KESEHATAN MENTAL DALAM PUSARAN SEKULERISME DAN KAPITALISME



                     Oleh : Ummu Aqeela
 
Empat orang tewas setelah jatuh dari lantai 22 apartemen di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara (Jakut). Korban diduga bunuh diri.

Kapolsek Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya mengatakan tak ada saksi di rooftop apartemen saat peristiwa tersebut. Agus mengatakan pihaknya mengamankan CCTV di lokasi.

Dia mengatakan 4 orang itu jatuh bersamaan dari lantai 22 apartemen tersebut.

"Di atas rooftop tidak ada saksi lain atau orang lain. Dan disambung lagi CCTV terlihat jatuh bersamaan," ujar Agus, kepada wartawan, Minggu (10/3/2024).

Polisi juga mengatakan para korban datang dan naik lift bersamaan. Salah satu korban sempat menciumi korban lainnya. Termasuk ada yang mengumpulkan ponsel para korban dalam satu tas.

Polisi mengatakan saat ini tengah mencari petunjuk dari ponsel korban. Tim Laboratorium Forensik (Labfor) tengah mendalami ponsel korban. (https://news.detik.com/berita/d-7234500/sekeluarga-bunuh-diri-lompat-dari-apartemen-jakut-polisi-cek-ponsel-korban) 
 
Kasus diatas bukanlah pertama kalinya kita mendengar maupun melihatnya dalam berita. Dalam kehidupan modern yang serba kompleks ini, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi begitu canggih dan mengelaborasi  ke hampir seluruh kawasan dunia (global). Pada saat mana manusia harus berkelit dengan problem kehidupan yang serba materialistis dan pada gilirannya sangat egois dan individual. Hubungan antara manusia pada zaman modern juga cenderung “impersonal”, sedemikian rupa sehingga hubungan mereka sudah tidak terlalu akrab lagi bahkan seringkali abai antara satu sama lain. Masyarakat tradisional yang guyub dikikis oleh gelombang masyarakat modern yang tembayan. Fenomena-fenomena  tersebut membuat manusia semakin kehilangan jati dirinya. Kondisi demikian juga mengharuskan manusia untuk benar-benar mampu bertahan mengendalikan dirinya, untuk kemudian tetap tegar dalam kepribadian.
 
Ditambah lagi, saat ini, kita hidup di bawah ideologi sekuler kapitalisme yang berorientasi materi dan menciptakan gap lebar antara si kaya dan miskin. Budaya hedonisme—dengan flexing dan konsumerismenya—juga menciptakan kebahagiaan palsu. Kondisi ini memberikan banyak tekanan terhadap mental yang kosong secara spiritual akibat prinsip sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan.
 
Oleh karenanya, sudah seharusnya upaya penuntasan masalah kesehatan mental dimulai dari mencermati sekularisme-kapitalisme sebagai akar masalah yang membuat sisi kejiwaan seseorang makin rapuh. Lantas, bagaimana Islam mencegah dan mengatasi maraknya gangguan kejiwaan di tengah masyarakat?

Pertama, hendaknya setiap individu masyarakat beriman kepada Allah dan rasul-Nya dengan keimanan yang benar. Meyakini bahwa ketakwaan menjadi sebab dibukakannya jalan keluar dari problem kehidupan. Bersyukur atas setiap pemberian-Nya, bersabar atas musibah yang menimpanya, karena boleh jadi semua itu sebagai penggugur dosa. Negara di dalam sistem Islam akan menjaga kondisi keimanan ini senantiasa berada dalam kondisi yang kokoh.
 
Kedua, Islam mewajibkan penerapan hukum-hukumnya secara total dalam kehidupan bermasyarakat, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kesehatan, peradilan, dan keamanan. Dengan penerapan hukum Islam, akan terjamin pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan, serta kebutuhan kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Negara berkewajiban melakukan pengurusan dan pelayanan terhadap setiap kebutuhan rakyat. Tidak boleh ada kapitalisasi sumber daya alam, komersialisasi pendidikan dan kesehatan. Masyarakat tenteram tidak penuh tekanan.
 
Ketiga, Islam mewajibkan adanya kontrol masyarakat terhadap kondisi yang terjadi. Masyarakat wajib melakukan amar ma'ruf nahi munkar terhadap kebijakan pemerintah yang menyimpang dari Islam. Hal ini akan disikapi dengan keterbukaan dalam rangka pelaksanaan kewajiban. Dengan adanya kontrol ketat dari masyarakat, maka pemerintah tidak akan mudah melakukan kezaliman dalam setiap kebijakannya. Walhasil, rakyat akan lebih dipentingkan kebutuhannya.
 
Keempat, jika terjadi juga gangguan kejiwaan pada masyarakat, dan itu mungkin hanya kasuistik, maka solusinya adalah mengembalikan penderita pada aturan agama, yaitu Islam. Mengembalikan keimanannya dan pemahamannya kepada Islam. Dilakukan langkah-langkah pengobatan sesuai dengan tata cara pengobatan Islami. 
 
Demikianlah gambaran solusi komprehensif dari Islam dalam mencegah dan mengatasi masalah kesehatan mental rakyatnya. Semua dilandasi kecintaan pemimpin kepada rakyatnya untuk menjalankan fungsi negara sebagai pelindung atas rakyatnya. Solusi tersebut hanya dapat terwujud apabila sistem sekuler kapitalisme yang berjalan saat ini di seluruh dunia dicabut dari akarnya, lalu menggantinya dengan sistem Islam kaffah dalam naungan Khilafah. Namun tentu saja semua itu perlu usaha dan peran dari seluruh kaum muslim untuk mewujudkannya.
 
Wallahu’alam bishowab.
 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak