Solusi Food Waste Hanya Dalam Sistem Islam




Oleh : Hasna Hanan

tirto.id - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mencatat potensi kerugian negara akibat susut dan sisa makanan (food loss and waste) mencapai Rp213 triliun-Rp551 triliun per tahun. Angka ini setara dengan 4-5 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Dan berdasarkan riset juga,  Indonesia kehilangan 23–48 juta ton makanan yang terbuang (food loss and waste/FLW) per tahun sejak 2000-2019. Mayoritas makanan yang terbuang itu bersumber dari padi-padian dengan proporsi sebesar 44%.

Angka itu merupakan gabungan dari food loss (pangan yang terbuang pada tahap produksi, pascapanen/penyimpanan, dan pemrosesan/pengemasan), serta food waste (pangan yang terbuang pada tahap distribusi/pemasaran dan sisa konsumsi).

Selain itu dipaparkan juga oleh Bappenas bahwa ada beragam hal yang mendorong timbulnya sampah makanan.

1. Dari sisi produksi dan distribusi, sampah makanan muncul akibat teknik panen yang kurang baik, produksi berlebih hingga menyebabkan kebusukan, ruang penyimpanan pascapanen yang kurang optimal, sampai kualitas wadah/kemasan yang buruk.

2. Kemudian dari sisi konsumsi, sampah makanan muncul akibat perilaku sebagian masyarakat yang berlebihan dalam belanja dan menyajikan makanan di rumah. 

"Di sebagian masyarakat Indonesia ada pemahaman 'lebih baik lebih daripada kurang', hal ini juga berlaku terhadap penyajian dan pembelian pangan," kata tim Bappenas.

"Sebanyak 50,18% responden kajian (survei kuesioner) mengkonfirmasi bahwa kelebihan porsi makanan, khususnya makanan yang dikonsumsi di rumah, menjadi faktor utama yang menyebabkan adanya sisa makanan," lanjutnya.

Dampak Food loss Dan Food Waste Merusak lingkungan 

Menurut Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, jutaan ton sampah makanan itu seharusnya dapat menghidupi 61-125 juta orang Indonesia.

Tidak hanya itu dampak dari menumpuknya sampah makanan tersebut (mubazir makanan) dapat merusak lingkungan  dan krisis iklim.

Ketika sampah makanan dari mubazir makanan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), sampah itu membusuk dan melepaskan metana dalam jumlah yang besar.

Gas metana ini merusak lapisan ozon dan merupakan salah satu emisi gas rumah kaca (GRK) dengan dampak yang sangat luas dan merusak  dimana pada 2015 mencapai 17,9 miliar metrik ton setara karbon dioksida.

Kapitalisme Menyuburkan Konsumerisme 

Sistem kapitalisme sekuler menjadi biang budaya konsumerisme tumbuh subur menghinggapi pemikiran kaum muslimin, paham materialisme yang memunculkan menumpuk makanan dan akhirnya menjadi sampah makanan serta dari sektor industri pangan yang gagal dalam mengantisipasi kerusakan dalam menjaga kualitas penyimpanan hasil panen, ini menunjukkan bahwa sistem ini tidak mampu menyelesaikan persoalan food loss dan food waste, dan lebih amazing lagi adalah Indonesia menempati peringkat keempat di dunia dengan food waste atau mubazir makanan paling banyak di dunia pada 2020.

Selain itu ini juga menunjukkan bukti buah penerapan sistem kapitalisme sekuler  jauh dari akhlak islam dari sisi pendidikan sekuler yang diterapkan tidak menciptakan manusia yang berkepribadian Islam, di sisi lain hal ini juga menggambarkan adanya mismanajemen negara dalam distribusi harta sehingga mengakibatkan kemiskinan dan ketimpangan yang sangat jauh curam antara sikaya dan simiskin serta banyak problem lain seperti kasus beras busuk di gudang bulog, pembuangan sembako untuk stabilisasi harga, dll

Rusaknya sistem kapitalisme dalam menyelesaikan problem solving food loss dan food waste ini maka secara pasti butuh solusi sistem lain  yang aturannya akan mampu mengurai setiap problem tersebut dan tidak lain adalah sistem Islam.

Islam Problem Solving food loss Dan Kemiskinan 

Islam punya aturan terbaik dalam mengatur konsumsi dan juga distribusi sehingga terhindar dari kemubadziran dan berlebih-lebihan,
Dengan pengaturan yang cermat, akan terwujud distribusi yang merata dan mengentaskan kemiskinan, dan food waste dapat dihindarkan

Dalam sistem Islam akan diatur terkait bagaimana setiap individu muslim terpenuhi kebutuhannya, bukan berdasar pada keinginan hawa nafsu yang ta terkendali sehingga boleh dengan sesuka hati menumpuk makanan yang berlebih dan akhirnya terbuang 

Maka setiap individu muslim diberikan pemahaman untuk saling peduli dengan sesama saudara muslim, saling berbagi dan tolong menolong ketika ada saudaranya yang kekurangan dalam memenuhi kebutuhan akan segera ditolong, sebagaimana hadits Rosululullah tentang tetangga
Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya." (HR At-Thabrani

Dalam hadist yang lain terkait dengan distribusi harta maka Rosululullah telah memberikan mekanisme zakat yang  didalamnya ada hak bagi rakyat miskin, sebagaimana Rosululullah dalam hadits riwayat Imam Bukhari bersabda: “Zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka lalu didistribusikan kembali kepada kaum miskin di antara mereka,”.

Begitu pula dalam sistem pendidikan islam, maka akan  mampu mencetak individu yang bijak bersikap termasuk dalam mengelola dan mengatur konsumsi makanan, bukan sebaliknya yang berfoya-foya tanpa aturan, sebagaimana sistem sekuler kapitalisme saat ini.

Semua solusi sampah makanan mubazir ini akan bisa selesai hanya dengan penerapan sistem Islam Kaffah dalam bingkai kekuasaan institusi khilafah,  yang akan meriayah rakyat dalam  memenuhi kebutuhannya dan kesejahteraannya yang semuanya dijamin oleh seorang kholifah(Daulah Islam).

Wallahu'alam bisshawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak