Oleh: Ummu Aimar
Koalisi masyarakat melakukan unjuk rasa di seberang Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jumat (31/5/2024). Berdasarkan pantauan sekitar pukul 15.30 WIB, puluhan anak muda telah berkumpul di lokasi sambil membawa isi tuntutan mereka yang ditulis tangan.
Suara dan dukungan mereka terhadap Palestina ini ada yang ditulis dalam bahasa Inggris. Misalnya, “LPDP boycott Ivy League”, “The United States Govt is complicit responsible for genocide”, “stop bombing civilian you moron!”. Beberapa koalisi masyarakat yang tergabung dalam unjuk rasa hari ini antara lain, KontraS, Greenpeace, dan YLBHI. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Massa Unjuk Rasa di Depan Kedubes Amerika Serikat, Suarakan Solidaritas untuk Palestina", Klik untuk baca: https://megapolitan.kompas.com)
Konflik Palestina yang terus memanas tentu saja memiliki akar sejarah panjang yang akan sulit untuk dihentikan. Jutaan manusia telah syahid. Rasa empati dari berbagai negara pun mulai melakukan aksi demo pro palestina karna genosida yang terus dilakukan oleh Israel ini sudah sangat dzalim.
Kaum muslimin Palestina adalah pemilik sah tanah suci yang diberkahi itu, namun penjajah Israel yang didukung oleh Negara-negara Barat telah memantik konflik yang tak berkesudahan. Rakyat Palestina adalah rakyat yang sedang berjuang mempertahankan harga diri, iman dan wilayahnya dari pendudukan Israel.
Secara internal, saat umat Islam terpecah dalam ikatan nasionalisme, maka terjadilah perpecahan umat Islam di dunia. Akibatnya tentu saja umat Islam menjadi sangat lemah dan mudah sekali dikalahkan oleh musuh-musuh Islam. Berbeda dengan dahulu disaat umat Islam masih bersatu padu maka tak sejengkalpun tanah suci Palestina bisa dirampas oleh Yahudi laknatullah.
Faktor eksternalnya adalah adanya penjajahan Israel yang didukung oleh Negara-negara barat penjajah yang sejak dulu telah berhasil memecah belah umat Islam dalam berbagai bangsa dan Negara. Karena itu setiap ada peristiwa internasional yang menimpa umat Islam karena ketiadaan khilafah sebagai tameng harus menjadi momentum kesadaran dan penyatuan pikiran kaum muslimin seluruh dunia untuk terus optimis membangun kebangkitan politik ideologis menuju persatuan umat Islam seluruh dunia.
Negeri-negeri muslim harus benar-benar sadar bahwa palestina adalah bagian dari kaum muslimin di dunia. Maka melakukan pembelaan dan bantuan adalah kewajiban, sebab jika tidak, maka akan dimintai pertanggungjawaban di akherat nanti.
Meskipun untuk melakukan jihad ini tidaklah mudah karena umat Islam tidak ada yang memberikan komando karena umat Islam telah terpecah dalam negara bangsa atau nasionalisme.
Jihad juga akan terkendala dengan adanya system sekularisme, sehingga masalah ini tidak dipandang dalam perspektif Islam, kemudian tidak diselesaikan secara Islam (jihad), melainkan tunduk kepada hokum-hukum internasional.
Sementara kini para pejuang Palestina harus berjuang sendirian, karena negeri-negeri muslim tak bisa banyak berbuat apa apa. Bagi yang tidak memungkinkan jihad secara langsung ke Palestina, tugas kita teruslah opinikan duduk perkara yang sebenarnya tentang Palestina dan upaya boikot terus berlanjut yang merupakan usaha kecil kita seraya mengajak kaum Muslim lainnya berjuang menegakkan khilafah. Di bawah komando khalifah, secara massif dan laksana bangunan yang kokoh, kaum Muslim berjihad.
Karena itu saatnya negeri-negeri muslim bersatu untuk melakukan pembelaan kepada Palestina dari penjajahan Israel dan negera-negara Barat yang menjadi sekutu.
