Penulis: Sumeilina, S.Pd
(Aktivis Muslimah Lubuklinggau)
Kasus seorang ibu yang membuat video vulgar bersama dengan anak kandung mulai merebak ditengah-tengah masyarakat. Sejauh ini, sudah ada dua ibu muda yang akhirnya ditetapkan sebagai tersangka, mereka adalah AK (26) dan R (22).
Kepada pihak polisi, mereka mengaku nekat untuk melakukan hal itu karena sudah terperdaya serta diiming-imingi uang oleh teman Facebook atas nama Icha Shakila, mereka dijanjikan akan diberikan sejumlah uang jika mereka mau menuruti si pelaku. Maka terkait hal ini, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak menghimbau kepada masyarakat untuk senantiasa lebih bijak dalam menggunakan media sosial. (Liputan6, 9/6/24).
Akhir-akhir ini media sosial sedang digemparkan oleh video ibu-ibu muda yang sedang melakukan pelecehan seksual terhadap anaknya hingga video itu viral dan dilaporkan, akhirnya ditelusuri ternyata ibu-ibu muda tersebut nekat melakukan hal tak senonoh karena diiming-imingi uang 10-15 juta jika mereka mau melakukan hal itu namun ternyata hasilnya zonk uang tak kunjung dapat video sudah viral ke mana-mana, aksi nya pun mengundang amarah geram dan bikin geleng-geleng kepala, apalagi setelah mendengar alasannya dalam melakukan hal tersebut demi mendapatkan uang.
Sebagian orang menyayangkan hal tersebut dan menganggap ibu-ibu ini tak bisa menggunakan media sosial secara bijak dan mudah percaya dengan tipuan-tipuan media sosial. Namun sebagiannya lagi miris karena ibu-ibu tersebut nekat melakukannya karena himpitan ekonomi saat ini maka mereka pun rela melakukan apapun demi mendapatkan uang secara instan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari sekalipun hal itu membahayakan keluarganya. Inilah sedikit potret kejam nya dari output yang dihasilkan negara kapitalis ketika semua dikapitalisasi akal sehat pun tak bisa berjalan lagi. Ekonomi yang melambung tinggi mampu menghilangkan marwah sorang ibu dan perannya yang notabenenya adalah melindungi dan menjaga anak-anaknya dari kejahatan dunia, namun karena sudah dikapitalisasi maka hilanglah kehormatan dan perannya sebagai ummu warobatul bait.
Media sosial yang kini sudah berkembang pesat pun sudah berhasil menggerus kewarasan seorang ibu, media sosial saat ini bukan hanya sekedar penghubung komunikasi namun sudah menjadi alat untuk melakukan tindakan kejahatan dan penipuan yang merugikan orang lain, tentu saja setiap tindakan mereka ada alasannya yaitu sama-sama ingin mendapatkan uang, dan lagi-lagi ini semua karena kita hidup diatas sistem yang salah yang sama sekali tidak mengurusi masyarakatnya, masyarakat selalu menjadi alat untuk sebuah kebijakan baru yang ternyata bukan untuk rakyat tapi para kapitalis yang haus akan kekuasaan dan melancarkan bisnis-bisnis para oligarki.
Peristiwa ini sudah mencerminkan dari gagalnya sebuah sistem pendidikan yang mencetak individu yang berkepribadian Islam yang mana seharusnya siap dalam mengemban amanah sebagai seorang Ibu, di sisi lain menunjukan lemahnya peran negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat sehingga seorang Ibu bisa tega dalam melakukan tindakan maksiat hanya demi sejumlah uang. Pendidikan keluarga yang berbasis sekuler inilah yang mampu menghilangkan fitrah seorang Ibu uang menjadi satu-satunya alasan saat kesejahteraan tidak lagi menjadi prioritas utama negara.
Sistem sekuler kapitalis kini sudah sangat nyata kebobrokannya masyarakat pun sudah menyadari dan merasakan efek dari sistem rusak ini namun mereka tak bisa berbuat apa-apa negara seakan tidak peduli dengan penderitaan mereka, katanya kebijakan itu untuk mempermudah urusan rakyat namun malah sebaliknya rakyat selalu menjadi korban dari bengisnya peraturan negara sekuler. Peran negara dalam setiap masalah pun sedikit bahkan tidak ada sama sekali, jika sudah begini tidak ada lagi solusi yang hakiki kecuali dengan diterapkannya syariat Allah yang jelas-jelas sempurna dalam pengaturannya.
Islam memiliki sistem pendidikan sempurna dan handal dalam mencetak Ibu dan generasi yang sesuai dengan fitrahnya. Pendidikan dalam keluarga berlandaskan dengan ketakwaan, begitupun sistem ekonomi dalam Islam tentunya amat baik dan memberikan jaminan "Kesejahteraan untuk Para Pencari Nafkah" Karena sejatinya pemimpin negara itu adalah meri'ayah atau mengurusi urusan umat nya sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wassalam
الإِمَامُ رَاعٍ وَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Imam (Khalifah) itu laksana penggembala dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR Al-Bukhari)
Wallahu'alam bishshawab
Tags
Opini