Oleh : Eka Desiyanti
(Aktivis Muslimah Lubuklinggau)
Beras adalah kebutuhan pokok kita yang harus ada di setiap rumah baik orang kaya atau miskin, masyarakat kota ataupun desa, yang apabila tidak tersedia akan mengakibatkan kelaparan dan terjadi stunting pada anak-anak. Oleh karna itu masalah besar jika harga beras ini terus menerus naik.
Menurut data dari Badan Pangan Nasional per 31 mei 2024 Harga Eceran Tertinggi bakal naik secara permanen di setiap wilayah baik beras premium ataupun medium naik rata-rata Rp.1.000/kg. Untuk wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatra Selatan yang sebelum nya HET Rp.13.900 menjadi Rp.14.900/kg. Begitu juga utk daerah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Riau, Jambi, dan Bangka Belitung, yang sebelum nya Rp.14.400 menjadi Rp.15.400/kg, termasuk juga wilayah Bali, Nusa tenggara Barat dan lain-lain (CNN, 25/5/24).
Selain harga beras naik, kebutuhan pokok lain pun ikut naik seperti BBM, sayuran, gula, minyak goreng dan gas elpiji, bahkan biaya pendidikan. Tentu hal ini akan mempersulit kehidupan sehingga sering terjadi keributan dalam rumah tangga, bahkan sampai terjadi perceraian. Lapangan kerja pun semakin sempit, dan terjadi PHK dibeberapa perusahaan. Menyebabkan kemiskinan semakin meningkat.
Dengan kenaikan harga beras seharusnya para petani ikut menikmati nya. Tetapi ternyata harga gabah di petani tetap rendah, dan yang paling diuntungkan dalam hal ini adalah pedagang yang mempunyai modal besar dan mempunyai alat penggilingan padi yang canggih, sehingga mereka dengan mudah menaikan harga.
Mengapa ini semua terjadi?
Inilah buah dari sistem yang saat ini kita terapkan yaitu sistem kapitalisme sekuler, dimana penguasa tidak berpihak kepada rakyat nya dan tidak bertanggung jawab atas kebutuhan rakyatnya.
Penguasa hanya sebagai regulator saja, mereka menjadikan bisnis keuntungan dalam melayani rakyat, tanpa Memikirkan apakah rakyat menderita atau tidak. Inilah paham sekuler dimana agama dalam mengurusi rakyat, agama hanya ada diranah ibadah saja seperti sholat, puasa, zakat, dan haji, tetapi tidak dengan mengurusi rakyat. Sistem batil ini lah yang seharusnya kita buang jauh-jauh, karena memang tidak ada manfaat nya.
Ada pun solusi dari penguasa mengenai kenaikan beras ini yaitu Bansos, dimana merupakan senjata yang selalu diandalkan oleh penguasa dalam hal ini, walaupun kadang bansos itu sendiri tidak tepat sasaran, dan banyak dananya yang di korupsi. Bahkan dana bansos ini diberikan tiga atau enam bulan sekali. Artinya bansos tidak menyelesaikan permasalahan kenaikan beras saat ini.
Solusi dalam Islam
Seorang pemimpin negara daulah yaitu khalifah bertanggung jawab penuh atas kebutuhan umatnya, apalagi beras merupakan kebutuhan pokok. Dengan dorongan keimanan mereka akan melaksanakan tugasnya dengan baik. Karena mereka paham bahwa kepemipinan adalah amanah yang akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
Islam melarang rakyatnya bergantung pada pihak asing, agar negara bisa independen, tetapi Islam tidak melarang untuk impor, asalkan sesuai dengan syariat, misalnya tidak bekerja sama dengan negara kafir harbi.
Negara juga akan memberikan bantuan kepada para petani berupa bibit unggul, pupuk, pestisida,
dan alat-alat pertanian lainnya. Ini semua diberikan secara gratis. Negara juga akan mengatur distribusi atau mata rantai perdagangan yang dapat meminimalisir biaya, sehingga harga di masyarakat tetap terjangkau.
Ada nya sanksi yang tegas bagi para pelaku curang sehingga tidak ada yang berani melakukan kecurangan.
Inilah perhatian yang luar biasa dari seorang khalifah yang merupakan wujud dari negara sebagai pelindung (junnah) bagi semua rakyat nya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. "Sesungguhnya Al-imam (khalifah) itu adalah perisai yang (orang-orang) berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh ) dengan kekuasaannya.(H.R.Muttafaqun-alaih)
Begitulah Islam mengatur tidak hanya ibadah saja, tetapi dalam segala aspek kehidupan. Ini semua hanya ada dalam negara daulah islamiyah .
Wallahu a'lam bishshawab.
Tags
Opini