Oleh : Hasna Hanan
Liputan6.com, Jakarta - Indonesia, sebagai negara endemik dengue, menghadapi tantangan yang sama setiap tahunnya. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) hingga minggu ke-52 tahun 2023 mencatat 98.071 kasus dengan 764 kematian. Demam berdarah dengue atau DBD adalah penyakit yang sangat urgent karena dapat menyebabkan kematian tanpa adanya pengobatan khusus.
Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof dr Dante Saksono Harbuwono SpPD PhD, menggarisbawahi peningkatan kasus DBD selama 10 tahun terakhir dan komitmen pemerintah dalam strategi penanggulangan.
Dan menurutnya juga biasanya penambahan kasus DBD di Indonesia mulai naik di bulan November, dan puncaknya terjadi sekitar bulan Februari. Apalagi dengan suhu panas yang sekarang dibawa oleh El Nino
Dilansir juga oleh RMOl.SUMSEL
Serangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Banyuasin cukup mengkhawatirkan. Data Dinas Kesehatan (Dinkes), ada 74 kasus DBD yang terdeteksi selama Januari 2024. Sebanyak empat kasus berakhir dengan kematian.
Minim Antisipasi
Mengetahui fakta DBD ini adalah endemik yang berulang setiap tahun dan terjadi ketika musim hujan bersamaan dengan cuaca El Nino yang ekstrim dan La Nina yang terjadi di Indonesia, mengakibatkan perubahan suhu yang tidak menentu dan kelembapan udara, hal ini mengundang nyamuk Aedes aegypti berterbangan mencari mangsa dan menyebarkan virus penyakit, dan korban yang rentan dengan kondisi ini adalah anak-anak.
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Kesehatan melaporkan 73 persen dari 1.183 kematian akibat demam berdarah dengue pada tahun 2022 adalah anak-anak berusia 0-14 tahun.
Seharusnya pemerintah sebagai pihak yang berwenang untuk cepat dan sigap melakukan upaya promotif, preventif dan kemudian kuratif dalam menanggulangi endemik ini, tidak kemudian komitmen yang berujung lambat dalam penanganan.
Komitmen pemerintah untuk mengendalikan DBD dan mengajak masyarakat berpartisipasi dalam upaya pencegahan belum bisa sepenuhnya diandalkan karena antisipasi selalu datangnya terlambat ketika sudah terjadi korban baru dikukan penanganan serius.
Keseriusan pemerintah tidak sejalan dengan kesiapan pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk segera cepat tanggap menanganinya seperti halnya
Program 3M Plus menjadi efektif, tapi diperlukan inovasi seperti pengembangan teknologi nyamuk ber-Wolbachia dan vaksin.
Dalam mengantisipasi wabah endemik ini Ada tiga hal yang berpengaruh dalam penularan penyakit, di antaranya
1. Lingkungan, inang (manusia), dan virus atau sejenisnya.
2. Pemberantasan sarang nyamuk, imunisasi, dan
3. Penerapan teknologi dapat menekan infeksi DBD.
Perwakilan PAPDI, Prof Dr dr Erni Juwita Nelwan SpPD-KPTI PhD, menyoroti pentingnya proteksi yang lebih luas dan vaksinasi dengue untuk kelompok usia 6 s.d 45 tahun. Menurutnya intervensi terhadap infeksi dengue harus dilakukan secara komprehensif, yaitu terhadap agent, host, serta environment-nya.
"Vaksinasi menjadi metode yang sangat penting untuk membantu memberikan perlindungan lebih baik dari ancaman keparahan DBD," katanya.
Adanya program 3M Plus dari promotif pemerintah menjadi efektif, apabila beriringan dengan adanya inovasi seperti pengembangan teknologi nyamuk ber-Wolbachia dan vaksin. Akan tetapi program introduksi vaksin DBD baru bisa dimulai paling lambat tahun depan.
Ini menunjukkan bahwa negara hari ini dengan sistem kapitalis sekuler dalam mengurusi rakyatnya belum optimal dan terkesan abai, kesehatan masyarakat terutama generasi dalam kondisi seperti ini sudah seharusnya darurat penanganannya, bukan kemudian masih mencari solusi dan berinovasi lagi, akan tetapi itu sudah menjadi perencanaan dan mitigasi wabah yang sudah harus segera diselesaikan tuntas.
Islam dalam menyelesaikan wabah endemik DBD
Islam sebagai sebuah ideologi yang Syamil dan Kamil akan menyelesaikan persoalan wabah endemik ini dengan peran serta semua pihak, tidak hanya pemerintah (negara) tapi juga individu dan masyarakat
Negara khilafah akan melakukan edukasi sebagai bentuk promotif yang selalu diberikan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan dilingkungan sekitarnya.
Sehingga penyakit DBD dapat dicegah dengan beberapa langkah secara terpadu dan konsisten oleh berbagai pihak termasuk Masyarakat diantaranya:
1. Kesadaran Masyarakat akan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ) dan juga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sangat dibutuhkan
Kesadaran akan adanya Pencegahan harus dipahami sejak dini dan terwujud system yang kuat untuk mengantisipasi kegiatan ini
2. Peran negara secara komprehensif bersamaan menyiapkan RS untuk menangani penderita yang membutuihkan rawat inap. Dan mefasilitasi kebutuhan tersebut, karena kebutuhan akan layanan kesehatan bersifat mutlak bagi rakyat.
3. Negara menyiapkan mekanisme akses RS dengan cara yang kuat , cepat dan gratis
Selain itu juga menyiapkan upaya pencegahan dengan teknologi unggul dalam berbagai inovasi pencegahan wabah baik itu yang berupa vaksin sudah tersedia dan merata disemua wilayah Daulah islam tanpa kompensasi sepeserpun.
Disinilah peran Daulah Khilafah Islam dalam menanggulangi dan menyelesaikan permasalahan wabah endemik dan hanya akan terwujud ketika kehidupan Islam menjadi solusi kehidupan, oleh karenanya tidakkah kita merindukan hidup dalam Islam kaffah.
Wallahu'alam bisshawab