Cabuli Anak Sendiri, Bukti Rusaknya Fitrah Ibu



Oleh : Ani Yunita (Penggiat Literasi)



Viral tersebar video dua orang ibu muda mencabuli anak mereka sendiri. Ibu berinisial AK tega mencabuli anaknya berusia 10 tahun dan R mencabuli anaknya yang berusia 5 tahun. Pelaku mengaku disuruh oleh seorang kenalan di media sosial Facebook bernama Icha Shakila. Dengan mengiming-imingi diuit dan lowongan pekerjaan kedua ibu tersebut berani mencabuli dan mendokumentasikan perbuatan bejatnya itu. (kompas.com 13/6/24)

Dari pihak kepolisian melakukan  pemeriksaan psikis kepada salah satu ibu berinisial R dan dinyatakan bahwa bebas dari gangguan mental apa pun, dan akan melanjutkan proses hukuman bagi ibu tersebut dan menjerat dengan pasal perlindungan anak, pasal pornografi dan pasal informasi dan transaksi elektronik.
Sudah semestinya menjadi ibu adalah tugas mulia yang diberikan Allah SWT pada perempuan melalui rezeki buah hati. Ini tak hanya sematan belaka untuk perempuan yang punya putra. Namun, ibu merupakan sekolah pertama bagi anak-anaknya.

Dengan begitu seorang ibu memiliki belas kasih dan penuh kelembutan dalam membesarkan serta mendidik anaknya. Secara fitrah, ibu akan selalu menjaga dan membesarkan anaknya dengan baik dan selalu ingin memberikan yang terbaik.
Namun sayang, dalam sistem sekarang yang tak lagi manusiawi saat ini, fungsi ibu pun terkikis sedikit demi sedikit. Peran ibu  tidak dipandang sebagai profesi mulia, tetapi dipandang sebelah mata dan tidak dilindungi lagi.


Negara Gagal Melindungi Masyarakat

Sudah menjadi rahasia umum bahwa negara memiliki andil besar dalam menjaga seluruh elemen dalam masyarakat, termasuk ranah keluarga, mulai dari pemenuhan kebutuhan pokok hingga menjaga stabilitas keluarga.

Telah diketahui mirisnya yang menjadi motif dari perilaku keji kedua ibu di atas adalah faktor ekonomi. Mereka terdesak membutuhkan uang dan pekerjaan sehingga rela melakukan hal keji yang diperintahkan oleh oknum tersebut.

Sedangkan kehidupan saat ini, negara tidak lagi berfungsi sebagai pengurus dan penjaga rakyat. Negara telah gagal menjamin kesejahteraan bagi masyarakat. Negara tidak mengelola kekayaan sumber daya alam Indonesia untuk dikembalikan pada masyarakat, melainkan hanya berbagi jatah dengan swasta dan sibuk memperkaya kantong pribadi.

Akibatnya, masyarakat harus berjibaku memenuhi kebutuhannya masing-masing. Di satu sisi, lapangan pekerjaan kian sulit didapatkan, di sisi lain harga-harga kebutuhan pokok meningkat. Tak hanya para ayah, akhirnya ibu pun yang seharusnya fokus menjadi pendidik ikut turun tangan demi mencari pendapatan.

Oleh sebab itu para laki-laki yang kehilangan fungsi suami sebagai qowwam (pemimpin) bagi keluarganya, akhirnya ibu mau tak mau harus untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Miris, kondisi ini sesungguhnya merupakan ancaman nyata bagi para ibu sendiri karena sedikit demi sedikit hal ini menggerus fitrah ibu.

Ditambah lagi, ketaatan individu yang kian melemah karena berbagai serangan informasi dan pengaruh media dari luar, akhirnya kita jumpai fenomena  di luar nalar manusia, seperti ibu yang tega mencabuli anaknya saat ini, banyaknya ibu yang terserang baby blues dan tega menyakiti anak, ibu melukai bahkan membunuh anaknya lantaran depresi dan masih banyak lagi.


Negara Islam Menjaga Masyarakat

Negara merupakan junnah atau perisai bagi rakyat. Politik dimaknai sebagai mengurus urusan umat manusia. Oleh karena itu, negara Islam sangat melindungi, menjaga rakyat dari berbagai ancaman dan mengayomi segala urusan masyarakat.

Pada prinsipnya cara negara menjaga masyarakat adalah dengan menerapkan seluruh syariat Islam secara praktis. Islam menganggap kebutuhan primer bagi individu adalah sandang, pangan, papan, keamanan, pendidikan, dan kesehatan. Semuanya wajib dijamin oleh negara untuk pemenuhannya.
Seandainya masyarakat tidak terpenuhi kebutuhan primernya, maka tidak merdeka pemikirannya. Hal ini di karena pemikiran masyarakat terbelenggu dengan urusan pemenuhan kebutuhan.

Oleh sebab itu, negara harus berperan menjamin seluruh kebutuhan hidup masyarakat. Dengan demikian, pasti ibu bisa mengoptimalkan perannya dalam keluarga, yaitu mendidik dan membesarkan anak-anak dengan baik.
Sesungguhnya dalam negara Islam, sosok ibu akan terjaga kesehatan fisik dan mentalnya dengan peningkatan ketakwaan individu. Masyarakat yang bertakwa mampu menjadikan individu lainnya ikut bertakwa karena terpengaruh oleh mayoritas.
Dengan demikian masyarakat yang bertakwa akan memahami bahwa peran ibu sebagai pendidik generasi adalah profesi yang teramat mulia dan wajib dilindungi dan dijaga.

Pada hakikatnya, bahwasanya sistem yang dibuat oleh manusia tidak akan mampu memanusiakan manusia. Manusia memiliki keterbatasan pengetahuan dan daya pikir untuk menalar apa yang baik dan buruk untuk dirinya. Sementara sistem yang dibuat oleh sang maha pencipta adalah sistem yang mampu meletakkan manusia sesuai fitrahnya.

Allah Subhanahu WA Ta'ala yang menciptakan, maka Dialah yang paling mengerti akan ciptaan-Nya dan paling berhak mengatur sesuai kemaslahatan bagi ciptaan-Nya sendiri. Sebaliknya jika manusia enggan menerapkan aturan Allah, pastilah akan timbul berbagai kerusakan seperti kasus ibu yang tergerus fitrahnya ini. 

Wallahua'lam bishawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak