Oleh: Ummu Ayla
(Pemerhati Keluarga dan Generasi)
Kondisi Palestina semakin mempeihatinkan. Sudah seharusnya berbagai aksi pembelaan terus dilakukan. Di Indonesia gelombang demo besar-besaran terus meluas. Para akademisi turun ke jalan menunjukkan solidaritas terhadap warga Palestina. Seluruh mahasiswa unjuk rasa menuntut pemerintah dunia mengambil tindakan tegas agar Israel berhenti melancarkan operasi militernya di Gaza. Mereka terus menyerukan gerakan agar perguruan tinggi melakukan divestasi dari perusahaan yang mendukung Israel(CNBC,11/5/2024).
Kondisi Palestina makin menderita. Zion*s membabi buta, dunia diam saja. Belakangan, aksi Raja Yordania yang mengirimkan bantuan kemanusiaan lewat udara diapresiasi seluruh muslim dunia. Aksi tersebut dianggap bagaikan oase di padang pasir tatkala negeri-negeri Arab lainnya memilih bungkam atas genosida di sana. Bahkan, Mesir membangun tembok beton tinggi di sepanjang perbatasannya dengan jalur Gaza, menyusul kabar invasi Israel ke Rafah.
AS juga mengirimkan bantuan kemanusiaan lewat jalur udara seperti yang dilakukan Yordania. Namun, bantuan tersebut tampaknya hanyalah kamuflase. Pemimpin dunia Islam juga hanya mampu mengecam dan mengutuk tanpa bisa menghentikan kebengisan Zion*s atas Palestina. Mereka hanya berdialog dan berdiplomasi, padahal kita semua tahu entitas Zion*s tidak akan pernah bisa dihentikan dengan bahasa diplomasi dan kecaman.
Palestina adalah barometer kondisi umat hari ini. Jika Palestina terjajah, semua negeri muslim juga dalam kondisi terjajah. Jika Palestina dapat dibebaskan, seluruh negeri muslim juga akan terbebas. Ini semua adalah keniscayaan sebab dunia hari ini dikendalikan ideologi kapitalisme.
Penjajahan Zion*s atas Palestina merupakan gambaran pertarungan peradaban Barat dan Islam. Keberadaan Zion*s sendiri memang telah mendapat restu dari internasional. Zion*s dilahirkan Inggris melalui Deklarasi Balfour, lalu dibidani PBB melalui Resolusi 181 pada 1947 yang membagi wilayah Palestina menjadi dua bagian, yakni negara Palestina dan Yahudi.
Zion*s dipelihara AS sebagai anak emas. Jadi, mustahil mengharapkan PBB menjadi juru damai yang di dalamnya ada AS, Inggris, dan sekutu Zion*s yang pasti akan menganulir upaya apa pun untuk membebaskan Palestina dari penjajah zionis.
Sejatinya, Zion*s memang sengaja dipasang di bumi Palestina sebagai penjaga ideologi kapitalisme. Sebagaimana sifat ideologi, kapitalisme akan terus berambisi menguasai dan menjajah negeri-negeri muslim demi mengamankan kepentingan dan eksistensi ideologi ini.
Yang Harus Dilakukan
Untuk membersihkan Zion*s dari Palestina, kaum muslim harus berani mengambil langkah konkret dan taktis.
Pertama, jangan lagi berharap pada lembaga dunia seperti PBB. Hadirnya PBB tidak berpengaruh apa pun pada Palestina. Lihatlah kepongahan Zion*s yang mempermainkan lembaga ini dengan sesuka hati. Dewan Keamanan PBB juga mandul dalam peran sentral AS di lembaga tersebut. Sebagai contoh, keanggotaan Indonesia sebagai anggota DK PBB tidak berimplikasi apa pun terhadap perilaku Zion*s yang kian keji. Hanya kutukan dan kecaman yang nyaring dibunyikan, tetapi minim hasil. Zion*s tidak acuh, AS pun tutup mata dan telinga.
Kedua, menyeret Israel ke Mahkamah Internasional atas kejahatan kemanusiaan adalah hal yang mustahil. Buktinya, keputusan sementara yang dihasilkan di pengadilan ini tidak membuat Zion*s gentar dan menghentikan genosida. Yang ada, mereka makin menjadi-jadi menarget warga sipil tanpa ampun.
