Oleh: Nita Nur Elipah
Baru-baru ini publik dikejutkan dengan beredarnya video asusila yang dilakukan seorang ibu kepada anak laki-lakinya yang masih kecil. Dalam video tersebut sang ibu melakukan perbuatan tak senonoh dan tak pantas.
Adanya kasus pembuatan video vulgar bersama anak kandung memang marak akhir-akhir ini. Sejauh ini, total ada dua ibu muda yang ditetapkan sebagai tersangka. Adapun, mereka adalah AK (26) dan R (22).
Kepada polisi, mereka mengaku nekat melakukan hal itu karena terpedaya iming-iming dari teman Facebook atas nama Icha Shakila. Terkait hal ini, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak mengimbau kepada masyarakat untuk lebih bijak pada saat menggunakan media sosial.
Melihat kasus seperti diatas tentunya sangat miris dan tak habis fikir. Bisa-bisanya seorang ibu melakukan sesuatu yang menjijikkan dan tak senonoh kepada anak kandungnya sendiri. Dimana hati nurani dan pikirannya. Seorang ibu itu seharusnya melindungi dan menjaga anak-anaknya dari hal-hal yang buruk. Dari hal-hal yang dapat merusak masa depan anaknya. Karena dengan adanya perbuatan tersebut tentu akan membuat anaknya trauma dan bisa saja melakukan hal-hal serupa dimasa depan. Na'udzubillah.
Adanya peristiwa ini menggambarkan kepada kita bahwa dari faktor individu, kebanyakan kaum muslimin sekarang jauh dari pemahaman Islam tak terkecuali para wanita muslimah. Karena datang dari pendidikan keluarga yang sekuler atau jauh dari syariat Islam. Salah satu dampaknya adalah peran ibu semakin hari semakin hilang. Ibu sebagai pemegang peran utama dalam mencetak generasi terbaik semakin tergerus oleh keadaan yang serba sekuler karena menjauhkan aturan agama dari kehidupan. Banyak kaum wanita atau para ibu yang jauh dari pemahaman Islam yang benar, atau bahkan sekedar berIslam saja merasa tidak percaya diri, merasa malu dengan agamanya sendiri. Tidak punya waktu untuk belajar Islam lebih dalam, karena memang belum memprioritaskan Allah dalam kehidupan.
Selain itu, dari faktor negara sebagai penanggung jawab atas rakyatnya, telah gagal dalam menyediakan sistem pendidikan yang sesuai dengan Islam, yakni asas nya adalah akidah Islam. Negara berkewajiban dalam mencetak individu yang memiliki berkepribadian Islam, dimana pemikiran dan perbuatan nya sesuai dengan Islam.
Dimana saat berada di dunia pendidikan harusnya negara mampu menyiapkan generasi mudanya, terkhusus generasi perempuannya di didik agar kelak siap mengemban amanah sebagai seorang ibu. Karena fitrah seorang wanita adalah sebagai ummun warabtul bayt atau ibu rumah tangga. Sehingga ketika nanti sudah siap menikah, mereka tidak lagi kaget dengan perannya sebagai istri dan sebagai seorang ibu. Mereka faham hak dan kewajiban mereka yang kelak akan di hisab disisi Allah. Mereka akan mengupayakan semaksimal mungkin ketika mendidik anak-anak mereka, dan menyiapkan generasi terbaik.
Namun untuk mewujudkan hal tersebut memanglah sulit dalam kehidupan serba sekuler hari ini. Karena negara tidak menjadikan Islam sebagai aturannya, terkhusus dalam dunia pendidikan. Selain dalam bidang pendidikan, negara memiliki kewajiban dalam bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya.
Karena terjadinya kasus ini juga salah satunya dipicu oleh faktor ekonomi. Sang ibu di iming-imingin sejumlah uang oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, karena sedang membutuhkan uang apapun dilakukan tanpa berpikir panjang, bahkan dengan melecehkan anaknya sendiri pun di lakukan karena permintaan orang yang tak dikenal tersebut. Maka selain faktor akidah yang lemah, faktor ekonomi juga menjadi biang kerok nya.
Ini menunjukkan kepada kita lemahnya negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat, sehingga membuat ibu tergoda melakukan maksiat demi sejumlah uang.
Negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan bagi para pencari nafkah yakni kepala keluarga, sehingga keadaan ekonomi setiap rumah tangga bisa terjamin, dan seorang istri atau ibu tak perlu khawatir tentang keuangan keluarga nya, mereka fokus mendidik anak-anaknya dengan.
Tentu hal ini tidak bisa diwujudkan dalam sistem kapitalisme sekuler hari ini. Hanya bisa di wujudkan ketika negara menerapkan aturan Islam secara kaffah/menyeluruh. Karena Islam memiliki sistem Pendidikan yang handal dalam menyiapkan manusia berperan sesuai dnegan fitrahnya, contohnya seorang wanita. Pendidikan dalam keluarga pun akan dilandaskan kepada ketakwaan. Sehingga individu-individu nya akan memiliki rasa takut kepada Allah saat akan melakukan perbuatan maksiat. Seorang ibu akan mendidik anak nya untuk bertakwa kepada Allah, dan menjadikan Islam sebagai satu-satunya aturan yang di jalankan.
Islam juga memiliki sistem ekonomi yang terbaik termasuk kemampuan untuk memberikan jaminan kesejahteraan bagi para pencari nafkah. Dalam Islam, negara akan menyediakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya dan dengan gaji yang sesuai. Dan tentu akan memenuhi kebutuhan setiap keluarga. Harga-harga kebutuhan pokok pun tidak akan semahal hari ini dan akan mudah dijangkau oleh setiap masyarakat. Kebutuhan seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan pun akan menjadi tanggung jawab negara, dengan menyediakan nya murah bahkan gratis. Semua ini hanya bisa di wujudkan dalam sebuah negara yang menerapkan Islam secara kaffah yakni khilafah.
Wallahu a'lam bishshawab.
Tags
Opini