Oleh : Salis F. Rohmah
(Teknisi Pendidikan)
Dunia Pendidikan lagi-lagi dibuat geger dengan adanya kasus mencengangkan yaitu seorang pelajar SMK yang tega membunuh 1 keluarga beranggotakan 5 orang sekaligus. Seorang pelajar berusia 16 tahun melakukan tindakan tak manusiawi itu setelah meneguk minuman keras bersama teman-temannya. Karena alasan dendam dan asmara yang ditolak pelaku yang masih dibawah umur itu nekad menghabisi satu keluarga menggunakan parang yang diambil di rumahnya sendiri. Yang mengagetkan lagi, 2 korban perempuannya yaitu ibu dan anak pertamanya yang pernah berpacaran dengan pelaku, ditemukan dalam keadaan telanjang. Pelaku mengaku bahwa dia telah memperkosa jenazah kedua Perempuan tersebut.
Miris sekali mendengar kasus demikian berseliweran menghantui kondisi masyarakat kita hari ini. Kasus pembunuhan, pemerkosaan yang dilakukan oleh pelajar semakin hari kasusnya semakin membuat ketar-ketir. Betapa ngerinya kondisi masyarakat kita. Bahkan seorang yang harusnya terdidik untuk tidak melakukan tindak kriminal seperti kasus di atas, malah justru berbuat keji dengan tega membunuh hingga 5 nyawa sekaligus. Hal ini harusnya menjadi evaluasi kita bersama tentang kondisi pendidikan dan masyarakat kita yang sedang sakit.
Sistem pendidikan di negeri ini ternyata belum mampu melahirkan anak didik yang berkepribadian baik dan bermoral tinggi. Hal ini dikarenakan pendidikan masih berlandaskan sekulerisme, yaitu pemisahan antara kehidupan dan agama. Pendidikan hanya berorientasi pada materi dunia semata. Sehingga wajar jika batas-batas agama yang dapat menjadi pedoman seseorang dalam berperilaku malah tidak dihiraukan. Seharusnya agamalah yang akan membentuk seseorang berperilaku baik dengan takut akan Tuhannya.
Lemahnya aturan kehidupan yang tidak berlandaskan Islam yaitu tidak mampu menyelesaikan masalah. Terbukti sanksi tindak kriminal tidak membuat jera pelakunya, bahkan orang lain pun malah seolah terinspirasi dari tindak kriminal tersebut. Bagaimana tidak? Justru angka tindak kriminal malah semakin hari semakin menumpuk. Terbukti sanksi yang ada tidak dapat mencegah dan menjerakan individu dalam melakukan kejahatan.
Belum lagi konsep hidup liberalisme yang sedang diagungkan peradaban barat hari ini juga menjadi kiblat bagi bangsa timur seperti Indonesia. Konsep kebebasan bertingkah laku sudah menjamur dan menancap di benak generasi. Sehingga generasi kita merasa pola hidup yang keren yaitu ketika dia mampu mengekspresikan apa yang ia mau. Maka bisa jadi dengan meneguk minuman keras pun menjadi salah satu pemenuhannya. Sekalipun dampaknya tidak hanya buruk bahkan membahayakan bagi individu yang mengkonsumsinya tapi juga masyarakat di sekitarnya.
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sejatinya hadir di tengah masyarakat untuk menyelsaikan seluruh masalah kehidupan manusia. Islam sebagai sebuah tata aturan kehidupan yang kompleks langsung turunnya dari Allah Sang Pemilik dan Pencipta Alam Semesta, tentunya mampu memberikan solusi terbaik bagi manusia. Dengan Islam sebagai sistem kehidupan memiliki mekanisme yang mengatur masyarakat yang berkepribadian Islam. Inilah yang tidak akan pernah terjadi jika sistem kehidupan Islam tidak tegak.
Mekanisme Islam dalam membentuk masyarakat sungguh sangat apik. Di dalamnya terdapat sistem pendidikan yang berlandaskan Islam sehingga mampu melahirkan pelajar terdidik yang berakhlaqul karimah. Lulusan pendidikan Islam harus dipastikan memiliki ketaqwaan pada dirinya. Inilah yang menjadi rem bagi individu untuk tidak berbuat semaunya. Individu juga akan dibekali tanggungjawab amar ma’ruf nahi mungkar. Sehingga ketaqwaanya tidak hanya berhenti pada individunya semata tapi juga menular kepada masyarakat di sekelilingnya.
Negara yang berlandaskan syariat Islam akan senantiasa hadir mengawal dan mendidik masyarakat. Bagaimana media yang akan dibentuk akan berisiskan pendidikan dan pengetahuan Islam. Sehingga senantiasa membuat masyarakat tersibukkan dengan nasihat dan teladan yang terpuji. Segala bentuk media yang mempromosikan keburukan akan disaring oleh negara. Bukannya menekan kebebasan berekspresi, tapi menjunjung nilai-nilai Islam yang menjadi patokan dalam berkehidupan. Justru inilah yang akan membereskan masyarakat dari racun-racun yang dapat membuat celah keburukan.
“Sesungguhnya Madinah seperti tungku api, membersihkan yang bersifat buruk dan meninggalkan yang baiknya”. [Sahih Bukhari dan Muslim]. Begitulah gambaran negara yang berlandaskan syariat Islam akan mampu membuat orang buruk justru menjadi baik. Dengan segala mekanismenya membuat orang terlindungi dari keburukan. Tak terkecuali sistem sanksi yang luar biasa mampu membuat orang bahkan akan berpikir jutaan kali untuk melakukan sebuah tindak kriminal. Bagaimana tidak? Sebut saja hukum qishah di mana pelaku pembunuhan akan dikenai hukuman yang sama yaitu dibunuh jika ahli warisnya tidak memaafkan. Apakah hal tersebut terlihat kejam? Iya, jika dilihat dari sudut pandang HAM yang sebenarnya anak didik dari liberalisme yang tidak ada ujung pangkalnya. Justru jika manusia itu terbatasi dengan syariat Islam akan menggunggulkan manusia menjadi makhluk mulia, khalifah fil ardh yang sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Inilah sudut pandang Islam, sudut pandangdari Pencipta manusia, kehidupan, dam alam semesta yang pasti paham betul dengan ciptaannya. Tidak hanya pendidikan yang berlandaskan Islam tapi juga penerapan sistem kehidupan Islam dari Ilahi akan menjadi obat dari kehidupan masyarakat hari ini yang sedang sakit. Maka tidak hanya individu yang bertaubat, tapi masyarakat bahkan negara ini harus sama-sama bertaubat. Kembali pada aturan Pencipta yang sempurna.
Wallahu a’lam bishshawab.
Tags
Opini