All Eyes on Rafah dan Wajah Kepemimpinan Sekuler




Oleh: Uswatun Maghfirah 




Genosida G4z4 semakin memilukan, setelah seluruh tempat dibumi hanguskan oleh si Riwil hingga tersisa Rafah sebagai tempat pengungsian. Faktanya, akhir Mei si Riwil menunjukkan kebengisannya dengan menjatuhkan 9000 ton bom ke kota Rafah hingga membumi hanguskan kamp kamp pengungsian. Puluhan orang dikabarkan syahid akibat beristiwa tersebut (Aljazera.com 28/5). Kondisi G4z4 yang semakin memanas, memancing seluruh masyarakat untuk bersuara atas genosida ini. Seruan boikot produk si Riwil hingga aksi menuntut pembebasan tanah para nabi tersebut semakin massif terjadi baik di media sosial maupun real life. Salah satunya dengan maraknya tagline “All Eyes On Rafah” (BBC, 31/5). Gelora seruan masyarakat pada G4Z4 yang terus berlangsung, mendesak setiap elemen untuk memberikan solusi atas genosida ini. Langkah selanjutnya yang harus diperhatikan oleh masyarakat adalah dukungan dan upaya mewujudkan solusi yang paripurna untuk menghentikan genosida yang telah berlangsung puluhan tahun lamanya.

Penguasa Pengecut, Masihkah Bisa Diharapkan

Selama puluhan tahun genosida terjadi, pemimpin negara di dunia telah buta dan mencukupkan diri dengan melakukan kecaman demi kecaman. Lebih jauh daripada itu, negri negeri Arab justru membangun kerja sama ekonomi dengan Si Riwil, Mesir bahkan mempertebal tembok antara Rafah dan wilayah mereka. Hampir 150 negara terdiam menyaksikan AS menggunakan hak vetonya untuk menolak kesepakatan penghentian genosida. Seluruh pemimpin dunia dengan seluruh kekuatan militer yang mereka punya, diam tanpa melakukan aksi nyata mengirimkan pasukan militer. Mereka memilih bersembunyi dibalik kata “perundingan dan konsolidasi” dengan terus menyaksikan satu per satu warga G4Z4 wafat dalam kondisi mengenaskan.

Para pemimpin negeri negeri Arab, secara nyata kita saksikan lebih mementingkan kesemapatan ekonomi dibandingkan permasalahan kemanusiaan dan kehormatan agama mereka yang ada di depan mata. Sedangkan pemimpin negara negara Barat tengah menunjukkan sifat asli mereka yang hipokrit dengan kemanusiaan. Mereka mengklaim menjungjung kemanusiaan sebagai asas tertinggi, tetapi saat G4z4 membara mereka mengalihkan pandangan bahwa dengan terang terangan menduduk genosida yang terjadi.

Padahal, pemimpin sebuah negara adalah penguasa yang mampu mengoptimalisasi dukungan bukan hanya dengan doa atau bahkan donasi. Penguasa seharusnya mengirimkan pasukan militer untuk mengusir penjajahan dan melenyapkan genosida atas G4ZA dan P4l3st1n4. Bukan sibuk mengecam, karena jika hanya kecaman, sesungguhnya rakyatnya telah lebih dulu dan lebih pandai menyuarakan kecaman hingga menghancurkan mental pasukan pasukan si Riwil.

Sikap pengecut para penguasa dunia, tidak lepas dari mindset sekulerisme yang telah tersistematis terinstall di seluruh dunia. Mindset ini telah melahirkan pemimpin yang bersikap tak acuh pada saudara seagama karena merasa urusan agama hanya ada di masjid masjid saja. Sekulerisme telah menanamkan dalam benak pemimpin untuk memisahkan kepentingan agama dengan kepentingan negara. Sekulerime telah melahirkan pemimpin pemimpin egois, individualis dan materialis. Pemimpin yang tega berjabat tangan dengan para pembantai dengan alasan demi keuntungan ekonomi.

Sekulerime telah melahirkan para pemimpin pengecut itu dengan terus mendidik mereka dengan paham paham liberalisme, mematikan hati nurani dengan asas nasionalisme, membuat setiap manusia berpikir menyelamatkan wilayahnya adalah hal paling prioritas dalam hidup. Sekulerisme juga mensuasanakan pandangan materialistic dalam standart kebahagiaan manusia. Kedudukan dan kekuasaan hanyalah kebanggaan semata. Sekulerime mengajarkan demokrasi dengan kebenaran ada pada mayoritas suara. Sehingga tak heran mereka rela kalah suara memutuskan nasib G4z4 di pertemuan PBB. Sekulerisme telah melahirkan pemimpin pengecut yang nihil mampu membawakan solusi hakiki untuk G4Z4 dan P4l3st1na. Pemimpin yang kehilangan makna ukhuwah Islamiyah sebab meninggikan makna makna nasionalisme kebangsaan.

Solusi Hakiki, Teruslah Bersuara

Hakikatnya telah cukup lama penjajahan G4Z4 dengan segala solusi yang diberikan oleh negara negara di dunia kita lihat telah cacat dan tidak memberikan solusi tuntas atas problem ini. Seperti yang telah diketahui bahwa militer hanya mampu dimusnahkan oleh militer, tank hanya mampu dilawan dengan tank, maka pembebasan G4z4 sejatinya hanya mampu diwujudkan dengan dikirimkannya militer oleh para penguasa. 

Hanya saja, bukan penguasa yang telah terkontaminasi oleh pemikiran sekulerisme, nasionalisme, demokrasi. Akan tetapi oleh penguasa yang memiliki pemahaman bahwa masalah G4Z4 adalah masalah utama sebagai bentuk tanggung jawab terhadap Allah Subhanahu Wataala. Penguasa ini adalah penguasa sekelas Umar bin Khattab atau Salahuddin Al Ayyubi. Penguasa yang telah membebaskan tanah para nabi dengan pasukan militernya. 

Penguasa sekelas keduanya hanya mampu diwujudkan pada negara yang menjalankan sistem Islam secara keseluruhan. Negara yang mendidik dengan kurikulum Islam, memastikan setiap pelajarnya memahami konsekuensi keimanan bukan hanya berbicara tentang sholat dan puasa tetapi juga berjihad melawan kedzaliman. Negara yang mampu memberikan suasana keimanan baik di media sosial maupun real life dengan menjujungkan ridho Allah sebagai tujuan sekaligus capaian utama seorang manusia bukan dari sebanyak dan setinggi apa kekayaan serta kekuasaannya. Negara yang menghilangkan sekat sekat nasionalisme dalam mencetak para politisinya, serta mendidik para politisi untuk menegakkan agama dengan dakwah dan jihad. 

Sesungguhnya negara dengan mindset seperti inilah yang mampu melahirkan generasi pembebas tanah para nabi. Maka inilah saatnya untuk mencampakkan seluruh ide sekulerisme dan turunannya serta kembali pada Islam dengan mengadopsi seluruh idenya untuk menegakkan kembali Negara Islam, Khilafah Islamiyah sehingga jihad fii sabilillah mampu digaungkan untuk membebaskan tanah para nabi. Berapa nyawa lagi yang harus wafat hingga kita mau mencampakkan sekularisme dan kembali pada pangkuan Negara Islam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak