Ditulis oleh: Sri Wahyu Anggraini, S.Pd
( Aktivis Muslimah Lubuklinggau)
Memasuki bulan Februari mendadak suasana menjadi serba pink, semua orang dari seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia merayakan 14 Februari sebagai Valentine days atau hari kasih sayang. Ironisnya perayaan ini kerap di salahgunakan oleh para muda-mudi untuk berbuat maksiat, mulai dari foya-foya, hura-hura, seks bebas hingga pesta miras dan narkoba
Dengan mengusung tema “Love crafted” ASTON Palembang Hotel & Conference Center mengajak semua pasangan yang ingin merayakan momen spesial dengan jamuan makan malam yang akan digelar pada tanggal 14 Februari 2024 dan dimulai pukul 19.00 WIB. Untuk semakin menambah keistimewaan dari momen kasih sayang ini, ASTON Palembang juga menghadirkan live musik dan memberikan Foam Cake, Sparkling Wine, Boneka Aston dan juga setangkai Bunga Mawar bagi anda yang ingin merayakan momen valentine. (IndoMerdeka,07/2/24).
Padahal di balik Valentine days terdapat sejarah kelam yang harus mereka ketahui. Adapun sejarahnya yakni salah satu Santo atau orang suci agama Kristen yang memulai akhir kisah cinta tragis. Valentine days adalah tradisi lama yang diduga berasal dari festival Romawi yang didedikasikan untuk Faunus, dewa pertanian Romawi.
Pada zaman Romawi kuno 14 Februari dijadikan sebagai hari libur guna menghormati Juno yang merupakan ratu mitologis dewa dewi murni Romawi, mereka menyebut Juno sebagai Dewi perkawinan.
Ada sejarah yang sengaja dikaburkan pada tanggal 14 Februari yaitu meninggalnya sosok bernama Valentine dengan cara yang mengenaskan. Yakni pada tanggal 15 Februari diadakan sebuah perayaan bernama festival Lupercalia yang umumnya disebut dengan festival kesuburan. Perayaannya beragam, ada pernyataan yang mengatakan bahwa semua wanita memasukkan namanya ke dalam suatu tempat yang akan dipilih oleh pria secara acak dan nama yang dipilih adalah jodohnya, bahkan ada juga yang mengatakan bahwa wanita yang dipilih akan digunakan sebagai pemuas nafsu lelaki yang memilih.
Dengan Alasan tidak ingin ketinggalan zaman dan banyaknya pemberitaan media, membuat remaja muslim untuk merayakan hari valentine. Dengan bebas mengekspresikan rasa kasih sayang, padahal perayaan hari tersebut bukanlah dari Islam. Justru balik mencelakakan pemikiran anak muda, akibatnya banyak yang terjebak pada pergaulan bebas. Arus globalisasi menjadikan budaya Valentine makin mendunia hingga menyasar ke negeri-negeri muslim. Budaya free seks, liberal, hedonis dan cuek terhadap segala aturan agama telah menjadi bagian dari kehidupan remaja sekarang. Istilah budak cinta (Bucin) dari hari ke hari semakin menggila berlindung di perayaan Valentine. Fakta ini juga semakin menguatkan bahwa kasih sayang yang mereka gadang-gadang selama ini tak lebih dari ekspresi nafsu seksual berbalut perhatian, cokelat, dan bunga, yang ujungnya perzinaan massal. Na’udzubillahi min dzalik.
Bagaimana Islam memandang hal yang demikian? Di dalam Islam, Negara adalah perisai bagi umat, yang wajib memperhatikan dan peduli pada masalah umat , termasuk pada masalah remaja Negara seharusnya membangkitkan kesadaran berilmu pada remaja tidak mengekor pada budaya barat yang jelas tujuan untuk merusak kesucian agama Islam. Itulah ketakutan yang nyata bagi musuh-musuh Islam, mereka membuat perayaan Valentine day, agar generasi Islam melarut di dalamnya dan melupakan diri dari Al-quran.
Wallahua'lam bisshawab.
Tags
Opini