Oleh. Ummu Rofi'
(Pemerhati Publik)
Umat Islam memasuki bulan Dzulhijjah, di mana pada bulan ini umat Islam melaksanakan ibadah haji dan ada peristiwa bersejarah yaitu pengorbanan seorang bapak dan anak yakni Nabi Ibrahim As. dan anaknya Nabi Ismail As.. Dilaksanakan di hari ke sepuluh bulan dzulhijjah, di hari ke sembilannya yang berhaji melakukan wukuf di arafah, sedangkan yang tidak berhaji melakukan puasa arofah dan di hari ke sepuluh dzulhijjah adalah puncak perayaan umat muslim yakni hari raya Idul Adha atau hari raya kurban. Namun saat ini terjadi perbedaan waktu dalam menentukan hari raya idul adha di makkah dan di sebagian negeri. Dalam Islam hari raya Idul Adha dilaksanakan oleh umat Islam serentak diseluruh penjuru dunia, ketika di makkah umat Islam sedang melakukan wukuf di arofah sedangkan umat Islam yang tidak berhaji melakukan puasa arofah dan esoknya menyembelih hewan kurban.
Di lansir dari laman Kompas.com. Jum'at (07/06/2024). Bahwa hari pertama bulan Zulhijah 1445 Hijriah jatuh pada hari Jumat (7/6/2024). Maknanya, hari raya Idul Adha 2024 yang bertepatan dengan 10 Zulhijah di Arab Saudi, akan jatuh pada Minggu (16/6/2024) diumumkan oleh Mahkamah Agung Arab Saudi.
Telah disetujui 1 Dzulhijjah tahun 1445 H jatuh pada hari Sabtu tanggal 8 Juni 2024 Masehi. Dan pada Senin 17 Juni 2024 adalah Hari Raya Idul Adha" Dikatakan oleh Wakil Menteri Agama RI, Saiful Rahmat Dasuki saat dalam konferensi pers hasil sidang isbat 1 Dzulhijjah 1445 H, Jumat (7/6/2024). Detik.com, (15/06/2024)
Dari fakta di atas ada perbedaan dalam menetapkan hari raya Idul Adha atau hari arofah di tahun ini dan tahun sebelumnya, mengapa itu bisa terjadi berulang? Padahal umat muslim itu seharusnya melaksanakannya bersama-sama ketika Imam makkah sudah menetapkan maka yang berhaji melaksanakan wukuf di arofah dan yang tidak melaksanakan shaum dan esoknya melaksanakan hari raya Idul Adha. Tetapi permasalahannya ini selalu berulang, tidak mengikuti apa yang Rasulullah lakukan.
Oleh karena itu, umat muslim tidak seharusnya berbeda dalam menetapkan hari raya Idul Adha. Jika berbeda akan menjadi perpecahan di antara umat muslim lainnya. Inilah yang diinginkan oleh Kafir Barat yakni musuh-musuh Islam. Sesungguhnya kehidupan umat muslim saat ini telah jauh dari Islam, karena diterapkannya sistem kapitalisme yang melahirkan nasionalisme (kesukuan) alias nation state. Di mana nasionalisme ini mensekat-sekat negara satu dengan negara lain. Negara lain itu bukan urusannya, jadi tiap negara memiliki aturan yang berbeda. Alhasil penetapan Idul Adha pun tidak akan pernah bersama-sama, karena mengusung ide nasionalisme. Allah Swt., menciptakan umat berbangsa-bangsa bukan berarti itu nasionalisme tapi itu adalah tanda kebesaran Allah dalam menciptakan alam semesta ini.
Berbeda dalam kehidupan sistem Islam, yang menerapkan aturan- aturannya sesuai hukum syara yakni aturan Allah Swt Al-Qur'an dan As- Sunnah. Yang dipimpin oleh Khalifah untuk kepemimpinan seluruh penjuru dunia. Dan Islam pernah berjaya selama kurang lebih 13 abad lamanya menerapkan sistem Islam di bawah institusi kekhilafahan Islam. Selama 13 abad Islam berjaya, masyarakat menjadi masyarakat yang satu, negara menjadi negara yang satu dan panji/benderanya pun hanya satu. Tidak pernah terjadi perbedaan dalam penetapan hari raya Idul Adha, karena ada khalifah yang menjadi wasilah untuk mempersatukan masyarakat dan negara dengan sistem Islam. Karena saat ini diterapkan sistem kapitalisme sistem kufur dari Kafir Barat maka mereka bertujuan untuk mencerai beraikan ikatan akidah kaum muslim dan mengkotak- kotakan negara kaum muslim dengan negara lainnya. Alhasil dalam penetapan hari raya pun pasti akan berbeda, jika dalam Islam pasti akan bersatu seluruh umat muslim merayakan hari raya.
Dalam Islam penatapan hari raya Idul Adha adalah dengan rukyat hilal dan bersifat global, di mana mengikuti rukaytul hilal Pemimpin/ Amir di kota Makkah karena Makkah adalah pusat kegiatan jamaah haji. Dari Sunan Abu Dawud, nomor 2338 dari Husain bin Harits Al- Jadali RA, dia berkata" Bahwasannya Amir( Penguasa) Makkah berkhutbah, kemudian dia berkata," Rasulullah SAW telah berpesan kepada kita supaya kita menjalankan ‘ ibadah( manasik haji) berdasarkan rukyat. Oleh karena itu, jika kita tidak melihat hilal, dan ada dua orang saksi yang adil yang menyaksikannya, maka kita akan beribadah( menjalankan manasik haji) berdasarkan kesaksian keduanya."( HR. Abu Dawud, hadis no 2340. Imam Ad- Daraquthni berkata," Hadis ini isnadnya muttashil dan shahih." Lihat, Sunan Ad- Daraquthni,,2/267. Syeikh Nashiruddin Al- Albani berkata dalam, Shahih Sunan Abu Dawud,(2/54)," Hadis ini shahih").
Alhasil, kita berpuasa Arafah dan melaksanakan hari raya Idul Adha itu patokannya adalah rukyat penguasa Makkah, yang bertepatan dengan wukufnya jamaah haji di Arafah, bukan berpuasa pada hari kesembilan dari bulan Dzulhijjah menurut rukyah setiap- tiap negeri berdasarkan perbedaan mathla ’( tempat terbit).
Perbedaan penetapan ini tidak akan terjadi jika sistem Islam diterapkan, karena dalam sistem Islam umat muslim bersatu tidak terpecah belah, jika menginginkan hari raya bersama- sama, maka kaum muslim waktunya segera berjuang agar Islam berjaya kembali dan menerapkan sistem Islam secara praktis dalam pemerintahan agar persatuan umat seluruh penjuru dunia menjadi suatu keniscayaan. Jadi solusi perbedaan ini hanya dengan umat muslim bersatu menerapkan sistem Islam dalam bingkai Islam kaffah. Wallahu' alam bish shawab
Tags
Opini