Oleh Ai Hamzah
Tahun ajaran baru telah tiba, tandanya bagi orang tua yang akan memasukkan anaknya ke tingkat selanjutnya disibukan dengan PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). Tentunya sebagai orang tua sangat ingin memilihkan sekolah yang terbaik bagi anaknya. Sehingga rela untuk melakukan apa saja demi sekolah impiannya. Sekolah negeri masih menjadi pilihan favorit orang tua dengan berbagai alasan.
Namun PPDB saat ini tidak semulus jalan tol. Ada berbagai cara agar bisa diterima disekolah pilihannya. Termasuk dengan cara zonasi (jarak terdekat dari tempat tinggal). Zonasi menjadi andalan orang tua ketika menentukan sekolah bagi anaknya. Dan ini dianggap cara yang paling mudah agar bisa diterima disekolah pilihan. Namun kini zonasi pun menjadi rumit, jarak pun tidak lagi menentukan diterimanya disekolah yang terdekat dengan tempat tinggal.
Penerimaan peserta didik baru (PPDB) dari jalur zonasi kembali menuai polemik di Kota Bogor, Jawa Barat. Sejumlah orang tua yang tinggal berdekatan dengan SMAN 3 Bogor mendatangi sekolah tersebut, setelah anaknya tidak diterima dari jalur zonasi, pada Kamis (20/6/2024). Pihak orang tua bahkan sampai mengukur jarak ke sekolah dari kediaman mereka secara manual dengan meteran kayu. Salah satu orang tua siswa mengukur dengan menggunakan metode pengukuran tradisional meteran kayu untuk mengukur jalan, setelah anaknya ditolak masuk lewat jalur zonasi di SMAN 3. Padahal rumahnya hanya berjarak sekitar 900 meter dari lingkungan sekolah. Bogor,Beritasatu.com, Kamis 24 Juni 2024
Kisruh PPDB Zonasi ini terus berulang kali. Dari tahun ke tahun terus terjadi. Kini sistem zonasi pun menjadi sangat sulit dilakukan. Jarak sekolah dengan tempat tinggal/domisili bukan lagi menjadi ukuran. Sehingga orang tua pun kini menjadi kelimpungan memilih sekolah bagi anak anaknya. Ditambah lagi dengan biaya pendidikan yang terus menerus naik, membuat orang tua dalam kondisi terjepit.
سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي بَيْتِي هَذَا اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ
Aisjah r.a berkata : saya telah mendengar Rasulullah Saw bersabda di rumahku ini : Ya Allah siapa yang menguasai sesuatu dari urusan umatku, lalu mempersukar pada mereka, maka persukarlah baginya. Dan siapa yang mengurusi umatku lalu berlemah lembut pada mereka, maka permudahlah baginya. (hr. Muslim)
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَاحْتَجَبَ دُونَ حَاجَتِهِمْ وَخَلَّتِهِمْ وَفَقْرِهِمْ احْتَجَبَ اللَّهُ عَنْهُ دُونَ حَاجَتِهِ وَخَلَّتِهِ وَفَقْرِهِ قَالَ فَجَعَلَ رَجُلًا
Abu maryam al’ azdy r.a berkata kepada muawiyah: saya telah mendengar Rasulullah Saw bersabda: siapa yang diserahi oleh Allah mengatur kepentingan kaum muslimin, yang kemdian ia sembunyi dari hajat kepentingan mereka, maka allah akan menolak hajat kepentingan dan kebutuhannya pada hari qiyamat. Maka kemudian muawiyah mengangkat seorang untuk melayani segala hajat kebutuhan orang-orang (rakyat). (abu dawud, attirmidzy)
Penguasa sudah selayaknya memudahkan urusan umat. Semua kebutuhan umat adalah menjadi tanggung jawabnya. Sebagaimana Kholifah Umar bin Khattab yang menyatakan dirinya adalah sebagai pelayan umat. Kepentingan umat pun menjadi prioritas, termasuk pendidikan. Memudahkan umat dalam rangka pendidikan atau menuntut ilmu sudah menjadi kewajiban pengusaha. Terlebih menuntut ilmu ini juga hukumnya wajib bagi setiap muslim.
Itulah Islam, menjadi Rahmat bagi seluruh alam. Betapa Allah sudah mengirimkan Rasulallah Saw, sebagai suri tauladan. Sehingga bisa dengan mudah seharusnya umat ini mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Sehingga umat Islam menjadi umat yang gemilang.
Wallahu a'lam
Tags
Opini