Gaza 1445H, Hari Raya Kurban Tanpa Binatang Kurban



Oleh: Nunik Umma Fayha 



10 Dzulhijjah 1445H adalah Idul Adha terperih bagi warga Gaza. Tidak ada masjid tegak memaksa mereka menjalankan sholat Ied di antara puing reruntuhan Masjid. Tidak ada hewan kurban untuk disembelih apalagi dibagikan dagingnya. Tidak ada hewan kurban, yang ada kami yang mengorbankan diri kami, mengorbankan tubuh kami, kata seorang penduduk Gaza (voa.indonesia.com, 16/06/2024).


Hewan kurban dilarang masuk Gaza. Israel menutup semua jalur penyeberangan menuju Gaza termasuk Rafah dan Kerem Shalom. Israel melakukan kejahatan perang luar biasa, melawan hukum kemanusiaan (detik.com, 16/06/2024). Anadolu Agency menyebut terjadinya pelanggaran total terhadap HAM dan pengabaian total terhadap nilai-nilai manusia dan Islam oleh Israel.


Kemana Daging Kurban?


Masjid-masjid banyak menerima titipan hewan kurban. Sapi, kambing atau domba. Panitia dibentuk untuk mendistribusikan daging kurban agar merata sampai ke tangan umat. Semua bergembira menikmati daging yang melimpah yang bagi sebagian masyarakat hanya bisa menikmatinya saat Idul Adha saja sebab di hari biasa harganya tak terjangkau. Pedagang hewan kurban pun panen oleh semakin tingginya permintaan pasar. 


Di Arab Saudi daging kurban melimpah sampai diekspor ke puluhan negara (beritasatu.com, 24/09/2015). Distribusi daging kurban bagi rakyat kurang mampu dilakukan lintas negara (kompas.com, 02/07/2022). 


Indonesia termasuk salah satu negara yang akan menerima daging kurban dari Arab Saudi (mediaindonesia.com, 17/06/2024), sebagaimana disampaikan Menteri PMK, Muhadjir Effendy. Daging kurban ini berasal dari kurban para jamaah Haji. Muhadjir menyebut distribusi daging berupa olahan yang ditujukan bagi program mengatasi stunting (detik.com, 17/06/2024). Beberapa negara seperti Yaman termasuk yang mendapat kiriman. Bagaimana dengan Gaza?



Israel Pelanggar HAM , Menutup Pintu Bantuan


Sudah beberapa bulan jalur distribusi bantuan untuk Gaza dari luar ditutup Israel. Mereka sengaja menekan penduduk Gaza dengan ancaman kematian akibat mesin perangnya sekaligus dengan ancaman kelaparan. Israel tak segan menggunakan senjata untuk menghalau konvoi pembawa bahan makanan bahkan saat pembagian pangan bagi warga Gaza yang kesulitan. 


Blokade bantuan ini didukung rakyatnya yang melakukan penjarahan bantuan bagi Gaza di depan aparat yang membiarkan (detik.com, 18/05/2024). Seruan berbagai negara membuka blokade bantuan tak mendapat respon, justru relawan kemanusiaan menjadi sasaran tembak. Salah satunya asy syahid Khalil Al Baz, relawan AWG yang bertugas menyalurkan bantuan dari rakyat Indonesia. Khalil ditembak saat menyerahkan bantuan (islamtoday.com, 30/05/2024). Israel bahkan menembak konvoi mobil PBB yang jelas memasang logo PBB di kendaraan (tribunnews.com, 14/05/2024). 


118 syahid dan 760 orang terluka pada peristiwa Tragedi 'Pembantaian Tepung', 1 Maret 2024, kala ratusan penduduk Gaza menunggu konvoi kendaraan bantuan pangan yang membawa tepung. Tidak hanya menembak, tank Israel melaju melindas jasad dan orang yang terluka (historia.id, 25/03/2024). 


Blokade yang terus dilakukan Israel mengakibatkan rakyat Gaza sama sekali tak memiliki hewan kurban. Bagi mereka bisa cukup makan sudah menjadi kemewahan. Sementara saudara muslim di belahan lain dunia berpesta dengan daging kurban melimpah. 


Saat dimana-mana umat muslim merayakan Idul Adha dengan penuh kegembiraan tapi tidak di Gaza. Bagi mereka bisa bertahan hidup sudah menjadi anugerah. 


Di mana negeri-negeri Muslim?


Di mana negeri-negeri muslim? dimana ditaruh hati para penguasa Mesir, Yordan dan negara Arab lainnya ? Sebatu itukah hatinya hingga tega berpesta di atas darah dan nestapa saudara di Gaza? Mereka makan di atas piring-piring besar dengan aneka makanan berlimpah sementara di Gaza, hanya untuk mendapat tepung pembuat rotinya harus berjibaku bahkan kehilangan nyawa. 


Ya Allah, Engkau sudah memberikan jalan yang sahih untuk masalah ini tapi para pemimpin kami justru berasyik masyuk dengan para penjajah durjana yang telah membelah dunia menjadi negeri-negeri kecil yang egois mementingkan negerinya sendiri. Mereka hanya garang di podium bak singa sirkus yang merasa bangga ketika mendapat applaus hadirin saat turun panggung. Yang mencukupkan diri menandatangani resolusi dan mengirim tentara penjaga perdamaian yang tidak membantu sama sekali penegakan kemerdekaan Palestina.


Umat hanya bisa menyampaikan dalam gerak massa, dalam orasi, dalam nasehat pada penguasa. Sebab Jihad, solusi sahih kemerdekaan Umat, hanya bisa digerakkan entitas Negara bukan sekumpulan orang. Negara yang di dalamnya ditegakkan syariat Islam yang meyakini bahwa penguasanya adalah pengurus masalah umat bukan pengeret kekayaan umat. Negara yang menjadikan kebaikan Umat sebagai poros menjalankan amanah, bukannya menjadikan Umat sebagai sumber pundi-pundi pribadi dan golongan. 


Palestina tidak cukup diakui kemerdekaannya sebab kemerdekaan hakiki hanya ketika Umat berada di bawah sebuah Negara yang menegakkan syariat yang mengayomi dan memimpin Umat sedunia di dalam satu entitas Negara. Dan hanya ada satu bentuk Negara yang mampu menegakkan syariat yaitu Khilafah ala minhajin nubuwwah

Semoga Allah istiqomahkan kita dalam perjuangan penegakannya. Agar tidak ada lagi Negeri muslim di bawah penjajahan. Biar umat Islam tidak lagi jadi bulan-bulanan rezim dzalim. Agar Islam kembali memimpin dan membawa Rahmat bagi semesta. 


Wallahu musthaan

Goresan Pena Dakwah

ibu rumah tangga yang ingin melejitkan potensi menulis, berbagi jariyah aksara demi kemuliaan diri dan kejayaan Islam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak