Oleh : Ummu Aqeela
Generasi Z (Gen Z), yakni mereka yang lahir antara 1997 dan 2012, kini semakin banyak yang terjebak dalam pusaran pekerjaan ekonomi gig, salah satunya ojek online (ojol), baik penuh waktu maupun paruh waktu. Fenomena ini didorong oleh tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z, minimnya keahlian dan peluang mencari pekerjaan alternatif, serta iming-iming gaji yang lebih tinggi dan fleksibilitas waktu kerja yang ditawarkan oleh ojol.
Salah satunya Ardhia, seorang perempuan berusia 26 tahun yang ditemui Tirto di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu (10/7/2024). Sebagai bagian dari "generasi sandwich" yang harus menanggung biaya orang tua dan adiknya, Ardhia menjadikan ojol sebagai pekerjaan sampingan. Hari itu, selepas bekerja sampai petang, ia berencana lanjut "narik" ojek daring (ojek online) atau ojol sampai sekitar pukul setengah satu pagi.
“Jadi intinya kenapa punya side job ya karena bertahan aja sih menjadi generasi sandwich. Dengan, istilah lebay-nya ya, masih membawa sejuta mimpi gitu. Karena ngewujudin mimpi kan perlu budget ya. Mimpinya gratis tapi ngewujudinnya, masa cuma pakai doa?” celetuk Ardhia diselingi tawa, saat bercakap-cakap dengan Tirto, Rabu (10/7/2024).
Harus kita sepakati bahwa pengangguran merupakan salah satu masalah utama diberbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Pengangguran yang terjadi dapat berdampak pada stabilitas sosial hingga ekonomi sebuah negara.
Penyebab pengangguran di antaranya yaitu pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih kecil daripada pertumbuhan angkatan kerja, jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja, kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja, atau bahkan terjadi pemutusan hubungan kerja atau PHK.
Efek negatif dari pengangguran adalah berkurangnya tingkat kemakmuran, semakin turun tingkat kesejahteraan masyarakat karena menganggur akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan, karena tidak memiliki pendapatan atau minim pendapatan dengan banyak tuntutan seperti fakta kasus diatas.
Dari sini sudah terlihat rakyat dibiarkan secara mandiri dalam memenuhi kebutuhannya, sementara negara bertindak hanya sebagai regulator. Di samping itu pemilik modal yang besar dilegalkan pemerintah untuk mengolah sumber daya alam yang sejatinya milik rakyat, negara hanya menarik pajak dari mereka sedang rakyat? Hanya kebagian gigit jari saja.
Apabila ada pekerja dari negeri sendiri pun hanya di gaji dengan upah minimum sehingga tidak cukup untuk kebutuhan bersama keluarganya. Dengan adanya sistim seperti ini, rakyat akan terus mengalami kemiskinan dengan ada dan tidak adanya pekerjaan. Karena hasil akan tetap menjadi pemilik modal. Inilah wajah kapitalisme yang telah bersumbangsih besar dalam gelombang pengangguran di negeri ini.
Dalam Islam ada beberapa langkah yang akan dilakukan oleh seorang pemimpin dalam mengatasi pengangguran, karena pemimpin merupakan penanggungjawab atas kepengurusan rakyatnya. Sebagaimana dalam sebuah hadits yang menyatakan bahwa :
“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)
Adapun langkah pertama yaitu dalam bidang pendidikan. Pendidikan dalam negara yang menerapkan syariat islam akan dengan mudah di dapatkan bahkan gratis. Tidak hanya itu rakyat itu dibebaskan untuk memilih sesuai dengan potensinya, termasuk memberikan keahlian atau keterampilan kepada rakyat terutama bagi laki-laki yang memiliki kewajiban bekerja, bukan seorang perempuan.
Kedua, menyiapkan sarana dan prasarana bagi semua rakyat terutama laki-laki agar mau bekerja. Seperti memberikan modal dengan cuma-cuma dan lainnya.
Ketiga, kewajiban bekerja hanya untuk laki-laki saja, ini semua demi menghilangkan persaingin antara tenaga perempuan dan laki-laki. Kecuali pekerjaan yang mengharuskan dilakukan oleh perempuan.
Keempat, sektor industri dalam Islam akan lebih banyak menyerap tenaga dalam negeri dan dikelola oleh negara langsung. Dengan tujuan agar rakyat mudah mendapatkan pekerjaan dan tidak ada yang menganggur.
Dengan beberapa langkah di atas Islam mampu menyelesaikan angka pengangguran, dengan demikian kesejahteraan akan dirasakan oleh seluruh umat, bukan hanya umat Islam namun juga selainnya.
Wallahualam bishowab.