Oleh : Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
Kaum muslim Palestina kian tertindas. Setelah hampir lima bulan, serangan zionis telah menelan korban lebih dari 29 ribu warga sipil Palestina. Dunia seolah menutup mata akan segala yang terjadi. Hingga kini, solusi perdamaian pun kian tidak pasti.
Gencarnya Pembantaian, karena Sistem Rusak Makin Akut
Berdasarkan data yang dilansir dari databoks.katadata.com (22/2/2024), peperangan yang terjadi antara Israel dan Palestina pada 7 Oktober 2023 hingga 21 Februari 2024, telah menewaskan sebanyak 29.313 nyawa dan warga luka-luka sebanyak 69.333. Hingga kini peperangan masih berlangsung. Genosida kaum muslim terus terjadi.
United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA),
mencatat bahwa Israel terus melakukan pengeboman di Jalur Gaza baik dari udara, darat, maupun laut. Serangan tersebut mengakibatkan semakin kerugian luar biasa. Mulai dari tewasnya puluhan ribu warga sipil, kerusakan wilayab pengungsian, dan kehancuran infrastruktur.
Pertempuran darat antara pasukan Israel dan kelompok bersenjata Hamas Palestina pun masih terus berlangsung, yakni di wilayah selatan Kota Gaza dan Al Mawasi di barat laut Khan Younis, tempat puluhan ribu pengungsi tinggal.
Menilik fakta tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan keprihatinanannya atas segala kejadian yang menimpa Palestina. Bombardir warga sipil di Rafah telah menelan banyak jiwa (antaranews.com, 3/4/2024). Begitu banyak pengungsi tinggal di tempat tidak layak, basah dan penuh kubangan lumpur. Anak-anak, dan kaum perempuan menjadi korban terbanyak saat ini. Tentu saja, keadaan tersebut mengancam kesehatan mereka secara signifikan. Sehingga dilaporkan banyak kejadian penyakit luar biasa di pengungsian.
Genosida semakin ekstrim. Kekejaman dan sikap yang tidak manusiawi terus diperlihatkan Israel. Namun sayang, dunia hanya bisa mengecam tanpa ada tindakan nyata. Amerika Serikat, sang negara adidaya, baru pertama kali memberikan bantuan kepada Palestina. C-130 AS menerjunkan lebih dari 38.000 makanan di sepanjang garis pantai Gaza yang memungkinkan akses warga sipil terhadap bantuan penting tersebut. Hal ini pun tidak menutup kemungkinan, bahwa Amerika sambil mengirimkan bantuan persenjataan kepada Israel. Dan ini menjadi hipotesa yang nyata, karena dukungan Amerika yang diperlihatkan pada seluruh masyarakat dunia.
Negara-negara muslim di sekitar Palestina tidak mampu memberikan pembelaan yang nyata. Justru yang ada sebaliknya. Negara-negara muslim sekitar Palestina malah membangun tembok yang tinggi dan berlapis-lapis, untuk menghalau bantuan yang masuk. Bantuan yang datang pun akhirnya tidak bisa memasuki kawasan pengungsian. Biaya yang tinggi diterapkan saat kendaraan pembawa bantuan akan memasuki wilayah Palestina. Tentu saja, keadaan ini semakin menghimpit nasib warga sipil Palestina.
Sementara di sisi lain, pasukan kaum muslim pun tidak mampu dikerahkan karena kepentingan nasionalisme masing-masing negara. Sekat nasionalisme semakin membatasi pergerakan tentara dan berbagai bantuan. Rasa kebangsaan telah meredam ukhuwah (persaudaraan) yang seharusnya mampu membaur menyatukan perasaan dan pemikiran seluruh kaum muslim dunia.
Inilah konsekuensi diterapkannya nasionalisme antar bangsa. Ukhuwah kaum muslim menjadi terkerat-kerat. Tentara-tentara muslim pun tidak mampu mengerahkan kekuatannya untuk melakukan pembelaan pada kaum muslim yang tertindas. Karena terhalang kebijakan penguasa yang selalu mengedepankan kepentingan dan nasionalisme antar negara.
Rusaknya konsep kehidupan saat ini tidak hanya akibat nasionalisme. Namun sistem kapitalisme dan sekularisme yang kini menggenggam pengurusan dunia, menjadikan para penguasa di negara muslim dalam setir penguasa adidaya, yakni Amerika Serikat. Semua keputusan regional dan global internasional dikendalikan demi tujuan penjajahan dunia. Rakyat pun kian ditimpa derita yang tidak berkesudahan.
Sistem Islam, Pembela Hakiki
Palestina memerlukan gerakan dunia Islam demi pembelaan. Serta penghentian segala jenis dan bentuk penjajahan atasnya. Sistem Islam-lah, satu-satunya sistem yang memberikan harapan. Sistem Islam mampu mengirimkan bantuan nyata untuk membela, melalui pengiriman bala tentara muslim. Setiap kebijakan membutuhkan konsep sistem yang menjamin penyatuan kekuatan seluruh kaum muslim, yaitu sistem Islam dalam wadah institusi khilafah Islam.
Sistem Islam menetapkan penjagaan yang sempurna bagi setiap umat, dengan menyatukan pemikiran, perasaan dan aturan dalam satu konsep akidah Islam. Khilafah akan memaksimalkan usaha untuk melepaskan penjajahan di tanah Palestina.
Darah, nyawa dan harta kaum muslim wajib dijaga oleh negara dengan sekuat tenaga. Segala kebijakan yang ditetapkan khalifah akan menyajikan perlindungan yang utuh bagi seluruh umat.
Rasulullah SAW. bersabda,
"Sungguh darah dan harta kalian haram (suci) seperti sucinya hari kalian ini di negeri kalian ini dan pada bulan kalian ini”.
(HR. Muslim)
Tidak diragukan lagi, sistem Islam-lah satu-satunya solusi hakiki untuk membebaskan Palestina dari segala bentuk jeratan penjajahan. Solusi yang hanya dapat diwujudkan dalam institusi khas, khalifah ala minhaj an Nubuwwah, sesuai teladan Baginda Rasulullah SAW.
Wallahu a'lam bisshowwab.
Tags
Opini