Oleh : Wahyuni Mulya
(Aliansi Penulis Rindu Islam)
Mabuk kecubung menewaskan dua orang di Banjarmasim, Kalimantan Selatan (Kalsel). Kedua korban diketahui mengoplos kecubung dengan alkohol dan obat-obatan. Dampak buruk dari konsumsi tumbuhan kecubung kembali memakan korban. Puluhan warga di Banjarmasin Kalimantan Selatan, sampai harus dirawat di rumah sakit jiwa akibat mengonsumsi tumbuhan tersebut. Bahkan, dua orang di antaranya dilaporkan meninggal.
RSJ Sambang Lihum, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, telah menerima 44 orang pasien peristiwa kecubung maut. Dari total 44 pasien, 7 di antaranya menjalani rawat jalan.
Kepala Seksi Humas RSJ Sambang Lihum, Budi Harmanto menyatakan hingga saat ini sudah 44 pasien yang ditangani. Psikiater RSJ Sambang Lihum, Firdaus Yamani, mengatakan pihaknya memberikan obat penenang untuk pasien. Kemudian, mereka juga diberikan obat intoksikasi supaya racun cepat keluar dari dalam tubuh melalui proses ekskresi. Untuk penanganan, pasien diberi suntikan agar mereka lebih tenang. Selain itu juga diberikan obat diuretik biar sering kencing, sehingga zat-zat kecubung cepat keluar.
Kecubung Jadi Kambing Hitam
Kecubung yang memiliki bahasa ilmiah datura metel ini mengandung berbagai senyawa kimia beracun seperti alkaloid tropane, termasuk scopolamine, atropin, dan hiosiami. Senyawa tersebut memiliki efek berbahaya bagi tubuh. Efek yang paling banyak terjadi yakni munculnya halusinasi dan delirium.
Efek lainnya, dapat menyebabkan gangguan sistem saraf. Senyawa dalam kecubung dapat memengaruhi sistem saraf pusat yang dapat menyebabkan kebingungan, disorientasi (tidak paham lingkungan sekitar), agitasi (gelisah dan gugup), dan berperilaku agresif.
Konsumsi kecubung dengan obat-obatan ketika digunakan dalam kombinasi yang tidak tepat alias overdosis menjadi sangat berbahaya. Tanda-tanda overdosis termasuk ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi, suhu tubuh tinggi, takikardia, pelebaran pupil, perilaku kekerasan, bahkan kematian.
Kebahagiaan Semu
Fenomena mabuk kecubung menegaskan bahwa perilaku generasi muda saat ini telah rusak. Nampak yang mereka konsumsi adalah kecubung dengan tujuan untuk euforia dan halusinasi. Meski sebenarnya yang mereka dapatkan hanyalah kesenangan palsu dan sementara. Mabuk kecubung menunjukkan rusaknya generasi dalam menjalani kehidupan termasuk dalam menyelesaikan masalah, juga lemahnya ketahanan mental.
Semua ini tidak lebih dari akibat sistem yang sekuler, yang tidak memiliki visi untuk melindungi generasi dari bahaya sistemik. Hal ini terlihat dalam sistem pendidikan sekuler yang justru digunakan untuk melahirkan generasi-generasi yang pragmatis, instan, dan bermental lemah. Generasi yang berakhlak mulia hanya sekedar omongan belaka. Ini jelas sebuah bencana.
Akibat Rusaknya Sistem
Hal ini menggambarkan kegagalan sistem pendidikan sekuler dalam mencetak generasi berakhlak mulia, dan justru mencetak generasi dengan perilaku liberal. Sistem pendidikan sekuler telah mengesampingkan aspek keimanan yang semestinya menjadi pedoman hidup dan standar kebahagiaan seorang individu dalam menjalani kehidupan. Pantas saja hasilnya adalah segerombolan generasi rusak dan lemah yang sampai-sampai tidak mampu untuk mengenali jati diri, potensi, juga arti hidupnya.
Di samping itu, marak dan berulangnya fenomena mabuk kecubung jelas seolah ada restu dari masyarakat. Kendati mungkin ada keresahan, tetapi rasa resah itu tidak mampu membuat masyarakat bergerak untuk berperan aktif menghentikan fenomena mabuk kecubung di kalangan kaum muda, terutama di daerah yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Fenomena ini justru menjadi jejak yang banyak diikuti. Sungguh semua ini membuktikan betapa tatanan sosial kehidupan masyarakat kita berantakan dengan kerusakan di berbagai sisinya. Munculnya permasalahan baru tidak lantas membuat penguasa sigap dan bergerak cepat menuju titik solusi.
Dalam hal ini, bekal keimanan harus dimiliki oleh seorang individu muslim untuk selanjutnya ditumbuhsuburkan di dalam sistem pendidikan Islam yang tidak hanya menghasilkan generasi berkepribadian Islam, tetapi juga tangguh, bermental baja, serta menyadari dan mampu melaksanakan kewajiban untuk mengemban dakwah. Islam memiliki sistem pendidikan berkualitas yang mampu mencetak generasi berkepribadian Islam, bermental kuat dan produktif. Keimanan yang dimiliki juga akan menuntun penggunaan berbagaai bahan alami secara bijak sesuai tuntunan syariat.
Tags
Opini