Oleh : Ulya Fikriyyah
(Pemerhati Generasi)
Miris kata yang menggambar kehidupan hari ini. Bagaimana tidak, kasus demi kasus terus berulang. Misalkan, baru-baru ini kasus pencabulan siswi Sekolah Dasar (SD) berusia 13 tahun di Baubau, Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra) yang dilakukan 26 orang rata-rata anak di bawah umur alias masih berstatus pelajar ( CNNIndonesia.com, 26-06-2024).
Sungguh miris, pelajaran yang harusnya menjadi penerus bangsa untuk membawa pada peradaban mulia, justru menjadi aktor kejahatan yang merusak masa depan orang lain. Hal ini tidaklah mengherankan sebab sistem kapitalisme telah merusak moral dan fitrah manusia. Sistem kapitalisme menjauhkan manusia dari agama mereka. Alhasil, lahirnya generasi-generasi yang minus akhlak. Salah satunya, perbuatan mereka tidak sejalan dengan aturan yang dibuat oleh Sang Pencipta.
Ketika dirinci, ada beberapa faktor terjadinya kejahatan tersebut berulang yang disebabkan karena penerapan sistem kapitalisme.
Pertama, kurikulum pendidikan yang salah. Dalam sistem kapitalisme ini ternyata banyak generasi muda yang berhenti sekolah dengan dalih ekonomi yang tak tertangani. Menurut mereka lebih baik bekerja demi kebutuhan hidupnya daripada untuk melanjutkan pendidikannya. Memang di sistem kapitalisme ini, biaya untuk pendidikan sangat lah mahal. Bahkan untuk mendaftar kedokteran, biaya yang dikeluarkan kisaran 18 - 20 juta rupiah. Pemerintah yang dianggap sebagai pemegang kekuasaan pun cukup abai pada rakyatnya. Dengan Bertebarannya iming-iming pemerintah ingin memberikan masyarakatnya beasiswa, justru malah menjadi angan semata.
Di sisi lain, walaupun ada yang mampu untuk mengenyam pendidikan. Generasi yang dihasilkan pun tidak seperti generasi pada masa kejayaan Islam silam, yakni memiliki akhlak yang mulia. Hal ini terjadi karena kurikulum pendidikan sekuler hanya mengutamakan materi. Lulusan yang dihasilkan hanya difokuskan untuk memenuhi ranjang industri, bukan untuk mencetak generasi yang cemerlang. Alhasil, tidak heran banyak generasi yang rusak moralnya akibat pendidikan yang salah.
Kedua, lingkungan dan sircle yang toxic. Pergaulan bebas kini telah menggerogoti setiap pribadi generasi muda. Bahkan, tidak ada batasan interaksi antara lawan jenis. Dengan senangnya hura hura tanpa memikirkan syariat Islam, Naudzubillahi min dzalik. Hal ini karena dalam sistem kapitalisme mengadopsi prinsip kebebasan. Asalkan suka dan tidka menganggu privasi orang lain itu tidak masalah.
Ketiga, korban broken home. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada 28 Februari 2024, jumlah perceraian pada 2023 sebanyak 463.654 kasus." Melalui akun website Republika.co.id. Sabtu, (20/7). Dari perceraian tersebut anak mengalami dapresi. Hingga ia akan mencari ketenangan di tempat seperti club malam. Dari situlah kemudian ia mempunyai kebiasaan yang buruk, atau bahkan rusak, sircle pertemanannya pun akan toxic.
Inilah gambaran sistem kapitalisme yang justru membawa kehancuran bagi generasi. Hal ini berbeda ketika Islam diterapkan dalam sendi kehidupan manusia. Dalam daulah Khilafah Islamiah, pendidikan masyarakat sungguh terjamin. Sarana yang diberikan oleh khalifah sangat lah berkualitas. Hingga melahirkan generasi penerus yang memiliki fitrak yang mustanir (cemerlang). Sistem pendidikan dirancang untuk menjadikan generasi yang taat akan perintah Allah. Kehidupan disandarkan pada syariat dan rida Allah, bukan yang lainnya. Hal hasil ketika mereka taat itu akan menjadi benteng mereka dalam bertindak.
Di sisi lain, Islam menerapkan sistem pergaulan. Dalam Islam interaksi antara laki-laki dan perempuan terpisah, kecuali dalam ranah pendidikan, muamalah, dan kesehatan. Dengan demikian, selain dalam 3 hal tersebut tidak dibolehkan laki-laki yang bukan mahram menjalin interaksi. Ketika ada laki-laki yang menjalin hubungan dengan perempuan, maka akan diterapkan sanksi yang menjerakan.
Kemudian, islam juga menerapkan sistem yang yang tegas dan keras serta menjerakan. Bukan seperti saat ini yang sangat tidak adil dan tidak memberikan efek jera. Sanksi yang diberikan bagi pemerkosa adalah rajam atau dikubur hidup-hidup dan dilempari batu hingga mati. Dengan demikian, sanksi dalam Islam akan membuat efek jera baik bagi pelaku maupun orang lain.
Oleh karenanya, sousi satu satunya dari permasalahan ini adalah tegaknya sistem Daulah Khilafah Islamiah. Dengan begitu, akan datang berbagai solusi karena sumbernya sudah tentu benar yaitu al qur'an dan sunnah. Bahkan Sang khalifah tak akan membiarkan masalah mendatangi rakyatnya. Wallahu a'lam bishawab.