RAMADHAN MOMENTUM BERJUANG SATUKAN UMMAT



Oleh: Nina (Pegiat Literasi) 

Alhamdulillah, tak terasa bulan ramadhan akan segera tiba. Bulan yang mulia, bulan yang  penuh dengan keistimewaan didalamnya, dimana Allah telah memberikan kita 1 bulan dalam setiap tahunnya untuk melipat gandakan amalan kita berkali-kali lipat. Maka, sudah sepatutnya kita sebagai ummat muslim merasa bersyukur  dan berdoa agar bisa kembali bersua dengan ramadhan tahun ini. Bulan ramadhan adalah bulan dimana ummat islam memiliki giroh yang luar biasa dalam meningkatkan ketakwaan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ummat muslim yang memenuhi masjid untuk melaksanakan salat tarawih, melakukan kajian-kajian, dan tadarrus al quran. Demikian juga aktivitas ummat islam yang melakukan sedekah, seperti memberi takjil, dan memberi makan orang yang berpuasa. Inilah perbedaan yang sangat nampak yang terjadi pada kaum muslim ketika bulan suci ramadhan dibanding dengan bulan-bulan yang lain.
Pada bulan ramadhan pula terdapat satu aktivitas yang dinanti-nantikan dan juga disyariatkan pada kaum muslimin, yaitu berpuasa. Secara bahasa, puasa berasal dari kata "as-shaum" yang berarti menahan diri dari suatu perbuatan. Sedangkan menurut syara', As-shaum adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari, Allah telah berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ 
 “Wahai orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada umat sebelummu agar kamu bertaqwa.” 

Kewajiban puasa bulan ramadhan disyariatkan pada tanggal 10 Sya‘ban di tahun kedua setelah hijrah nabi SAW ke Madinah. Waktunya kira-kira sesudah diturunkannya perintah penggantian kiblat dari masjid Al-Aqsha ke masjidil Haram. Semenjak itulah Rasulullah SAW menjalankan puasa Ramadhan hingga akhir hayatnya sebanyak sembilan kali dalam sembilan tahun.

Puasa ummat-ummat  terdahulu 
Syariat puasa ini kita ketahui juga diperintahkan kepada umat-umat sebelum ummat nabi Muhammad. Al-quranul karim secara eksplisit menyebutkan bahwa ummat islam wajib berpuasa sebagaimana dahulu puasa itu diwajibkan kepada orang-orang sebelum kita. Di dalam keterangan al-quran atau pun hadits nabawi, dapat ditemukan beberapa keterangan tentang ritual puasa pada nabi-nabi terdahulu atau agama-agama samawi sebelumnya. Adapun yang pertama kali berpuasa di bulan ramadhan adalah nabi Nuh ‘alaihissalam, yaitu ketika dia keluar dari bahteranya. Maka, telah tegas pernyataan dari Allah SWT bahwa setiap umat telah ditetapkan untuk berpuasa ramadhan. Diantara puasa ummat terdahulu ialah puasa Daud yang mana Allah syariatkan kepada nabi Daud as dan ummatnya. Mereka diwajibkan melaksanakan ibadah puasa untuk seumur hidup, dengan setiap dua hari sekali berselang-seling. Selain itu, puasa yang dilakukan oleh Maryam, wanita suci yang telah melahirkan nabi Isa as. Adapun, bentuk atau tata cara puasa yang dilakukan Maryam bukan sekedar tidak makan atau tidak minum, lebih dari itu, syariatnya menyebutkan untuk tidak boleh berbicara kepada manusia. Allah berfirman:

فَكُلِيْ وَاشْرَبِيْ وَقَرِّيْ عَيْنًاۚ فَاِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ اَحَدًاۙ فَقُوْلِيْٓ اِنِّيْ نَذَرْتُ لِلرَّحْمٰنِ صَوْمًا فَلَنْ اُكَلِّمَ الْيَوْمَ اِنْسِيًّاۚ 
Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini."(QS. Maryam: 26)
Selanjutya, yang dimaksud puasa umat terdahulu ialah pada nasrani (katolik) dan yahudi akan tetapi mereka menyimpang dari apa yang telah Allah syariatkan. Hingga sampailah pada puasa ramadhan yang disyariatakan kepada ummat nabi Muhammad dengan berbagai keringanan (rukhshah) dibandingkan puasa ummat terdahulu. 

