Ilusi Keadilan dalam Sistem Demokrasi



Oleh : Neng Nur



Di tengah hiruk-pikuk dunia yang gemerlap oleh janji-janji manis demokrasi, kita sering kali terjebak dalam ilusi bahwa keadilan adalah tujuan yang bisa dicapai melalui sistem yang dikendalikan oleh kapitalisme dan sekulerisme. Namun, sadarkah kita bahwa demokrasi yang diagung-agungkan itu justru menjadi medan subur bagi ketidakadilan, di mana kekuatan modal dan kepentingan pribadi menguasai setiap aspek kehidupan kita?

Kapitalisme, dengan segala mekanismenya, menjadikan manusia sebagai alat untuk meraih keuntungan tanpa batas. Di bawah sistem ini, hanya segelintir orang yang menikmati kemewahan, sementara sebagian besar lainnya terpuruk dalam kemiskinan dan ketidakberdayaan. Mereka yang memiliki modal besar bisa membeli kekuasaan, hukum, bahkan moralitas. Kapitalisme menciptakan jurang yang dalam antara yang kaya dan miskin, dan dalam jurang itulah keadilan terbenam, tak pernah menyentuh permukaan.

Sekulerisme, di sisi lain, memisahkan agama dari kehidupan publik, mengasingkan nilai-nilai spiritual dari urusan duniawi. Dalam dunia sekuler, agama dianggap sebagai urusan pribadi, tidak relevan dalam pengambilan keputusan politik, ekonomi, atau sosial. Akibatnya, nilai-nilai moral dan etika yang sejatinya harus menjadi dasar kehidupan bernegara menjadi luntur. Hukum dan kebijakan yang dibuat tanpa landasan moral hanya akan melahirkan kebijakan yang tidak adil dan tidak berpihak pada kemanusiaan.

Berbagai kasus kriminalitas yang terjadi di negeri ini tidak mendapatkan sanksi tegas, yang mengoyak nurani keadilan masyarakat, di antaranya kasus asusila ketua KPU Hasyim asyari dan kasus Ronald tannur.
Hal ini menggambarkan sistem hukum yang jauh dari keadilan, dan tidak memberikan efek jera. Bahkan hukum dikatakan tajam ke bawah tumpul ke atas
Ini menjadi bukti lemahnya hukum buatan akal manusia yang diterapkan hari ini. Wajar karena manusia adalah makhluk yang lemah, terbatas, dan sering terjebak pada koflik kepentingan. Inilah gambaran sistem hukum dalam demokrasi, yang bahkan juga membuka celah terjadinya kejahatan.

Namun, di tengah gelapnya ketidakadilan yang melingkupi dunia ini, ada satu cahaya yang tetap bersinar terang: Islam. Islam bukan hanya sekedar agama yang mengajarkan prinsip-prinsip ibadah untuk individu. Islam adalah sistem kehidupan yang komprehensif, yang mengatur setiap aspek kehidupan manusia – mulai dari individu, keluarga, masyarakat, hingga negara.

Dalam Islam, keadilan adalah pilar utama yang tidak bisa ditawar-tawar. Keadilan dalam Islam bukan hanya sekedar retorika atau janji manis yang kosong, tetapi ia diwujudkan dalam setiap hukum dan aturan yang Allah SWT turunkan. Islam mengajarkan bahwa setiap manusia, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau etnis, berhak mendapatkan keadilan.

Islam menegakkan keadilan dengan berpedoman pada aturan Allah, Dzat yang Maha Mengetahui dan Maha Adil. Islam memiliki sistem sanksi yang tegas dan menjerakan, yang berfungsi jawabir dan zawajir. Islam juga memiliki definisi kejahatan dan sanksi yang jelas, juga Upaya pencegahan yang menyeluruh, dan penegak hukum orang yang Amanah dan bertakwa pada Allah

Mari kita bangkit dari keterpurukan ini. Mari kita perjuangkan keadilan sejati di bawah naungan Islam. Karena hanya dengan Islam, dunia ini bisa menjadi tempat yang lebih baik, lebih adil, dan lebih bermartabat. Keadilan dapat dimulai dari sini, dari kita yang percaya bahwa hanya dengan Islam, keadilan bisa benar-benar tegak dan dirasakan oleh semua.

Wallahu a'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak