Ibu Cabuli Anak, Buah Sistem Pendidikan Rusak



Oleh. Lilik Yani (Muslimah Peduli Peradaban)

Ibu adalah tempat yang diharapkan paling aman di mata anak. Sembilan bulan berada dalam rahim ibu, dirawat penuh kasih sayang. Ibu jadi andalan anak untuk selesaikan berbagai persoalan.  

Anak merasa paling bahagia jika bersama Ibu. Sosok mulia yang sangat dipuja anak karena penuh kasih sayang. Begitulah idealnya seorang ibu terhadap anaknya. Demikian kehidupan yang wajar sesuai aturan yang benar.

Jika kenyataan ada ibu mencabuli anak, wajarkah? Sungguh, mencoreng kemuliaan seorang ibu yang seharusnya menjadi tempat aman dan nyaman bagi anak. Akankah tindak asusila ini dibiarkan?

Dilansir dari Tempo.co, - Seorang ibu muda di Bekasi berinisial AK, 26, ditangkap Polda Metro Jaya karena kasus ibu cabuli anak. Sama seperti kasus serupa di Tangerang Selatan (Tangsel), AK nekat mencabuli anaknya sendiri karena tergiur tawaran uang dari sebuah akun Facebook. 

AK merekam sendiri video saat mencabuli anaknya. Anak kandung AK yang nampak dalam video asusila itu baru berusia 9 tahun. Anak laki-laki itu merupakan anak pertama AK dari mantan suaminya.
Suami AK saat ini adalah seorang kuli serabutan yang bekerja di wilayah Cibubur, Kabupaten Bogor. Pulang seminggu sekali, kadang tak pulang. AK membuat video asusila dengan anak kandungnya sendiri karena terpaksa. AK mengaku diancam oleh seseorang yang dikenalnya melalui Facebook. (28/6/2024)

Sungguh memprihatinkan, ada seorang ibu hanya demi uang rela mengorbankan kemuliaan dirinya. Apalagi diperbuat dengan anaknya sendiri. Di mana urat rasa malunya berada? Tegakah merusak masa depan anaknya? Trauma seperti apa yang akan dirasakan anak ketika mengalami pelecehan seksual nantinya. Sementara pelakunya adalah ibu kandung yang semestinya melindungi, menjaga, mengasihi, memberikan tempat nyaman buat anak.

Trauma Psikologis bagi Anak

Psikolog anak Novita Tandry mengatakan, ada bahaya laten yang mengancam korban pencabulan oleh ibu kandung berinisial R (22) di Tangerang Selatan meski saat ini tidak ada indikasi trauma pada bocah lima tahun tersebut. Novita menjelaskan, pada usia 0-6 tahun, otak manusia berada dalam masa penyerapan. Semua yang diserap oleh panca indera akan disimpan informasinya dalam otak. 

“Waktu remaja (setelah pubertas), semua yang sudah masuk di kepala, itu akan sangat bisa dibangkitkan kembali,” ujar Novita saat dihubungi melalui telepon pada Sabtu (Kompas.com, 8/6/2024).

Bagaimana dengan anak kecil? Ia belum dapat memahami apa yang terjadi pada dirinya. Informasi benar atau salah, wajar atau normal, semua masih belum terverifikasi. Ia belum paham kalau alat vitalnya disentuh adalah hal yang tidak wajar atau mungkin salah.

Oleh karena itu, pemantauan dan pendampingan kepada anak-anak korban pelecehan dan kekerasan seksual harus terus dilakukan. Kondisi korban yang saat ini mungkin dinilai dalam kondisi normal, tidak dapat menjadi pedoman. 

Gagalnya Sistem Pendidikan

Beberapa kejadian tentang diduganya seorang ibu yang mencabuli anak kandung, hal ini mencerminkan gagalnya sistem pendidikan dalam mencetak individu berkepribadian Islam dan siap mengemban amanah sebagai ibu. 

Ibu sebagai madrasah pertama dalam proses pendidikan manusia membawa peran yang sangat penting dalam kehidupan. Kesalahan dalam mendidik dan menanamkan prinsip hidup pada anak, dapat menjadi awal kehancuran generasi berikutnya.

Persiapan menjadi ibu menjadi salah satu tugas penting yang harus dimulai sejak dini. Proses pendidikan perempuan menjadi ibu hendaknya dimulai sejak anak mengenal rasa suka terhadap lawan jenisnya. Ini dipelajari dalam fikih muamalah terkait pernikahan.

Adapun bekal utama yang harus dimiliki seorang ibu ada tiga, yaitu ilmu, pandangan hidup, dan introspeksi diri. Ketiganya penting agar ibu tidak tersesat dalam menjalani proses pendidikan anak.

Kita sebagai makhluk Allah yang berjenis kelamin perempuan mempunyai tugas seimbang dengan laki-laki atau suami. Seimbang tidak berarti sama. Proses ini melibatkan pemahaman akan tugas menjadi ibu secara keseluruhan. Tugas ini bukan pekerjaan sederhana, ringan, dan enak untuk dijalani. Akan banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi dan membutuhkan kerja sama yang baik dengan suami untuk bisa menjalani semuanya dengan baik. Semua ini harus dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah Swt.

Perempuan juga harus memahami hak dan kewajibannya sebagai seorang ibu untuk dapat mendidik anak. Termasuk memperhatikan kesehatan jasmani mereka, ibu perlu memahami berbagai ilmu, seperti kesehatan, ilmu gizi, dan berbagai pengetahuan umum yang mendukung. Ibu juga harus memahami ilmu tentang psikologi dan tumbuh kembang anak untuk dapat menyampaikan hak-haknya yang menjadi kewajiban anak.

Banyak sekali yang harus dipelajari bagi seorang ibu karena beliau akan menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Nah, kalau fakta yang dilihat ada beberapa sosok ibu yang merusak anaknya, apakah bisa ditoleransi?

Di sisi lain juga menunjukkan lemahnya negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat, sehingga membuat ibu tergoda melakukan maksiat demi sejumlah uang.

Pendidikan keluarga yang berbasis sekulerisme membuat ibu kehilangan fitrah. Uang menjadi pilihan saat kesejahteraan tidak menjadi prioritas negara

Pendidikan adalah salah satu bentuk dari pembangunan nasional untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat, agar dapat mewujudkan masyarakat yang maju, cerdas dan sejahtera. 

Tujuan dari masyarakat harus mengenyam pendidikan adalah agar setiap warga negara mempunyai bekal dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga mempunyai daya saing dalam hal kompetisi di masa globalisasi seperti sekarang ini. 

Keluarga merupakan bentuk pendidikan pertama dari seorang anak, karena dari keluarga akan dimulai bentuk pendidikan karakter dan ilmu sebagai dasar utama. 

Keluarga juga merupakan tempat perlindungan serta tempat pemenuhan kebutuhan sehari-hari termasuk untuk pemenuhan kebutuhan pendidikan. Orang tua dalam suatu keluarga berkewajiban untuk membiayai seluruh keperluan pendidikan anaknya. Dalam hal ini kondisi ekonomi orang tua menjadi salah faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan anak.

Kondisi ekonomi suatu keluarga sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia. Adapun beberapa faktor yang dapat menentukan tingkat keadaan ekonomi keluarga diantaranya yaitu tingkat pendapatan orang tua, tingkat pengeluaran keluarga, tabungan (simpanan), dan kepemilikan harta yang bernilai ekonomis. 

Faktor Ekonomi Kurang, Perempuan Ikut Bekerja

Perempuan dalam dunia pekerjaan, tanpa disadari banyak berkontribusi segala hal di dalam dunia kerja yang besar terhadap kesejahteraan keluarga, terutama pada bidang ekonomi. Mungkin sudah dijelaskan, mengapa perempuan memilih bekerja di luar rumah untuk membantu perekonomian keluarga. Karena memang kebutuhan harus terpenuhi dari mulai bahan pangan, pakaian, dan kebutuhan anak. Jika dilihat, banyak perempuan yang hanya menengadah kepada suaminya, mengharapkan gaji pada setiap bulan. 

Namun, yang ada hanyalah sesuatu yang tidak pasti. Tanpa disadari hal itu berdampak kepada hubungan mereka, bisa jadi selalu bertengkar dengan alasan minimnya perekonomian, sedangkan banyaknya kebutuhan memang sudah wajib ada di setiap bulan nya.

Seorang suami sudah pasti merasa terbebani serta tanggung jawab yang dipikul nya, memang seharusnya peran seorang suami yang mampu menafkahi, bukan malah kehilangan akal dan merasa bahwa perempuan juga harus merasakan seperti yang dirasakan oleh laki-laki. Keadaan yang seperti itu, tentunya membuat para perempuan memiliki dua peran yaitu peran domestik yang bertugas mengurus rumah tangga dan peran publik yang bertugas di luar rumah dengan bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari agar dapat terpenuhi dengan baik. 

Kembali lagi kepada peran gender, yang seharusnya melaksanakan peran tersebut adalah laki-laki, namun hal yang perlu dibenarkan bahwa perempuan berhak mendapatkan pekerjaan yang layak untuk anak dan keluarganya ketika mereka bekerja. Sebenarnya memang perempuan yang bisa mendominasi adanya pekerjaan yang diterima, karena apa yang mereka lakukan selalu produktif. Misalnya terjadi pada perempuan yang telah ditinggal oleh suaminya seumur hidup. Demi hidupnya terpenuhi, ia terpaksa bekerja dengan upah yang minim dan selalu melakukan pekerjaan tersebut dengan produktif, tujuannya demi anak-anaknya bisa hidup dan sekolah hingga tamat. 

Dapat diketahui disini, bahwa yang sebenarnya berperan lebih banyak adalah seorang ibu yang ingin tetap bertahan hidup demi melihat anak-anaknya bahagia tanpa harus tahu apa yang dialami selama seorang ibu bekerja.

Ketika tidak bekerja, sementara suami yang diandalkan tak memenuhi kewajiban sebagai kepala keluarga, maka pilihan pekerjaan maksiat untuk memenuhi tawaran konten mesum pun diterima. Video-video porno beredar hingga merusak banyak generasi calon pemimpin umat. Akankah perbuatan maksiat itu dibiarkan? Seharusnya Negera bertindak tegas agar tidak merusak generasi muda masa depan.

Sistem pendidikan dalam Islam

Islam memiliki sistem Pendidikan yang handal dalam menyiapkan manusia berperan sesuai dnegan fitrahnya.  Pendidikan dalam keluarga pun dilandaskan kepada ketakwaan.

Sebagaimana diketahui, dalam sistem pendidikan sekuler sebagaimana saat ini, peran agama (Islam) dikerdilkan, bahkan disingkirkan. Akibatnya sangat fatal. Di antaranya adalah dekadensi moral di kalangan remaja/pelajar yang makin parah, sebagaimana telah disinggung di atas. Sebabnya, para remaja/pelajar tersebut tidak dibekali dengan bekal pendidikan agama yang cukup.

Oleh karena itu, di Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim, sistem pendidikan bukan saja harus mengikutsertakan agama (Islam). Bahkan, sudah seharusnya Islam menjadi dasar bagi sistem pendidikan sekaligus mewarnai seluruh kebijakan pendidikan di tanah air.

Dalam Islam, pendidikan dapat dimaknai sebagai proses manusia menuju kesempurnaan sebagai hamba Allah Swt.. Dalam Islam ada sosok Rasulullah Muhammad saw. yang wajib menjadi panutan (role model) seluruh peserta didik. Ini karena Allah Swt. berfirman,

“Sungguh engkau memiliki akhlak yang sangat agung.” (QS Al-Qalam [68]: 4).

Allah Swt. pun berfirman,
“Sungguh pada diri Rasulullah saw. itu terdapat suri teladan yang baik.” (QS Al-Ahzab [33]: 21).

Keberadaan sosok panutan (role model) inilah yang menjadi salah satu ciri pembeda pendidikan Islam dengan sistem pendidikan yang lain. Karena itu dalam sistem pendidikan Islam, akidah Islam harus menjadi dasar pemikirannya. Sebabnya, tujuan inti dari sistem pendidikan Islam adalah membangun generasi yang berkepribadian Islam, selain menguasai ilmu-ilmu kehidupan seperti matematika, sains, teknologi dll.

Hasil belajar (output) pendidikan Islam akan menghasilkan peserta didik yang kukuh keimanannya dan mendalam pemikiran Islamnya (tafaqquh fiddin). Pengaruhnya (outcome) adalah keterikatan peserta didik dengan syariat Islam. Dampaknya (impact) adalah terciptanya masyarakat yang bertakwa, yang di dalamnya tegak amar makruf nahi mungkar dan tersebar luasnya dakwah Islam.

Pemikiran (fikrah) pendidikan Islam ini tidak bisa dilepaskan dari metodologi penerapan (tharîqah)-nya, yaitu sistem pemerintahan yang didasarkan pada akidah Islam. Oleh karena itu, dalam Islam, penguasa bertanggung jawab penuh atas penyelenggaraan pendidikan warganya. Sebabnya, pendidikan adalah salah satu di antara banyak perkara yang wajib diurus oleh negara. Rasulullah saw. bersabda,

“Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Penutup

Ketika pendidikan Islam diajarkan sejak kecil, keimanan ditancapkan sejak dini. Pendidikan pranikah juga dipersiapkan, maka calon ibu akan lebih siap ketika akan menikah dan menyambut kehadiran buah hati. Ibu sebagai madrasah pertama bagi anak hendaknya dicukupi kebutuhannya oleh kepala keluarga. 

Suami membantu menciptakan suasana rumah yang kondusif, hati bahagia, hingga ibu bisa mengasuh anak dengan baik. Pendidikan anak diperhatikan. Ibu jadi teladan kebaikan dalam segala tindakan. Ibu yang lebih lama bersama anak hendaklah dibuat bahagia hatinya agar senantiasa menyalurkan energi kebaikan dalam keluarga.

Jika fakta yang terjadi kondisi ekonomi yang kurang hingga membuat para ibu pontang panting memikirkan ikut mencari nafkah. Bahkan banyak yang tak berfikir panjang, hingga segala cara ditempuh demi mendapat uang. Sungguh harus ada peran negara untuk bertindak tegas agar tak berulang kasus pencabulan anak oleh ibunya sendiri.

Sudah saatnya aturan Islam diterapkan di seluruh sendi kehidupan agar kemuliaan seorang ibu dikembalikan. Selanjutnya keimanan akan senantiasa terjaga, hingga keberkahan hidup bisa dirasakan di seluruh sendi kehidupan.

Wallahualam bissawwab



 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak