Oleh : Nurfillah Rahayu
( Forum Literasi Muslimah Bogor)
Ramadhan sebentar lagi, ummat muslim diseluruh belahan dunia menyambut dengan suka cita datangnya bulan yang mulia ini. Namun sudah tak heran lagi jika berbagai kebutuhan pokok selalu naik menjelang ramadhan.
Dilansir dari kumparan.com/1 Maret 2024, BPS mencatat, pada Februari 2024 ini beras kembali inflasi sebesar 5,32 persen dengan andil pada inflasi bulanan di Februari sebesar 0,21 persen. Sementara pada inflasi secara tahunan sebesar 2,75 persen, beras memiliki andil 0,67 persen.
Komoditas pendorong inflasi kedua adalah cabai merah, yang punya andil 0,9 pada inflasi secara bulanan, dan 0,17 persen terhadap inflasi secara tahunan pada Februari 2024 ini.
"Kenaikan harga cabai merah di tingkat eceran sejalan dengan kenaikan harga di produsen, pedesaan, dan grosir," kata Habibullah.
Telur ayam memiliki andil terhadap inflasi bulanan sebesar 0,04 persen, sementara daging ayam ras punya andil inflasi sebesar 0,02 persen. Dalam inflasi secara tahunan di Februari ini, komoditas daging ayam ras menyumbang inflasi sebesar 0,14 persen.
"Telur dan daging ayam ras turut memberikan andil terhadap inflasi secara bulanan, masing-masing 0,04 persen dan 0,02 persen. Kenaikan harga komoditas tersebut sejalan dengan kenaikan harga pakan
Seolah tradisi, harga pangan naik setiap menjelang Ramadhan. Kondisi ini tentu memberatkan rakyat, dan mengganggu kekhusyukan ibadah dalam bulan mulia ini.
Inilah buah dari sistem Kapitalisme yang hanya memikirkan keuntungan semata. Apapun situasinya selagai mendatangkan manfaat maka hal itu akan terus dilakukan oleh para penguasa dan pengusaha.Termasuk di antaranya memanfaatkan semangat bersedekah dan berbagi pada bulan suci. Serta ada pihak yang memanfaatkan untuk meraup keuntungan yang banyak dari biasanya.
Di sisi lain, terdapat kesalahpahaman bagaimana seharusnya beribadah dan beramal shalih selama bulan Ramadhan sehingga berimbas pada naiknya permintaan.
Berbeda dengan sistem Islam karena Islam mendorong setiap muslim bersiap memasuki Ramadhan dengan memperbaiki amal dan banyak ibadah.
Sehingga negara juga seharusnya memudahkan rakyat dalam menjalani ibadah Ramadhan, mempersiapkan segala sesuatunya demi meraih Ridha Allah dan nyaman menjalankan ibadah puasa.
Negara juga memberikan Pendidikan terbaik sehingga umat memiliki pemahaman yang benar atas ibadah Ramadhan, termasuk pola konsumsinya.
Seperti dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 185 Allah berfirman yang artinya:
"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.”
Serta Dalam Hadits Riwayat :
Artinya: "Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang atau terjauhkan (dari kebaikan)." HR Ahmad
Sistem Islam dengan Khilafahnya mendorong umatnya untuk bersegera dalam kebaikan sesuai tuntunan Allah dan RasulNya. Sehingga sudah semestinya dibulan ramadhan ummat islam bisa fokus beribadah tanpa perlu memikirkan harga pangan yang selalu mengalami kenaikan.
Wallahua'lam Bishowab