Peristiwa yang terjadi  pada bulan ramadhan 
Bulan ramadhan merupakan bulan yang istimewa bagi umat muslim. Ada banyak peristiwa yang terjadi didalamnya. Salah satunya karena adanya peristiwa bersejarah yang dikenal dengan sebutan nuzulul qur’an. Malam nuzulul qur’an merupakan peristiwa dimana kitab suci al-qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril di Gua Hira. Kitab yang menjadi pedoman bagi ummat manusia dalam menjalan kehidupan serta keberadaannya yang akan terus abadi hingga akhir zaman nanti. Disisi lain sejarah mencatat, sejak jaman nabi Muhammad SAW, khulafaur rasyidin hingga kekhilafahan Utsmaniyah, ummat muslim tidak hanya melakukan puasa dan amalan sunnah lain saja melainkan jihad fii sabillillah. Terjadi banyak penaklukan pada bulan yang suci ini diantaranya perang badar (17 ramadhan 2 H) yang merupakan pertempuran pertama terbesar dalam sejarah islam, ummat muslim melawan kafir quraisy, futuh makkah (10 ramadhan 8 H) yang dipimpin langsung oleh rasulullah SAW, perang buwaib (ramadhan 13 H) perang ummat muslim melawan Persia. Perang qodisiyah (Ramadhan 15 H), perang yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqas melawan Persia, penaklukan Andalusia (28 ramadhan 92 H) yang dipimpin oleh Toriq bin Ziyad, penaklukan kota Amuriyah (223 ramadhan) yaitu penaklukan kekaisaran Bizantium yang dipimpin oleh khalifah Al Mu’tashim, dan terakhir ialah perang hittin (ramadhan 584 H) yaitu perang melawan tentara salib dan berhasil membebaskan baitul maqdis. Itulah sederet kemenangan besar yang diraih ummat muslim pada bulan ramadhan. 
Peristiwa diatas menjadi sebuah gambaran bahwasanya bulan ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan.  Bulan perjuangan, bukan hanya menahan diri dari lapar, haus dan hawa nafsu melainkan momen emas untuk meraih kemenangan dalam mengokohkan perjuangan menegakkan islam dimuka bumi dan semakin meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Keistimewaan bulan puasa
Bulan ramadhan adalah saat dimana Allah memperbesar pahala, melipat gandakan pemberian, dan membuka pintu-pintu kebaikan bagi orang yang menginginkannya. Sebagaimaa dalam hadis rasulullah SAW: 
“….Berhati-hatilah terhadap bulan ramadhan, karena pahala kebaikan demikian juga ganjaran kejelekan akan dilipat gandakan."

Hadist di atas memberikan sebuah pemahaman tentang betapa besarnya nilai ibadah yang dilakukan pada bulan ramadhan. Namun, pada bulan tersebut juga Allah lipat gandakan dosa dalam setiap perbuatan buruk. Sesungguhnya puasa ramadhan termasuk ibadah dan bentuk ketaatan yang paling utama dan memiliki banyak keistimewaan diantaranya adalah Allah menjadikan puasa sebagai kawajiban seluruh ummat. Selain itu ummat muslim yang menjalankan puasa dengan keikhlasan maka akan diampuni dosa dan dihapuskan kesalahannya. 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa berpuasa dibulan Ramadhan karena Iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu," (HR Bukhari dan Muslim).

Pada bulan Ramadhan pula terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam  itu para malaikat akan turun ke bumi dan memberi syafaat kepada orang-orang yang senantiasa menghidupkan lailatu qadar. Allah juga akan melapangkan rezeki orang-orang yang senantiasa meminta dengan tulus dan dikehendaki-Nya. Dengan semua keistimewaan tersebut, sudah selayaknya kita perlu mengokohkan diri kita agar bulan yang akan kita jumpai ini tidak terlewat dengan sia-sia. Kita tentu berharap ibadah yang kita lakukan pada ramadhan bisa mengantarkan kita pada ketakwaan haqiqi. Totalitas dalam melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan –Nya dan sebagai pengemban dakwah sudah menjadi tugas utama kita untuk menyeru pada yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Sebagai pengemban dakwah yang ideologis kita juga memiliki satu misi besar, yaitu bersatunya ummat islam dibawah kepimimpinan islam.
Sejatinya bulan ramadhan juga adalah bulan persatuan, dimana seluruh ummat muslim didunia serentak menjalankan ibadah puasa dan menyambut kemenangan idul fitri. Ummat Islam adalah ummatan wahidah yang tidak boleh tercerai berai. Sebab, keterpecah belahan ummat islam akan merendahkan wibawa ummat islam dan menjadi santapan musuh-musuh Allah.
 
وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Ironisnya, apa yang kita saksikan saat ini justru kebalikannya. Ummat islam yang dulu pernah bersatu dibawah satu kesatuan selama 13 abad lamanya, kini terpecah menjadi lebih dari 53 negara yang kecil dan lemah.  Ummat yang dulu sangat disegani dan ditakuti lawan kini malah menjadi bulan-bulanan bangsa penjajah. Jumlah ummat muslim yang miliaran pun tidak berkutik melwan zionis yahudi yang jumlahnya hanya jutaan. Mereka telah menghabisi nyawa ummat muslim di Palestina khususnya Gaza dan menistakan baitul maqdis. Ummat muslim dibelahan dunia lain hanya bisa menyaksikan kezoliman yang terjadi terhadap saudara-saudara kita yang teraniaya dan memberikan bantuan yang sejatinya tidak mampu menyelesaikan tuntas permasalahan yang dihadapi. Mirisnya lagi, negri kaum muslim terdekat pun terang-terangan memblokade akses yang dapat menghubungkan  wilayahnya dengan Gaza karena ketakutannya pada zionis dan negara pendukung dibelakangnya.  
Inilah buah dari nasionalisme, sistem yang telah dirancang barat untuk memecah belahkan ummat muslim. Oleh karena itu, hendaknya bulan ramadhan dijadikan sebagai bulan perjuangan dalam upaya mewujudkan persatuan ummat islam. sebagaimana perjuangan yang telah dilakukan dizaman nabi ialah jihad maka perjuangan yang mesti dilakukan saat ini adalah dakwah mewujudkan kembali persatuan ummat muslim dunia dibawah naungan khilafah. Karena dengan tegaknya khlifah lah maka jihad bisa kembali dilakukan dengan sempurna.  Sebagai ummat muslim terlebih lagi para penyandang status “pengemban dakwah” sudah seharusnya kita merindukan persatuan ummat islam sebagaimana dahulu dimasa-masa keemasan islam, dan hanya aktivtas dakwah lah yang sesuai dengan metode rasulullah SAW yang telah terbukti mampu mewujudkan itu kembali, yaitu dakwah melanjutkan kepemimpinan islam dibawah naungan khilfah islamiyah. Waallahu a'lam bishowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak