Oleh Siti Fatima (Aktivis Dakwah)
Pemerintah Jakarta Pusat menyediakan fasilitas layanan kesehatan jiwa di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan rumah sakit untuk mengantisipasi bagi caleg yang stres atau depresi akibat gagal dalam pemilu 2024. (antara.com, 26/1/2024)
Tidak hanya di kota Jakarta Pusat, rumah sakit Banyumas dan rumah sakit Cilacap juga menyediakan ruangan khusus untuk calon anggota legislatif yang stres akibat gagal dalam pemilu 2024. (serayunews.com, 22/1/2024)
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, Risma Sari, penyediaan ruangan khusus untuk calon anggota legislatif untuk mengantisipasi bagi peserta pemilu yang gagal terpilih. Pasalnya, fenomena ini telah terjadi pada pemilu-pemilu sesebelumnya. Apalagi pemilu hari ini berbiaya tinggi, sehingga butuh mengarahkan segala macam cara untuk meraih kemenangan. Di sisi lain, jabatan menjadi impian karena dianggap dapat menaikan harga diri atau prestasi, juga jalan untuk mendapatkan keuntungan materi.
Bagi seorang caleg, kebanggaan terbesarnya tentu bisa terpilih dan menjadi anggota parlemen. Namun jauh sebelum mencapai tujuan itu, para caleg harus melakukan hal yang tak ringan, seperti mempersiapkan dana untuk melakukan kampanye, meyakinkan publik dengan turun ke lapangan langsung, sampai harus bersaing dengan caleg-caleg hebat lainya. Tidak hanya itu, menurut beberapa psikolog, ada juga yang mengadaikan rumahnya, dan keluar dari pekerjaannya. Sehingga hal itulah yag membuat para caleg yang gagal, bisa mengalami depresi atau stres.
Akar Masalah
Depresi atau stres tidak terpilih dikarenakan sistem yang digunakan saat ini yakni sekuler kapitalis. Sistem yang menjadikan manusia hidup bukan dengan aturan penciptanya, melainkan dengan aturan yang dibuat oleh manusia sendiri yang serba lemah dan terbatas, serta cenderung dipengaruhi oleh hawa nafsu. Selain itu, sistem kapitalis sekuler juga sangat menjunjung tinggi nilai materi bahkan pemenuhan materi sebanyak-banyaknya dianggap sebagai puncak kebahagiaan.
Tidak hanya itu, sistem sekuler melahirkan sistem pendidikan yang menjauhkan dari agama. Pada sekolah umum, agama hanya sebatas pelajaran formal yang diajarkan dengan jam minim dan materi yang disediakan tidak banyak. Islam tidak dijadikan landasan dalam pendidikan, sehingga menghasilkan pemuda yang bermental rapuh dan muda stres dan depresi ketika mengalami masalah.
Tidak heran jika saat ini banyak ditemukan orang-orang yang hanya mengejar jabatan dan kedudukan hanya untuk meraih materi semata, dan bermental rapuh. Pada akhirnya, ketika tidak tercapai apa yang diinginkan, mereka mengalami stres dan depresi.
Sistem Islam Menghasilkan Pemuda yang Tangguh dan Berkepribadian Islam
Berbeda dengan Islam. Sistem Islam memandang bahwa kekuasaan dan jabatan adalah amanah yang akan diminta pertanggungjawaban dihadapan Allah Swt. Oleh karena itu, siapa saja yang ingin mencalonkan diri memegang jabatan, ia harus benar-benar yakin dirinya bisa amanah dalam menjalankan tugasnya. Ini karena bagi pemimpin yang tidak amanah, balasannya adalah neraka. Seperti hadis Rasullah Saw.
"Barang siapa diberi beban oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, lalu mati dalam keadaan menipu rakyat, niscaya Allah mengharamkan surga atasnya." (HR.Muslim)
Selain itu, jabatan negara harus dijalankan sesuai dengan ketentuan Allah Swt. dan Rasul-Nya. Siapapun yang ingin memegang amanah jabatan, haruslah yang mengerti agama. Jika tidak, ia akan mencelakai diri sekaligus mencelakai umat seluruhnya.
Alhasil, para kandidat dalam pemerintahan Islam adalah mereka yang taat kepada Allah Swt. dan tujuan meraih jabatan semata-mata untuk mencari rida-Nya. Jika ia kalah, tidak akan berpengaruh terhadap mentalnya. sebab, ia yakin bahwa apa pun yang terjadi pada dirinya adalah yang terbaik baginya. Kemudian pelaksanaan kontestasi dalam sistem politik Islam juga sederhana, tidak membutuhkan biaya tinggi, sehingga para kandidat tidak harus menguras harta, apa lagi sampai berhutang pada kolega. Hal inilah menjadikan kekalahan tidak menjadi beban. Dengan keimanan yang tinggi, kemenangan dan kekalahan hanyalah ketetapan Allah Swt. yang ia harus syukuri.
Tidak hanya itu, Islam juga memiliki sistem pendidikan yang mampu melahirkan masyarakat berkeperbadian islami yang berlandaskan akidah Islam, yakni meyakini bahwa Allah adalah Al-Khalik, Al-Mudabbir (Pencipta dan Pengatur) dan juga menghasilkan generasi penerus yang tangguh, tidak mudah lemah, baik iman dan ketakwaannya.
Fenomena caleg stres dan frustasi akibat kalah dalam kontestasi hanya ada dalam masyarakat sekuler yang menjauhkan aturan Allah Swt. dalam setiap aktivitasnya. Politik demokrasi menjadi jalan untuk menghimpun para kandidat yang gila kekuasaan dan harta. Tak heran mengalami gangguan mental ketika mengalami kekalahan. Dengan demikian, hanya sistem Islamlah yang mampu menghasikan pemimpin yang berkepribadian islami, berjiwa tangguh tidak lemah, dan tidak mudah stres atau prustasi.
Wallahualam bissawab