Oleh: Nining Sarimanah
Marhaban ya Ramadan, bulan yang ditunggu oleh seluruh umat Islam di dunia, sebentar lagi menghampiri. Keutamaan dan keberkahannya menjadi magnet bagi kaum muslim untuk meningkatkan amal ibadah. Bagaimana tidak, amal salih dilipatgandakan pahalanya, dosa diampuni, pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup. Namun, di tengah kerinduan menyambut Ramadan, kondisi umat Islam tidak baik-baik saja. Lihatlah, bagaimana keadaan muslim di Gaza, sungguh menyesakkan dada. Selain genosida, bencana kelaparan juga terjadi di sana, akibat blokade oleh Zionis Israel yang telah berlangsung lima bulan sejak 7 Oktober lalu.
PBB telah memperingatkan bahwa bencana kelaparan meluas di jalur Gaza tidak dapat menghindari. Akibatnya, satu dari tiga anak mengalami kekurangan gizi akut dan dua dari setiap 10.000 orang meninggal setiap hari karena kekurangan gizi atau kelaparan dan penyakit. (sindonews.com, 6/3/2024)
Bulan Ramadan tidak bisa disambut dengan meriah sebagaimana muslim di belahan negeri yang lain. Kondisi begitu sulit menyelimuti saudara kita di sana. Bahkan, kelaparan membuat putus asa masyarakat Gaza sehingga mereka terpaksa makan pakan ternak yang sebelumnya digiling menjadi roti. Tentu ini, akan berdampak buruk pada kesehatan tubuh manusia, akibat diare dan sakit perut yang parah.
Kekejaman Israel tidak berhenti sampai di situ, mengetahui pakan ternak digunakan untuk menyambung hidup, Zionis melarang produk pakan ternak masuk ke jalur Gaza sehingga kondisi Gaza makin memburuk. Tak hanya itu, sebagian dari mereka memakan kaktus dan tumbuhan liar yang tumbuh setelah hujan lebat yang dingin dalam beberapa pekan terakhir demi bertahan hidup di tengah bencana kelaparan yang mengancam jiwa.
Penderitaan muslim Gaza harus segera dihentikan dan segera menolong mereka. Tak cukup dengan memberi bantuan berupa makanan, pakaian, dan logistik, tetapi membebaskan bumi para nabi dari pendudukan kriminal dan genosida jauh lebih penting. Karena penderitaan masyarakat Palestina, dimulai saat Zionis Yahudi bercokol di sana atas pengakuan PBB dan negara besar lainnya sebagai institusi negara.
Sayangnya, upaya pembebasan Palestina dari cengkeraman Zionis dengan mengerahkan pasukan militer tidak menjadi agenda besar penguasa muslim. Padahal, mereka memiliki kekuatan dan kemampuan memobilisasi militernya untuk mengusir penjajah yang jumlahnya tidak seberapa. Namun, yang terjadi justru penguasa muslim berkolusi dengan entitas Yahudi, yaitu mempertahankan keberadaan populasi Zionis dengan bahan makanan, bahan bakar, produk segar, dan pasokan lainnya melalui jembatan darat Yordania, Turki, dan Uni Emirat Arab. Sungguh ini, bentuk nyata penghianatan! Seharusnya yang dibela adalah saudara seiman bukan penjajah.
Adapun kecaman dan kutukan terhadap kebrutalan Zionis nyatanya tidak mengubah apa pun. Akibat sikap diamnya penguasa negeri Islam, korban terus berjatuhan dan bahkan kematian karena kelaparan siap mengintai. Inilah yang diinginkan penjajah!
Semua ini akibat dari cinta dunia dan ide nasionalisme yang telah lama menguasai pemikiran kaum muslim khususnya para pemimpin negeri Islam. Akibatnya kesatuan umat Islam tidak tampak, persaudaran hanya di lisan semata, buktinya di perbatasan Rafah dibangun tembok tinggi yang memisahkan antara Gaza dengan Mesir, sungguh miris! Tidak ada penguasa yang peduli terhadap pederitaan muslim Gaza karena mereka dikendalikan dengan iming-iming kekuasaan dan harta. Alhasil, kaum muslim tidak berdaya untuk mengembalikan kesucian Baitul Maqdis.
Karenanya, solusi satu-satunya untuk membebaskan Palestina adalah umat Islam wajib bersatu di bawah kepemimpinan Islam, sebagaimana Khalifah Umar bin Khaththab yang membebaskan Palestina dari Bizantium, Romawi. Jika umat Islam bersatu di bawah komando Islam, dipastikan Zionis Israel dan negara pendukungnya, termasuk AS tidak akan berani untuk menyentuh tanah kaum muslimin, bahkan menumpahkan darah umat Islam sekalipun. Karena, khalifah memiliki kekuatan untuk mengerahkan militernya dengan sarana dan prasarana yang membuat gentar musuh. Khalifah satu-satunya yang mampu melindungi umat Islam dari kezaliman yang dilakukan oleh orang kafir. Hal ini, ditegaskan dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari Muslim bahwa Rasulullah saw. bersabda,
إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدْلٌ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ ، وَإِنْ يَأْمُرُ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ [رواه البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.”
Wallahu a'alam bishshawab
Tags
Opini