Dukungan AS menjadi alasannya. Ia tidak akan membiarkan “golden boy”-nya diadili. Meski belakangan AS tampak menjauh dari Zion*s, tetapi ia juga tidak menghentikan bantuan militernya kepada zionis. Apa yang dilakukan AS saat ini sekadar memoles citranya di mata dunia. Dari masa ke masa, dukungan AS kepada Zion*s tidak berubah meski berganti presiden. Jadi, lupakan saja keinginan mengadili Israel ke Mahkamah Internasional.
Ketiga, “two state solution” dan diplomasi bukanlah solusi. Membagi dua tanah untuk Palestina dan entitas Yahudi adalah bentuk pengkhianatan. Palestina adalah tanah kharajiyah yang diperoleh dengan darah dan air mata kaum muslim. Selamanya akan menjadi milik kaum muslim.
Sementara itu, Zion*s hanyalah entitas parasit yang menumpang hidup di Palestina. Keberadaannya sebagai negara dipaksakan oleh Barat. Berbagai jalan diplomasi hingga gencatan senjata berujung tumpul dan nihil. Menghadapi Zion*s bukanlah dengan diplomasi atau duduk manis berdiskusi. Mereka hanya bisa dibasmi dengan memeranginya.
Keempat, persatuan kaum muslim harus diwujudkan. Palestina adalah ujian ikatan akidah. Palestina adalah cobaan ukhuwah Islamiah. Ukhuwah itu tidak tampak tatkala nation state telah mengerat tubuh kaum muslim menjadi puluhan negara. Negara bangsa inilah yang membuat Liga Arab sulit melawan Zion*s meski mereka mendukung Palestina.
Namun, dukungan itu toh bagai lip service semata. Tidak ada tindakan nyata dari Liga Arab untuk mengusir penjajah Yahudi dari tanah Nabi. Itu karena kepentingan politik dan kerja sama mereka dengan Zion*s. Di satu sisi mendukung, di sisi lain berjabat tangan dengan pembantai muslim Palestina. Akidah pun tergadai atas nama kepentingan bangsa.
Masalah Palestina adalah masalah kaum muslim. Tidak boleh ada seorang pun yang berhak menyerahkan tanah kharajiyah kepada pihak lain, apalagi kepada perampok dan penjajah seperti zionis. Oleh karena itu, sikap seharusnya terhadap Zion*s yang telah merampas tanah Palestina adalah sebagaimana yang telah Allah Swt. perintahkan, yakni perangi dan usir!
Demikian sebagaimana firman-Nya, “Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian, menghinakan mereka serta akan menolong kalian atas mereka sekaligus melegakan hati kaum mukmin.” (QS At-Taubah [9]: 14).
Harus ada kekuasaan Islam yang menyerukan jihad fi sabilillah. Tidak ada solusi lain bagi Palestina selain penerapan Islam kaffah. Dengan Islam, sekat bangsa akan tercerai, persatuan kaum muslim akan mewujud, akidah Islam menjadi fondasi kekuatan Islam. Khalifah akan menyerukan jihad memerangi musuh-musuh Islam.
Dalil kewajiban Islam Kaffah sudah banyak dinyatakan dalam hadis. Salah satunya, “Sesungguhnya (urusan) agama kalian berawal dengan kenabian dan rahmat, lalu akan ada Khilafah dan rahmat.” (HR Al-Bazzar).
Kata “Khilafah” dalam hadis ini memiliki pengertian sistem pemerintahan, pewaris pemerintahan kenabian. Hal ini diperkuat dengan sabda Nabi saw, lainnya, “Dahulu, Bani Israil dipimpin dan diurus oleh para nabi. Jika para nabi itu telah wafat, mereka digantikan oleh nabi yang baru. Sungguh, setelah aku tidak ada lagi seorang nabi, tetapi akan ada para khalifah yang banyak.” (HR Bukhari dan Muslim).
Sepanjang sejarah, Islam mampu menjaga dan melindungi Palestina hingga tiga agama di sana, yakni, Islam, Nasrani, dan Yahudi hidup berdampingan secara damai lebih dari 400 tahun lamanya.
Hanya Islam solusi fundamental untuk Palestina dan negeri muslim lainnya yang masih terjajah. Mau berapa bukti lagi bahwa tanpa Islam umat tertindas dan tercerai berai?
Hanya Islam rumah dan tempat aman bagi kaum muslim meminta perlindungan. Dengan Khilafah, kaum muslim terjaga kehormatan, nyawa, dan hartanya. Semoga Allah menyegerakannya untuk kita. Wallahu'alam bishshawab(muslimahnews,6/3/2024).
Tags
Opini