Tak terelakkan lagi, keterpurukan umat Muslim dimulai semenjak hilangnya institusi khilafah, umat tak lagi memiliki junnah. Semenjak saat itu pula, satu persatu negeri-negeri Muslim dibatasi oleh sekat-sekat nasionalisme, terpenjara dalam nation-state. Inilah yang membuat negara Barat dan dunia internasional dengan mudahnya menjajah umat Muslim di negeri-negeri mereka.
Racun nasionalisme berikut dengan kemerdekaan semu yang diberikan dunia internasional telah menjajah sebagian besar negeri-negeri Muslim dari segi pemikiran, hukum, budaya, ekonomi, dan semua lini kehidupan. Sebagain negeri Muslim lainnya terjajah secara fisik, dirampas tanahnya, ditumpahkan darahnya, direnggut jiwanya, dan dizalimi tanpa memberi jalan bagi saudara mereka di negeri lain untuk bangkit menolong mereka.
Nasionalisme menjadi cara ampuh bagi negara Barat dan dunia internasional untuk menghancurkan umat Muslim dari segala lini kehidupan mereka. Bukan hanya itu, hukum-hukum international pun tak memiliki sedikit pun pengaruh untuk dapat digunakan sebagai cara untuk melindungi umat Muslim. Bahwa sekarang PBB pun tidak mampu menghentikan kejahatan tersebut dan pemimpin negeri-negeri Muslim hanya peduli wilayahnya, tidak peduli kepada umat Islam yang berbeda negara.
Namun, lagi-lagi dunia internasional bungkam. Lembaga-lembaga internasional bergeming. Undang-undang internasional mandul. Karena sejatinya, semua itu menjadi cara bagi negara-negara Barat untuk menguasai umat Muslim di negeri-negeri mereka. Faktanya, negara Barat dan dunia internasional menggunakan beragam cara dan lembaga untuk terus memburu dan mengeksploitasi umat Muslim.
Beginilah nasib umat Muslim hingga detik ini di negeri-negeri mereka. Seharusnya mereka menyadari bahwa mereka tidak baik-baik saja, mereka harus menemukan solusi keterpurukan hari ini. Jika problematika umat Muslim ini dibiarkan terus berlarut-larut, keadaan umat Muslim akan semakin memburuk dan terpuruk ke jurang kehancuran yang lebih dalam.
Dan masih banyak lagi diskriminasi yang dialami umat Muslim, baik di negeri minoritas ataupun mayoritas. Kejahatan yang ditimpakan kepada mereka terlihat nyata terorganisir dan tersistem. Selama tanpa memiliki junnah, umat Muslim tak akan terlindungi.
Bukan tak ada solusi, namun butuh kesadaran politik umat Muslim itu mau bersatu bangkit dari keterpurukan mereka. Menghancurkan penjajahan dan penindasan harus dengan menciptakan pelindung yang mumpuni untuk dapat melindungi umat Muslim di seluruh dunia. Dan jika mereka bergeming maka khilafah akan memberikam peringatan secara militer dan mengerahkan para pasukan yang siap berjuang di jalan Allah.
Untuk itu , stop berharap kepada institusi-institusi internasional yang tidak bisa berbuat apa-apa. Umat Muslim harus bersatu melawan kejahatan dan kezaliman dan mewujudkan junnah/perisai. Maka kita harus berjuang menjemput kembali hadirnya institusi yang menjaga sebagai perisai.
Tidak ada jalan lain, untuk melindungi umat Muslim di seluruh dunia dari segala macam kejahatan dan kezaliman adalah dengan mewujudkan junah/perisai yang akan menjadi pelindung. Sebagimana yang pernah dibuktikan oleh fakta sejarah, 2/3 dunia hidup terlindungi dalam kesejahteraan baik bagi Muslim ataupun non-Muslim tanpa adanya diskriminasi yaitu Daulah khilafah.
Tags
Opini