Kemiskinan Mengancam Masa Depan Generasi



Oleh: Nur Sholeha
              (Generasi Peduli Umat)                                         

Kemiskinan adalah bencana bagi sebuah peradaban. Sebab kemiskinan membuat manusia kesusahan dalam memenuhi hajat kehidupan mereka. Tentu hal ini akan menimbulkan salah satu efek diantaranya berimbas pada kualitas generasi.

Jumlah anak diseluruh dunia yang tidak memiliki akses perlindungan sosial apapun mencapai 1,4 miliar dan rata-rata masih di bawah umur yakni 16 tahun. Maka tidak adanya akses perlindungan sosial terhadap anak, semakin akan membuat anak-anak lebih rentan terhadap berbagi macam penyakit, gizi buruk, dan paparan kemiskinan karena kurangnya akses terhadap izin anak.

Kemiskinan masih menjadi tantangan terbesar yang perlu diselesaikan oleh Indonesia pada tahun 2024. Menurut estimasi Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), sasaran penurunan tingkat kemiskinan ekstrem sebesar 0 – 1 persen pada tahun 2024, yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2022 tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem, menghadapi tantangan yang cukup besar untuk dicapai (Tribunnews.com, 25 Februari 2024).

Secara global, sebanyak 333 juta anak yang hidup dalam kemiskinan ekstrem, berjuang untuk bertahan hidup dengan pendapatan kurang dari 2,15 dolar AS (Rp33.565) per hari, dan hampir satu miliar anak hidup dalam kemiskinan multidimensi,” kata Direktur Global Kebijakan Sosial dan Perlindungan Sosial UNICEF Natalia Winder Rossi. (Antaranwes. 15 Februari 2024)

Rossi mengatakan bahwa mengakhiri kemiskinan anak adalah pilihan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan untuk memperluas cakupan perlindungan sosial bagi anak-anak dalam pengentasan kemiskinan sangatlah penting, termasuk realisasi progresif manfaat anak yang universal. 

Sungguh ironis kemiskinan masih selalu menghantui negeri ini dan ini pun masih menjadi pr pemerintah yang tak pernah terselesaikan. Segala cara pemerintah lakukan mulai dari berbagai kebijakan pemerintah dengan memberikan sederet bantuan, seperti BLT, PKH, Bansos, dsb. Namun berbagai kebijakan ini tak mampu menuntaskan permasalahan kemiskinan, sebab bantuan yang diberikan tak tepat sasaran. 

Pun kali ini ancaman kemiskinan mengancam anak bangsa. Tak hanya di Indonesia, tetapi kemiskinan ekstrim juga terjadi di banyak negara, terutama di negara-negara yang sangat berkembang, dukungan kepada anak-anak masih sangat minim dan tidak cukup untuk meningkatkan kesejahteraan dan menjamin masa depan mereka. 

Selain itu persoalan tersebut akan memengaruhi nasib anak-anak yang semakin terjerumus dalam berbagai masalah kehidupan, yang pada gilirannya akan memimpin masa depan dunia. 

Semakin banyaknya anak-anak yang kehilangan perlindungan sosial maka membuat anak-anak rentan terhadap berbagai macam penyakit, seperti gizi buruk, dan kemiskinan. 

Di sisi lain, upaya yang di lakukan negara terhadap perlindungan sosial saat ini seperti hanya menyembunyikan kelemahan negara  dalam sistem ekonomi kapitalis, yang tidak akan pernah membawa kesejahteraan masyarakatnya khususnya terhadap generasi mendatang. 

Oleh sebab itu, kemiskinan ekstrem yang melanda dunia menunjukkan adanya masalah sistemik yang dihadapi secara global. Semua ini karena di terapkannya sistem kapitalis di negeri ini.

Dalam sistem yang diterapkan saat ini yaitu memberi kebebasan dalam kegiatan ekonomi, sehingga para kapital dapat menguasai hajat hidup rakyat termasuk sumber daya alam yang seharunya digunakan untuk menjamin kebutuhan masyarakat, layanan pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan mengendalikan ketersediaan lapangan kerja, serta kebutuhan pokok masyarakat dan sejenisnya. Padahal keberadaannya tidak lebih hanya berperan sebagai regulator, akibatnya masyarakat khususnya generasi akan mengalami banyak problem kehidupan.

Islam memiliki solusi untuk mewujudkan kesejahteraan menjamin dari  dua level. Pertama, level individu yakni kewajiban bekerja bagi laki-laki memberi nafkah kepada keluarganya. Kedua, level masyarakat yakni dorongan amal shalih berupa infak sedekah. Dua level ini ketika di wujudkan tidak akan pernah cukup, karena itu Islam mewajibkan yakni daulah Khilafah berperan mewujudkan kesejahteraan rakyat. Ketika mereka lalai memelihara urusan rakyat ancaman berat bagi penguasa negara.

Rasulullah saw bersabda “Seorang imam adalah pemelihara dan mengatur urusan rakyatnya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas rakyat” (HR. Bukhari dan Muslim).

“Tidak ada seorang hamba yang dijadikan Allah mengatur rakyatnya, kemudian dia masih dalam keadaan menipu rakyatnya (tidak menunaikan hak rakyat) kecuali Allah akan mengharamkan dia (langsung masuk) surga” (HR. Muslim).

Pun Khilafah akan menciptakan lapangan kerja dan memerintahkan rakyat untuk bekerja. Sektor lapangan kerja yang sangat terbuka luas, sektor ekonomi riil akan ditumbuh suburkan oleh negara, sehingga pertumbuhan ekonomi akan dirasakan nyata oleh masyarakat.

Khilafah juga akan menutup semua kecurangan yang mematikan ekonomi seperti riba, judi, atau penipuan dalam harga jual beli, dan penipuan barang dalam alat tukar. Jika ditemukan ada yang melakukan kejahatan tersebut maka Khilafah akan memberikan sanksi kepada pelaku kecurangan tersebut.

Mengelola sumber daya alam secara mandiri Islam mengharamkan penguasa SDA oleh para kapital seperti saat ini.

Rasulullah Saw bersabda; “Masyarakat berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api (HR. Abu Dawud).

Negara Islam wajib menjamin secara langsung kebutuhan publik yang meliputi pendidikan, kesehatan dan keamanan. 

Seperti inilah Khilafah menjamin masyarakatnya termasuk mengangkat generasi dari kemiskinan, bukan berarti di dalam Khilafah tidak ada orang miskin keberadaan orang miskin dalam Khilafah karena qadha (ketentuan) namun, dengan jaminan yang diberikan oleh Khilafah kepada semua masyarakatnya akan mendapatkan jaminan yang layak dalam kehidupan. Dengan demikian kualitas generasi akan tetap terjaga. Sebab, generasi adalah harapan suatu bangsa. 

Wallahu a’lam bish-shawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak