Oleh: Sri Runingsih/ Aktivis Dakwah
Saat ini PHK massal hampir terjadi dimana-mana. Satu demi satu pabrik Industri padat karya, seperti tekstil, garmen, hingga alas kaki yang ada di Indonesia menghentikan operasionalnya bahkan mengalami penutupan. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pun mulai terjadi.
Akan tetapi bukan hanya para buruh (pekerja) saja yang merasakan dampaknya, melainkan warga yang berada di sekitar pabrik yang tutup itu pun ikut terkena imbasnya.
Contohnya saja disalah satu lokasi pabrik yang sudah tutup di provinsi Jawa Barat (di pantau dari CNBC Indonesia, kamis 13 Juni 2024) sudah tidak ada lagi aktivitas pekerja yang sebagian besarnya menggantungkan penghasilan dari pabrik tersebut. Namun kini yang terlihat hanyalah sisa bekas lapak penjual yang sudah ditinggalkan.
Komarudin (seorang kepala dusun yang tempat tinggalnya persis disebelah pabrik) mengatakan bahwa ia telah menjual beberapa kontrakan miliknya karena para buruh sudah tidak ada lagi yang tinggal disitu akibat telah di PHK dari pabrik yang sudah tidak beroperasional itu lagi.
Selain Komarudin, bahkan keluhan yang sama pun dirasakan oleh pemilik usaha katering dan tukang ojek yang mengalami kesulitan akibat para buruh pabrik langganan mereka sudah tidak bekerja lagi. Hingga mengakibatkan usaha mereka pun mulai bangkrut. (CNBC Indonesia)
Miris memang melihat kondisi saat ini, dimana Pemutusan Hubungan Kerja mulai terjadi lagi di berbagai daerah di Indonesia, yang dampak besarnya bahkan dirasakan oleh orang-orang dari golongan kecil.
Namun apa mau dikata, tidak ada kejelasan apapun atas tutupnya pabrik-pabrik tersebut. Sebagai pekerja (buruh) maka mau tidak mau harus mengikuti keputusan yang dibuat, walaupun keputusan tersebut perih adanya.
Lalu apa yang harus mereka lakukan kalau dimana-mana banyak pabrik yang mulai tutup, sementara kebutuhan hidup harus terus terpenuhi. Padahal untuk mencari pekerjaan yang lain tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Apalagi ditengah sistem kapitalis sekuler saat ini yang menjadikan tamatan (pendidikan) sebagai syarat diterimanya pekerjaan, walau begitu pun masih banyak yang memiliki pendidikan namun juga belum mendapatkan pekerjaan.
Beginilah akibat dari bobroknya sistem kapitalis sekuler yang dianut di Negeri ini, hingga kesejahteraan rakyat bukankah menjadi tujuan utamanya. Melainkan bagaimana cara agar negara mendapat keuntungan walaupun harus bekerjasama dengan investor asing, sekalipun rakyat yang menjadi imbasnya.
Solusi Islam:
Dalam hal ini, pemerintah seharusnya lebih memberikan perhatian lagi kepada rakyatnya, terutama dalam hal mata pencaharian, jangan sampai rakyat kehilangan pekerjaannya. Karena pemerintah seharusnya bertanggung jawab penuh atas rakyat yang dipimpinnya.
Didalam kepemimpinan Islam, seorang Khalifah (pemimpin) akan membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya untuk ummat (rakyat).
Bahkan jual beli dalam sektor riil pun akan dipermudah , seperti sektor pertanian, perdagangan, industri, dan juga jasa. Tidak hanya itu, ummat juga akan dipermudah dalam membuat usaha.
Apalagi Indonesia kaya akan sumber daya alamnya, bila saja pengelolaannya sesuai dengan Islam, maka tidak akan ada masyarakat yang terancam kehilangan pekerjaan. Karena Negara berhak dalam hal pengelolaan Sumber Daya Alam tersebut dengan melibatkan rakyat sebagai sarana pekerjaan untuk mereka begitu pula dengan hasilnya yang kemudian dikembalikan kepada rakyat. Artinya tidak boleh ada investor asing di dalamnya.
Negara juga akan memberikan modal dari keterampilan, informasi, hingga infrastruktur sekalipun, termasuk pula tidak akan ada lagi pungutan pajak yang memberatkan rakyat.
Sungguh, Islam lah satu-satunya solusi dari segala problematika kehidupan saat ini, tentu saja dalam bingkaian khilafah Islamiyyah. (NarasiPost.Com)
Wallahu a'lam bisshowwab