Penangguhan Dana untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA), Ada Apa?




Oleh: N. Vera Khairunnisa




Di tengah aksi pembantaian Zionis Israel terhadap warga Palestina, kabar memilukan muncul dari dunia Barat. Di mana sedikitnya 10 negara – termasuk Amerika, Inggris, Austria, Finlandia dan Jepang – mengumumkan akan menarik atau menangguhkan sementara pendanaan untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB Untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) setelah muncul tuduhan bahwa beberapa staf badan itu terlibat dalam serangan kelompok militan Hamas ke bagian selatan Israel pada 7 Oktober lalu.

Bagi rakyat Palestina, UNRWA – yang dibentuk pada tahun 1949 setelah Perang Arab-Israel – memainkan peran penting untuk menyediakan kamp pengungsi, layanan medis dan sosial, pendidikan dan berbagai upaya penyelamatan warga di saat krisis. UNRWA aktif membantu pengungsi Palestina di Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Lebanon, Yordania dan Suriah. Ada sekitar 13.000 staf UNRWA, yang sebagian besar warga Palestina sendiri.

Anggaran operasi UNRWA pada tahun 2022 mencapai US$1,17 miliar. Sembilan puluh persen dari anggaran tersebut berasal dari sumbangan negara-negara anggota PBB, di mana Amerika, Jerman dan Uni Eropa adalah donor terbesar bagi UNRWA. Pada 2022, Amerika menyumbang dana US$340 juta untuk UNRWA. (voaindonesia. com, 31/01/24)

Peran Barat untuk Persoalan Palestina

Penangguhan dana kemanusiaan UNRWA yang dilakukan AS dan negara-negara barat lainnya, berdampak pada semakin berat penderitaan yang dirasakan rakyat Palestina. Ketika dana ditangguhkan, maka bantuan kemanusiaan terhenti. Akibatnya, rakyat Palestina terancam kelaparan yang memicu kematian massal. 

Di sisi lain, kita melihat bahwa penangguhan dana bantuan kemanusiaan makin memperlihatkan bahwa Barat tidak benar-benar memihak pada kemanusiaan. Hanya karena tuduhan tak berdasar yang dilontarkan oleh Zionis Israel, negara-negara tersebut dengan sigapnya langsung menangguhkan bantuan kemanusiaan untuk Palestina.

Padahal di saat yang bersamaan, mereka membiarkan Israel hidup dan melakukan penjajahan, pembantaian, serta pengusiran atas warga Palestina. Bahkan negara-negara tersebut tidak pernah berhenti untuk memberikan bantuan mereka terhadap Zionis Israel. 

Amerika Serikat, sebagai negara pendonor terbesar di UNRWA, dia juga menjadi pendonor terbesar untuk membantu militer Israel. Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah meneken nota kesepakatan atau memorandum of understanding(MoU) terkait pembiayaan militer untuk Israel sampai 2028. Hal ini tercatat dalam laporan U.S. Foreign Aid to Israel yang dirilis badan riset legislatif pemerintah AS, yakni Congressional Research Service (CRS), pada Maret 2023.

Hal ini menandakan bahwa keberadaan lembaga internasional, khususnya PBB dan lembaga turunannya semisal UNRWA, sarat dengan kepentingan Barat. Maka tidak tepat jika berharap pada lembaga-lembaga tersebut untuk menyelesaikan persoalan Palestina.

Apalagi jika melihat akar persoalan Palestina, kita akan mendapati bahwa sebetulnya, Barat memiliki andil yang sangat besar dalam kehancuran Palestina. Di dalam laporan CRS disebutkan, pemerintah AS sudah memberi bantuan untuk Israel sejak 1948 sampai sekarang. Bahkan AS sendiri yang mendukung pendirian negara zionis Israel. (katadata. co. id, 03/11/23)

Dengan begitu, kita melihat bahwa pembentukan lembaga bantuaan kemanusiaan hanyalah akal-akalan Barat agar mereka tidak dikatakan diam terhadap persoalan Palestina. Masihkah berharap pada dunia Barat?

Islam, Sistem yang Manusiawi

Fakta yang disebutkan di atas merupakan gambaran betapa tidak manusiawinya ideologi yang diusung oleh Barat dan negara-negara sekutunya. Demi mengokohkan hegemoni mereka di dunia, mereka mengorbankan ribuan bahkan jutaan nyawa yang tak berdosa.

Berbeda dengan ideologi Islam, yang sangat menjunjung tinggi dan menghargai nyawa manusia, bukan hanya yang muslim, namun juga zimmi (nonmuslim yang tidak memerangi umat muslim). Hal ini ditunjukkan dengan hukuman yang ditetapkan dalam Islam, bagi pelaku pembunuhan.

Mengenai hukuman membunuh sesama muslim, Allah Taala berfirman dalam QS An-Nisa: 93 yang artinya: “Siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, balasannya adalah (neraka) Jahanam. Dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, melaknatnya, dan menyediakan baginya azab yang sangat besar.”

Adapun latangan menzalimi dan menyakiti warga zimmi, hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah ﷺ, “Barang siapa menyakiti seorang zimmi , maka sesungguhnya ia telah menyakitiku. Dan barang siapa yang telah menyakitiku, maka sesungguhnya ia telah menyakiti Allah.” (HR Thabrani).

Menolak Lupa, AS Pernah Dibantu Dunia Islam

Mengutip dari muslimahnews. com (01/12/20), pada 1889, banjir terjadi di Johnstown, sebuah pemukiman di Pennsylvania barat daya AS. Setelah hujan deras, sebuah bendungan roboh dan kota itu terendam. Lebih dari 1.600 rumah hancur dan lebih dari 5.000 orang meninggal.
Ketika peristiwa bencana ini terjadi, Sultan Ottoman Abdul Hamid ll memanggil Oscar Straus, duta besar Amerika untuk kekaisaran Ottoman, dan memberinya 1.000 USD untuk dibelanjakan bagi korban banjir. Kekaisaran Ottoman yang pertama membantu Amerika sebelum negara-negara lain.

Pada bulan September, kebakaran hutan besar terjadi di negara bagian Minnesota. Sekitar 200.000 keping hutan Pine County terbakar bersama dengan kota-kota Mission Creek, Brook Park, Sandstone, Miller, Partridge, Poke Gama dan Hinckley. Lebih dari 400 orang tewas.

Duta Utsmani untuk Washington mengirim telegraf ke Istanbul dan melaporkan bahwa jika Kekaisaran Ottoman mengirimkan 100 lira kepada para korban kebakaran Amerika, (bantuan) itu akan diterima dengan murah hati oleh publik Amerika. Usulan duta besar turki untuk Washington disampaikan kepada Sultan Abdul Hamid II. Sultan dengan baik hati menerima tawaran itu dan menaikkan jumlah bantuan itu menjadi 300 lira.

Sejarah di atas menunjukkan betapa Ideologi Islam peduli kemanusiaan. Semestinya Barat berterimakasih kepada peradaban Islam. Namun kita saksikan hari ini, akibat terpecahnya kaum muslimin ke dalam banyak wilayah, menyebabkan mereka tidak berdaya dan menjadi objek penindasan di berbagai belahan dunia, khususnya di Palestina.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak