Oleh: Rahmayanti, S.Pd
Beras merupakan makanan pokok yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Kebiasaan makan nasi ini sudah menjadi turun temurun selalu dilakukan, sehingga tidaklah mudah untuk mengubah sesuatu yang sudah mentradisi. Rasanya seperti tidak makan kalau belum makan nasi.
Saat ini harga beras kian menanjak naik, sejak awal tahun sampai sekarang sudah enam kali mengalami kenaikan. Padahal kebutuhan beras selama setahun di Kalimantan Timur mencapai 350 ribu ton. Tetapi produksi beras yang sanggup dipenuhi baru 140 ribu ton. Keadaan ini membuat Kalimantan Timur harus mendatangkan pasokan beras dari luar daerah.
Pengumpulan data yang diterima dalam beberapa tahun terakhir menyusut produksi beras karena persoalan irigasi dan alih fungsi lahan. Permasalahan el nino yang sempat terjadi sejak tahun lalu hingga awal tahun ini juga membuat sentra penghasil penghasil padi mengalami gagal panen.
Kegagalan panen dan mundurnya waktu panen inilah maka el nino yang menjadi alasan permasalahan yang pada pasokan beras berkurang dari lokal sehingga membutuhkan bantuan dari luar. Adapun el nino memang memiliki dampak besar bagi sektor pertanian di Indonesia, karena salah satu nya adalah kekeringan yang disebabkan penurunan curah hujan. Tanaman pertanian membutuhkan asupan udara dan air untuk tumbuhannya secara optimal. Kekeringan yang disebabkan el nino dapat mengurangi ketersediaan air dan bisa menyebabkan kegagalan panen dan penurunan produksi.
Menurut data BPS 2023 memberitakan bahwa impor beras yang dilakukan Indonesia mencapai 3,06 juta kg beras atau enam kali lipat lebih besar dibandingkan dari tahun 2022. Selain itu laporan United States Departement of Agriculture (USDA) tahun 2023 di Indonesia hanya mampu memprokduksi sebanyak 34 juta metrik ton beras, sedangkan masyarakat memerlukan beras untuk dikonsumsi sebanyak 35,7 juta metrik ton, hal ini mengakibatkan terjadinya defisit beras sebesar 1,7 juta metrik ton.
Kalau mencoba menelusuri ternyata distribusi beras giling di Indonesia ada melibatkan tujuh agen perekonomian, yaitu produsen, distributor, subdistributor, pedagang grosir, swalayan, pedagang eceran dan konsumen akhir. Selain itu biaya transportasi dan persediaan menjadikan penyumbang terbesar biaya logistik di Indoensia, biaya ini membebani masyarakat karena harganya jadi melambung tinggi khususnya beras.
Kalau menelisik lagi penyebab kenaikan harga beras salah satunya disebabkan oleh el nino maka sangatlah naïf kalau hal itu dijadikan kambing hitam. Sacara alamiahnya gejala alam, ganguan alam serta bencana alam itu wajar dan memang sering berulang terjadi di tanah air. Tapi bukan berarti hal ini yang bisa dijadikan alasan. Seperti el nino yang tidak terjadi setiap tahunnya dan internsitas serta dampaknya bervariasi dari tahun ke tahun. Yang terpenting adalah cara penanganan yang tepat agar semua dampak bisa diatasi semaksimal mungkin atau kerugian bisa di minimalisir dengan cara mitigasi secara dini misalkan membangun irigasi efisien, penggunaan varietas tanaman tahan kekeringan, mencari cara membasmi hama dan penyakit yang baik.
Tak kalah pentingnya pemantauan dan peringatan dini dari lembaga seperti Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) agar petani dan pemangku kebijakan siap penanganan. Akan tetapi sangat disayangkan negara abai untuk lebih serius menangani hal ini sehingga permasalahan tak kunjung usai setiap tahun selalu berulang kejadian yang sama apalagi kenaikan harga itu biasanya mengiringi hari-hari besar seperti menjelang bulan ramadhan dan hari raya. Sungguh ini sangat membebani masyarakat.
Selanjutnya yang menjadi permasalahan kenaikan harga beras karena panjangnya rantai distribusi sampai melibatkan tujuh agen perekonomian. Padahal bisa dipotong agar bisa mengurangi biaya transportasi, dengan panjangnya mata rantai ini yang jelas paling diuntungkan adalah pemilik modal besar atau pengusaha dengan kekuatan modalnya mampu membeli gabah dari petani dengan harga pasar tinggi.
Hal penting yang juga sering diabaikan dan menjadi salah satu faktor kenaikan harga beras adalah alih fungsi lahan, daerah-daerah yang selama ini menjadi surplus beras sekarang dialih fungsikan menjadi perkebunan sawit, pemukiman, dan sebagainya, menyebabkan ketersediannya semakin terbatas dan harganya meningkat.
Solusi Islam
Di dalam Islam negara sangat memperhatikan umatnya, karena memiliki kewajiban untuk meriayah dan memberikan kehidupan terbaik. Negara akan menjamin segala kebutuhan pokok masyarakat termasuk beras.
Politik ekonomi Daulah Islam yang menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat secara perorangan, termasuk sandang, pangan dan perumahan, negara yang memberikan jaminan ini tanpa kecuali. Khususnya beras yang salah satu kebutuhan pangan masyarakat, merupakan komoditas strategis karena menyangkut hajat hidup orang banyak.
Negara memiliki kewajiban untuk mengelola beras dengan baik dari awal hingga akhir yakni sejak awal produksi, proses distribusi, hingga sampai ke konsumen atau masyarakat. Karena rantai kegiatan ekonomi tidak panjang dari produksi, distribusi sampai ke konsumsi, maka pengawasan lebih mudah sehingga di proses distribusi sangat baik terhindar dari kegiatan penimbunan, monopoli, dan lainnya termasuk katagori bisnis yang merusak rantai distribusi. Negara akan menindak tegas apabila ada terjadi praktik yang merusak rantai kegiatan ekonominya.
Di sektor produksi negara memberikan bantuan pertanian kepada masyarakat yang bekerja di sektor pertanian bisa berupa lahan untuk ekstensifikasi, pupuk, benih, pestisida, alat pertanian dan sarana lainnya yang dibutuhkan agar produksi bisa meningkat. Di sektor distribusi negara akan memastikan tidak ada hambatan, sehingga bisa tersalurkan dengan baik ke masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.
Hanya negara Islam (Khilafah) yang begitu memperhatikan umatnya, sehingga hargapun tidak akan dipatok negara. Negara tidak menentukan HET, melainkan harga akan dibiarkan terbentuk sendiri secara alamiah sesuai dengan permintaan dan penawaran pasar, karena ada pengelolaan dan pemantauan dari awal sampai ke akhir proses, maka harga akan bisa terjangkau untuk semua masyarakat.
Kalau menyangkut gangguan alam, perubahan iklim ataupun bencana alam, negara akan menyediakan fasilitas yang lengkap untuk mendirikan lembaga semacam BMKG dan menyediakan edukasi tentang mitigasi dini terhadap situasi dan kondisi alam yang sewaktu-waktu akan terjadi. Jadi bisa memaksiamalkan usaha dan meminimalisir kerugian yang akan dialami masyarakat. Begitu besar peran dan perhatian negara di masa Islam diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu A’lam
Tags
Opini