Oleh : Salis F Rohmah
Pernyataan seorang Menteri yang menyarankan mahasiswa memakai pinjol untuk bayar uang kuliah menuai kritikan. Pasalnya hal tersebut dirasa mengakibatkan masalah baru. Seperti yang disampaikan oleh pengamat kebijakan publik Universitas Trisakti Trubus Rahardiansah mengatakan,
"Tentu tidak tepat karena memaksa mahasiswa untuk menjadi nasabah pinjol. Padahal mahasiswa ini adalah orang yang dihadapkan untuk generasi pemimpin berikutnya," (dikutip dari Tempo).
Trubus juga menduga kalau nanti kebijakan pembayaran UKT pakai pinjol diterapkan, pemerintah akan bekerjasama dengan bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Jadi berasal dari uang negara APBN juga. Ini bentuk potensi korupsi dan penyimpangan menutupi kedok akhir masa jabatan," ujarnya.
Kebijakan bayar UKT pakai pinjol juga berpotensi menyebabkan nasabahnya mangkir sehingga membuat kerugian uang negara.
Selain itu bagi pihak mahasiswa maupun orang tua juga bisa dirugikan. Karena peluang untuk mangkir ada hingga lulus kuliah pun bisa terjadi. Bagaimana jika tunggakan mahasiswa tersebut belum terlunasi sampai dia lulus atau saat kerja bahkan menikah? Tunggakan ini bisa jadi beban lagi mengingat hari ini fresh graduate saja sulit untuk mencari pekerjaan. Belum lagi beban keuangan yang lain setelah dia lulus mahasiswa seperti kehidupan sehari-hari, biaya kesehatan, asuransi dll. Bisa jadi status mahasiswanya selesai namun tunggakannya masih melekat. Nauzubillah min dzalik. Benar-benar ini menambah masalah.
Pernyataan menteri yang demikian pro pada pembayaran UKT dengan pinjol juga menjelaskan bahwa pemerintah memang ingin lepas tanggung jawab. Permasalahan UKT dinilai hanyalah tanggung jawab individu atau orang tua, bukan urusan negara. Padahal jelas bahwa pendidikan adalah hak semua warga negara yang harus difasilitasi oleh pemerintah. Untuk apa pemerintah diadakan jika tidak hadir untuk menangani masalah UKT malah dilempar ke pinjol.
Disadari atau tidak memang kehidupan kita hari ini dibelenggu paradigma kapitalistik. Negara juga tidak berfungsi mengayomi rakyat. Peran negara berubah hanya membuat regulasi semata untuk kepentingan kapitalis. Bukan mayoritas rakyat menengah ke bawah yang dilayani, tapi para pengusaha besar yang terus dibuatkan regulasi untuk menggemukkan diri. Akhirnya kesenjangan ekonomi pun tak terelakkan. Pinjol yang marak di kalangan masyarakat dan malah disarankan oleh pemerintah membuktikan gagalnya negara mensejahterakan rakyatnya.
Paradigma kapitalistik yang hari ini menyengsarakan rakyat harus segera dihapus dan diganti dengan paradigma Islam. Sifat rakus yang pasti dimiliki oleh sistem kapitalisme akan terbatasi jelas dengan sistem Islam yang tegas mengatur manusia. Islam dengan seperangkat aturan dari Sang Pencipta menjadikan negara sebagai pihak yang bertanggung jawab penuh akan kehidupan rakyat termasuk pendidikan. Terbukti di masa kejayaan Islam -di mana Islam diterapkan secara kaffah- mampu melahirkan banyak ilmuwan jenius. Coba tengok siapa manusia pertama yang bisa terbang, bapak dokter bedah yang ilmunya dipakai hari ini, para ulama mahzab. Mereka seorang muslim yang luar biasa dikembangkan potensinya karena dukungan penuh dari negara khilafah Islamiyyah.
Di masa itu pun tidak ada pejabat abal-abal. Karena hukum Syara' tegas tidak dapat diubah oleh manusia rakus. Malah banyak lahir pejabat yang keimanan dan ketaqwaan yang luar biasa, benar-benar melayani masyarakat karena Allah. Hal ini tentunya didukung dengan ekosistem yang memang menghidupkan taqwa bukan kerakusan individu yang diutamakan.
Orang cerdas yang bertaqwa jelas sangat dibutuhkan oleh negeri ini. Mereka harus hadir berkontribusi menyelesaikan problem yang sistemik negeri. Tentu paradigma Islam harus dimiliki negara jika memang ingin mencapai tujuan pendidikan yang melahirkan ilmuwan cerdas yang bertaqwa. Tidak hanya orang-orang yang mengaku cerdas tapi tanpa iman hingga akhirnya justru banyak mengelabuhi rakyat. Maka semua pihak harus berbenah.
Semua kesulitan hidup yang kita hadapi hari ini sangat mungkin karena kita meninggalkan aturan hidup yang sudah digariskan Pencipta kita.
Wallahu alam bishshawab.
Tags
Opini