Anak Durhaka, Potret Suram Kapitalisme

Oleh : Haura (Pegiat Literasi)


Orang tua adalah orang yang paling mulia dan harus dihormati seorang anak. Tidak ada satu kebaikan yang dilakukan seorang anak untuk membalas jasa orang tuanya. Apalagi membiarkan diri untuk menjadi anak durhaka. 

Allah telah perintahkan manusia untuk berbuat baik kepada orang tuanya sebagaimana Firman Allah dalam surah Luqman ayat 14,

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

Artinya: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."

Berbeda dengan kasus-kasus yang terjadi belakangan ini sebut saja seperti kasus di Duren Sawit Jakarta seorang aya tewas dibunuh anak kandungnya karena kesal kerap dimarahi dan dikatai anak haram. Adapula Anak di Lampung yang menghabisi Ayahnya penderita stroke karena kesal minta diantarkan ke kamar mandi dan masih banyak kasus serupa yang tidak terungkap media.
Sungguh memilukan perilaku manusia sudah gila, orang tua yang seharusnya dihormati, dimuliakan dan dijaga malah menjadi target tindakan kejahatan anaknya bahkan yang masih belia. Kehidupan kapitalis seperti sekarang ini telah berhasil membentuk jiwa anak bermental kriminal, tidak beradab, pembenci, tidak berperi kemanusiaan jauh dari jiwa menyejukkan. 

Landasan kehidupan sekularisme kapitalis yang memisahkan agama dari kehidupan dan materi menjadi tujuan telah turut andil dalam membentuk perilaku anak tidak memahami kewajiban birrul walidain sehingga tumbuh menjadi anak durhaka.

Sekularisme kapitalis berhasil merusak pandangan dan tujuan hidup manusia sebenarnya sehingga melahirkan manusia-manusia yang jauh dari Allah SWT, miskin iman, kosong jiwa dan tidak mampu mengendalikan emosinya. Pendidikan dan peraturan yang diterapkan dalam Kapitalisme menjadi sebab fitrah dan akal manusia tidak terjaga.

Berbagai kesulitan hidup terhadap ekonomi dan gaya hidup bebas ala Sekularisme Kapitalis telah membuat relasi orang tua dan anak tidak lagi terjaga, proses perkembangan anak setiap fasenya pun rentan hilang sehingga dengan mudah merobohkan fungsi keluarga. Keluarga yang seharusnya menjadi pendidik, pelindung, memberikan kenyamanan, keamanan, kedamaian dan kebahagiaan ternyata semua itu tidak didapatkan karena orang tua dan anak sibuk dengan dunianya masing-masing demi terpenuhinya kebutuhan hidup, tidak mampu membangun komunikasi dengan baik apalagi menciptakan kehangatan dan kedamaian justru sebaliknya berubah menjadi sumber kemurkaan dan kebencian. Anggota keluarga berubah bagai sosok yang menakutkan. 

Selain itu, lemahnya hukum dan sanksi yang diterapkan memicu maraknya kasus-kasus kriminal yang dilakukan anak terhadap orang tua sehingga anak tidak memiliki rasa takut untuk memperlakukan orang tua semena-mena. Inilah bukti kesuraman dan kegagalan Sekularisme Kapitalis dalam membentuk generasi bermartabat yang mampu memanusiakan manusia.

Maraknya perlakuan kriminal anak terhadap orang tua menjadi tolak ukur dalam menatap generasi ke depan. Sungguh memberikan dampak negatif bagi tumbuh kembangnya generasi. Berbagai upaya untuk mencegahnya telah dilakukan seperti penyuluhan, Undang-Undang Perlindungan Anak dan sebagainya namun fakta nya kasus penganiayaan anak terhadap orang tuanya malah makin subur. 

Islam memiliki aturan sempurna dalam mengatur hubungan anak dengan orang tuanya. Hukum syara sebagaimana surat al-Isra ayat 23 telah menetapkan untuk berbuat baik pada ibu bapak dengan sebaik-baiknya dan jika seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Gambaran anak yang tertera dalam surah tersebut tidak mungkin terwujud tanpa didukung orang tua yang memahami hakikat kehidupan serta pendidikan dan sistem yang berlandaskan Islam atau dikenal dengan Khilafah. 

Sistem Islam memberi edukasi sejak dini kepada anak tentang kewajiban birrul walidain dan adanya pahala jika melakukannya. Berbagai upaya dilakukan untuk memahamkan anak bahwa birrul walidain merupakan pelaksanaan hukum syara. Begitu pula para orang tua di edukasi tentang pola pengasuhan yang baik dan benar terhadap anak-anaknya. Media-media yang dimiliki negara dipenuhi dengan tayangan yang menguatkan keimanan jauh dari pelanggaran-pelanggaran hukum syara.

Selain itu, negara juga menyediakan kebutuhan hidup sehari-hari dengan mudah, murah dan gratis. Keluarga tidak disibukkan dalam urusan memenuhi kebutuhan hidup semata karena semua telah dicukupi oleh negara. Keluarga fokus membangun keharmonisan dan kehangatan bersama keluarga hingga melahirkan generasi yang berilmu, bermartabat, penuh karya dan prestasi untuk mengukir peradaban dunia sebagaimana generasi pendahulu pada masa keemasan Islam, lahir para intelektual dan ilmuwan yang mahir dalam segala bidang seperti Imam Syafii, Ibnu Sina, Al-Farabi, Al- Khawarizmi, dan lainnya . Di samping itu, negara menindak tegas ketika ada pelanggaran syariat. Sehingga takut untuk melakukan kemaksiatan, dan berlomba-lomba untuk melakukan aktifitas kebaikan. Allaahu A'lam bishshawwab. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak