Oleh: Ratni Kartini
(Pegiat Literasi)
Pagi-pagi Pak Tani pergi ke sawah
Tanam padi berharap tumbuh subur dan membawa berkah Alih-alih hasil panen melimpah harga beras naik penghasilan tak kunjung bertambah
Begitulah gambaran kondisi para petani di negeri kita. Selain dihantui dengan gagal panen akibat cuaca ekstrim, derasnya arus impor di tengah kenaikan harga beras pun menjadi kabar duka. Sebagaimana dilansir dari liputan6.com, Perum Bulog telah merealisasikan pengadaan beras impor dari Kamboja sebanyak 2 juta ton dari target penugasan impor beras 2024 sebanyak 3,6 juta ton. Akuisisi beras Kamboja oleh Perum Bulog mempunyai kepentingan untuk mengamankan stok cadangan beras pemerintah (CBP) (liputan6.com, 12/06/2024).
Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menjelaskan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dimiliki Perum Bulog saat ini sejumlah 1,8 juta ton, 30% berasal dari stok dalam negeri. Untuk stok CBP yang berasal dalam negeri, 700 ribu ton gabah telah diserap oleh Bulog. Ini melebihi dari target yang telah ditugaskan oleh pemerintah sebesar 600 ribu ton. Lebih lanjut Bayu mengungkapkan meski penyerapan gabah dalam negeri sudah optimal, namun terdapat persoalan serius pada proses produksi. Menurut data BPS, produksi padi pada periode Januari-April 2024 turun 17,54% dibandingkan periode yang sama tahun lalu saat mencapai 22,55 juta ton (finance.detik.com, 13/06/2024).
Tentu saja adanya penurunan produksi padi ini, ketersediaan beras di pasaran juga menurun. Akibatnya harga beras pun tetap naik. Bayu pun sebelumnya sudah menyebutkan bahwa harga beras akan sulit kembali ke harga semula jika sudah sempat naik. Apalagi berdasarkan data dari BPS, akan terjadi defisit beras sebesar 0,45 juta ton pada bulan Juni 2024 (cnbcindonesia.com, 20/05/2024).
Akhirnya opsi impor yang menurut Bayu hanya dilakukan bila perlu, tetap diambil oleh pemerintah untuk menjaga stok beras di dalam negeri. Namun sayangnya selain untuk menambah cadangan beras, impor dilakukan untuk meningkatkan daya saing global. Untuk itu, Perum BULOG juga ditugaskan untuk melakukan kerja sama ekonomi dan investasi pangan, khususnya perberasan dengan negara Kamboja (finance.detik.com, 13/06/2024).
Impor beras ini menjadi opsi dari tahun ke tahun ketika kenaikan harga beras terjadi. Seharusnya ketika produksi beras itu kurang, pemerintah segera mencari cara bagaimana meningkatkan produksi tanaman padi di dalam negeri. Sehingga Indonesia bisa mewujudkan swasembada beras, sebagaimana yang pernah terjadi pada tahun 1984. Namun dengan kurangnya produksi lokal, stok beras akan selalu kurang dan otomatis memicu kenaikan harga beras Barulah pada kondisi yang sudah sulit tersebut, pemerintah mempunyai alasan untuk impor. Siklusnya selalu demikian. Pemerintah sendiri memang tidak pernah menargetkan untuk meningkatkan produksi lokal, jadi impor tersebut memang sudah didesain untuk dilakukan.
Kebijakan impor oleh pemerintah selain dikarenakan kurangnya stok di dalam negeri, juga untuk meratifikasi regulasi internasional yaitu Agreement on Agriculture WTO. Terjadilah liberalisasi sektor pertanian secara radikal. Pertanian dan nasib petani Indonesia diserahkan kepada mekanisme pasar bebas. Perjanjian itu mengharuskan Indonesia meliberalisasi pasar komoditas pangannya, menghapus hambatan tarif dan hambatan lainnya, serta mencanangkan swastanisasi pangan. Akibatnya, pangan hanya dipandang sebagai komoditas yang harganya boleh naik turun mengikuti pergerakan pasar. Liberalisasi pangan ini adalah pandangan khas kapitalisme yang rusak dan zalim sehingga harus dihentikan demi kemaslahatan rakyat.
Sejatinya, beras adalah termasuk kebutuhan dasar rakyat Indonesia. Negara sebagai institusi politik yang bertugas melakukan pengurusan urusan rakyat wajib menjamin pemenuhan kebutuhan pangan bagi rakyatnya. Islam mewajibkan penguasa untuk memastikan tiap-tiap individu rakyat bisa tercukupi kebutuhan pangannya secara layak. Negara tidak hanya wajib memastikan stok pangan aman, tetapi juga memastikan rakyat bisa memperolehnya dengan harga yang terjangkau.
Di dalam islam disebutkan bahwa negara harus mewujudkan swasembada penuh dalam komoditas yang penting bagi rakyat salah satunya adalah beras. Oleh karenanya, negara harus mengoptimalkan pertanian dan membangun industri di dalam negeri sehingga kebutuhan pangan bisa tercukupi secara mandiri, tanpa impor sedikit pun.
Terkait swasembada beras, negara tidak hanya menargetkan tercukupinya kebutuhan dalam negeri, tetapi juga ketahanan pangan pada masa depan untuk mengantisipasi paceklik dan sekaligus terwujudnya stabilitas harga. Untuk mewujudkannya negara dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, melakukan ekstensifikasi lahan dengan membuka lahan baru dan menghidupkan lahan tidur atau mati. Indonesia dengan wilayahnya yang begitu luas, tentu tidak akan sulit melakukan ekstensifikasi lahan pertanian.
Kedua, melakukan intensifikasi pertanian dengan metode pertanian terbaru. Negara juga melakukan optimalisasi produksi dengan penggunaan benih terbaik, alat pertanian tercanggih, dan pupuk terbaik. Serta membangun infrastruktur untuk mendukung pertanian, misalnya terkait penyediaan air irigasi. Selain itu negara dapat memberi bantuan bagi petani baik berupa lahan, benih, alat produksi, maupun edukasi teknik pertanian.
Ketiga, dengan membangun industri yang mengolah hasil pertanian. Salah satu masalah yang terjadi di petani kita adalah kurangnya kemampuan dan fasilitas untuk mengolah padi menjadi beras secara langsung. Petani hanya menjual padi dalam bentuk gabah, sehingga keuntungan yang diperoleh pun akhirnya minim.
Keempat, dengan melarang dan mencegah asing turut campur dalam pengaturan pangan dalam negeri. Artinya negara harus memiliki kedaulatan pangan, sehingga tidak mudah didikte oleh negara lain. Tentu saja hal ini bisa dilakukan ketika negara tidak lagi menerapkan sistem kapitalisme sekuler, melainkan menerapkan Islam secara kaffah.
Dengan mekanisme tersebut, permasalahan naiknya harga beras dan juga kebijakan impor yang terjadi tiap tahun akan teratasi. Dengan penerapan Islam dalam seluruh aspek kehidupan, petani dan seluruh rakyat akan merasakan manfaatnya. Bahkan negara pun bisa memberikan bantuan pangan pada negara lain yang sedang membutuhkan sebagaimana dulu Negara Khilafah Utsmaniyah membantu Irlandia. Itulah sumbangsih peradaban Islam yang gemilang untuk umat manusia. Wallahu a'lam.