ini, diharapkan dapat mengurangi insiden tawuran dan membentuk generasi muda yang lebih bertanggung jawab, beretika, serta dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sesuai dengan syariat Islam. Wallohualam bishowab.
Tags
Opini