Oleh : Elly Waluyo
(Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)
Tolak ukur kesuksesan dalam sistem kapitalisme bersandar pada materi bersinergi dengan landasan sekuler yang menaunginya sehingga mendorong individu untuk meraup materi sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan halal dan haram cara memperolehnya. Segala hal dijadikan ajang bisnis dalam segala aspek baik di tingkat pemerintahan maupun di tingkat masyarakat. Siapa yang bertanggung jawab dan siapa yang berkewajiban sebagai penyedia layanan, dan pemberi perlindungan menjadi kabur karena sibuk mencari keuntungan sendiri-sendiri. Oleh sebab itulah suatu keniscayaan jika sampai hari ini kebebasan dalam dunia digital semakin tak terbendung, begitu banyak konten-konten membahayakan akidah dan unfaedah yang diunggah, hanya demi follower yang berujung materi.
Aksi tawuran dijadikan konten untuk mendapatkan cuan disinyalir terdapat pada aksi tawuran antar warga didaerah Cipinang Besar Utara Kecamatan jatinegara, Jakarta timur. Aksi yang dilakukan oleh warga RT 01 dan RW 02 dengan membawa senjata tajam, batu dan petasan tersebut dipicu hanya karena saling ejek antar kelompok. Namun ketika dipertemukan untuk mediasi oleh pihak Polres Jakarta Timur dan kecamatan, mereka kebingungan akar permasalahan yang mendasari terjadinya tawuran dan saling menyalahkan karena selama ini mereka saling mengenal. Agung selaku lurah Cipinang Besar Utara (CBU) mengungkapkan bahwa pelaku aksi tawuran tersebut kebanyakan bukan warga CBU dan terdapat provokasi pihak luar yang memancing warga. Dia juga menambahkan ada dugaan bahwa aksi tawuran tersebut hanya dijadikan konten dalam media sosial, karena diketahui mereka melakukan live-in saat beraksi tawuran sebelum melakukannya melakukan koordinasi melalui media sosial. Agung juga meminta kepada pihak kepolisian untuk menindak lanjuti dugaan penggunaan obat-obatan terlarang dan minuman keras sebelum melakukan tawuran, hal tersebut disebabkan para pelaku tawuran terlihat tidak kenal takut saat beraksi (https://news.detik.com : 30 Juni 2024)
Konten-konten unfaedah dan merusak semakin merajalela di dalam media sosial, dibuat secara ngawur hanya demi viewer dan follower untuk mendapatkan cuan. Perilaku buruk generasi saat ini adalah akibat dari penerapan sistem kufur sekuler kapitalis yang memisahkan agama dari kehidupan dan menitikberatkan kesuksesan serta kebahagiaan pada materi semata sehingga mendorong mereka melakukan segala sesuatu sekehendak hatinya.
Akibatnya kesopanan, adab, rasa malu, rasa tanggung jawab, serta rasa takut mereka terhadap dampak dari perbuatan-perbuatan tercela tersebut semakin lama semakin hilang, yang ada adalah generasi yang kebingungan akan jati dirinya, kebingungan untuk mencari-cari cara demi menunjukkan eksistensi dirinya. Selain itu, jauhnya tatanan kehidupan dari agama ini pulalah yang memandang tujuan pendidikan untuk keberhasilan intelektual lebih diutamakan daripada pendidikan agama.
Pendidikan agama dianggap sebagai pendamping, tidak dijadikan sebagai dasar dalam pendidikan baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam intitusi pendidikan. Akibatnya mereka tidak memahami bahwa segala perilakunya akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
Berbanding terbalik dengan sistem pendidikan dalam sistem Islam, dimana agama diposisikan sebagai dasar dalam pendidikan baik di lingkungan keluarga, masyarakat, dan negara. Akidah yang mendasari keyakinan dirinya sebagai hamba Allah ditanamkan sejak dini untuk membangkitkan kesadaran dalam benaknya bahwa segala sesuatu yang dilakukannya haruslah terikat dengan syariat sepanjang hidupnya. Sehingga selalu terbersit rasa takut kepada Allah ketika hendak melakukan perbuatan keji dan munkar.
Pendidikan kecakapan hidup yang berpedoman pada syariat diberikan untuk membekali generasi dalam menghadapi dan memecahkan persoalan dalam hidupnya baik yang berkaitan dengan dirinya, maupun masyarakat dalam koridor syariat. Eksistensi diri generasi menjadi jelas yaitu sebagai muslim yang beriman dan bertakwa. Taat pada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sehingga masyarakat yang saling ta’awun, amar ma’ruf nahi munkar tercipta. Pendidikan berbasis akidah ini merupakan tanggung jawab negara dalam menyediakannya karena posisinya dalam sistem Islam sebagai pelayan dan pelindung umat. Demikianlah sistem Islam dalam melindungi dan mewujudkan generasi cemerlang yang mampu mendobrak peradaban menjadi peradaban cemerlang.
Tags
Opini