Oleh : Aksara Adhikari
(Pelajar Kota Bogor)
Tawuran masih saja berulang. Belum hilang ingatan warga, tawuran antara SMAN 7 dan SMK 3 Kota Bogor. Kini warga dikejutkan dengan kabar pengamanan 8 siswa bersenjata tajam yang diduga akan melakukan tawuran. Pengamanan tersebut dilakukan setelah pihak kepolisian menerima laporan warga. (Kompas, 28/5/24)
Tawuran seakan jadi aktifitas rutin yang dilakukan para pelajar saat ini. Tak terikat waktu dan tempat, kesalahan sekecil apapun akan jadi pemantik untuk mereka. Bahkan bagi beberapa pelajar sekolah tertentu, mereka menganggap tawuran sebagai sebuah kewajiban. Apalagi dengan anggapan bahwa tawuran akan menguatkan atau memunculkan eksistensi mereka. Bahwa mereka adalah laki-laki yang kuat dan tidak gampang diinjak-injak. Maka aktivitas tawuran berusaha untuk diwajarkan oleh mereka.
Berbagai macam kerugian pun tidak lagi difikirkan. Baik, kerugian secara materil maupun non materil. Mulai dari nama baik, luka fisik maupun luka mental yang ditimbulkan, bahkan sampai bisa merenggang nyawa. Nyatanya, tawuran terus saja berulang.
Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Dua diantara sekian banyak faktor adalah tidak adanya sanksi tegas yang diberikan kepada para pelaku, karena dianggap masih di bawah umur. Mereka hanya dinasehati dan dilaporkan ke orang tua nya masing-masing. Kedua adalah sistem pendidikan sekolah yang hanya memprioritaskan nilai akademik, minim pendidikan agama dan pembentukkan kepribadian/akhlak.
Dua faktor utama di atas muncul karena adanya aturan sekuler kapitalisme yang diterapkan oleh negara. Inilah akar permasalahan dari tawuran yang semakin merajalela. Maka, mau tak mau sistem sekuler inilah yang mengendalikan seluruh sistem lainnya, pendidikan termasuk diantaranya. Dengan sistem pendidikan yang berasaskan sekuler kapitalis, maka output yang dihasilkan pun tak akan benar. Mereka tak peduli pada nilai-nilai agama, bahkan bersikap apatis terhadap nya. Mereka hanya mengejar eksistensi tanpa tau kepribadian semacam apa yang dikehendaki oleh Islam.
Jadi, solusi dari permasalahan tawuran bukan hanya penertiban dan pemberian sanksi minimalis kepada para pelaku. Melainkan dengan mengganti sistem rusak (sekular kapitalis) dengan sistem yang menjadikan pendidikan sebagai sarana untuk membentuk individu yang berkepribadian Islam/ berakhlak mulia. Yakni Islam.
Sistem Islam yang diterapkan secara menyeluruh dalam bentuk kekhilafahan, akan membentuk pendidikan yang ideal bagi para muridnya. Tidak hanya mementingkan materi, sistem Islam akan membentuk pribadi yang idealis, berkepribadian Islam dan senantiasa bercita-cita untuk bermanfaat bagi umat dan kejayaannya.
Tak hanya sistem pendidikan, sistem pensangsian nya pun akan diterapkan sesuai dengan aturan-aturan Islam. Dimana anak yang sudah baligh akan dikenakan hukuman sebagaimana yang diterapkan pada orang dewasa. Dengan cara seperti ini, maka para pelaku tawuran inipun akan merasa jera sehingga tidak lagi mengulangi aksinya. Begitupun dengan orang-orang yang menyaksikan hukuman, mereka pun tidak akan berani melakukan hal yang sama. Dengan semua hal di atas, sungguh permasalahan tawuran ini akan segera terselesaikan.
Jadi, apakah masih mau menjadi budaknya sistem sekuler kapitalis?
Wallahu A'lam bis Shwwab
Tags
Opini