Ditulis oleh : Tusriani
( Aktivis Muslimah Lubuklinggau)
Pemberian bantuan makanan tambahan bagi balita stunting di Kota Palembang merupakan bagian dari tanggungjawab bersama bukan hanya kalangan Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Melainkan tanggungjawab BUMD/BUMN dan masyarakat yang peduli dengan lingkungannya.
Dilansir dari website resmi Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta, Hari Gizi Nasional tahun 2024 mengusung tema "MP-ASI Kaya Protein Hewani Cegah Stunting" dengan slogan "MP-ASI Berkualitas untuk Generasi Emas".
Tema ini dipilih karena stunting masih menjadi masalah yang serius di Indonesia. Harapannya agar masyarakat Indonesia lebih sadar akan penerapan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI yang kaya akan protein hewani sangat optimal untuk mencegah stunting dan menciptakan generasi emas Indonesia.(Sumeks.26/1/24)
Stunting merupakan masalah serius yang harus dihadapi oleh masyarakat dan negara, juga butuh solusi yang mendasar bukan sekedar di momen hari peringatan baik hari gizi ataupun hari anak. Namun pola pengentasan masalah Stunting ala oligarki selalu mengatasi masalah dengan masalah yang baru, mereka mendiagnosa masalah tidak sampai akarnya dan solusinya pun hanya parsial. Mengapa? karena bantuan sosial untuk stunting diberikan saat hari gizi nasional saja, lalu setelah hari tersebut bagaimana nasib anak yang stunting ini, apakah diabaikan atau tetap diurusi. Apalagi rata-rata yang mengalami stunting adalah kaum ekonomi sulit.
Di sisi lain yang mengambil proyek tersebut adalah perusahaan susu atau makanan pendamping ASI lainnya, sehingga bila ditelusuri kemungkinan ada kerjasama antara penguasa dan pengusaha yaitu azas manfaat berupa keuntungan materi semata. Padahal stunting terjadi dimulai sejak terjadinya kehamilan bukan ketika anak lahir, bisa dari faktor ibunya yang tidak disiapkan ilmunya terkait ilmu gizi ibu hamil, gizi janin dan gizi bayi saat sudah lahir. Lalu kondisi ibu saat hamil apakah sambil bekerja atau ibu rumah tangga jika ibu hamil berprofesi pencari nafkah maka ibu akan menjadi tidak siap dengan ilmu gizi, ilmu merawat anak, ilmu parenting dan ketika mempunyai bayi ibu akan stress atau depresi.
Sudah tidak asing lagi dalam sistem kapitalis baik secara pendidikan budaya dan ekonomi, perempuan dituntut menjadi mesin pencetak uang atau bekerja bekerja dan bekerja. Perempuan akan mulia ketika sudahlah berpendidikan tinggi, karir bagus dan uang mengalir terus, inilah perempuan yang akan dipandang dalam masyarakat. Namun sebaliknya perempuan yang hanya umum warobatul bait ( ibu dan pengurus rumah tangga) dipandang sebelah mata dan biasa saja.
Padahal fitrah perempuan adalah sebagai ibu, istri, mengurus anak dan suami, juga pencetak generasi ummat terbaik, bekerja bagi perempuan tidak diwajibkan.
Dalam sistem Islam seorang ibu akan menghasilkan generasi yang kuat yaitu generasi emas yang unggul, bukan generasi stroberi ( bagus diluar tapi lembek di dalam). Penguasa dalam khilafah yaitu khalifah, dan para pembantunya seperti para mu'awin wali dan Amil akan bertanggung jawab memastikan terpenuhnya kebutuhan primer masyarakat termasuk kecukupan pangan bergizi. Kebutuhan gizi tiap orang akan terpenuhi termasuk ibu hamil dan balita, juga ibu hamil tidak diperbolehkan untuk bekerja terutama yang berat seperti buruh. Tidak hanya pangan, kebutuhan rumah yang sehat, air minum yang layak, edukasi kesehatan ilmu tentang gizi ibu hamil dan balita akan dijamin oleh Khalifah.
Khilafah akan menghasilkan generasi yang kuat, bukan generasi lemah. Ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah ‘Azza wa Jalla daripada mukmin yang lemah dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR Ahmad, Ibnu Majah, dan Nasa’i).
Padahal masalah stunting bukan butuh obat tetapi butuh cara untuk mengatasi dan mencegahnya, seperti gizi ibu yang harus terpenuhi, tidak kekurangan darah ( anemia), tidak dilingkungan perokok tidak kurus dan tidak gemuk dan sebagainya. Abainya negara dalam pemenuhan kebutuhan dasar rakyat akan mengakibatkan terjadinya gagal tumbuh pada anak atau disebut stunting. Pencegahan stunting lainnya bisa dilakukan melalui perbaikan gizi Ibu dan anak, juga kontribusi yang menyebabkan anak tumbuh tidak optimal seperti pola asuh, kebersihan lingkungan, parenting orang tua imunisasi dan sebagainya. Sehingga tidak hanya bantuan berupa materi saja tetapi negara harus memahamkan tentang edukasi terkait gizi pada masyarakat dan memfasilitasi warga supaya bisa mengkonsumsi makanan bergizi dan hal-hal yang terkait stunting lainnya wajib dipenuhi, contoh kecil saja yaitu negara wajib menstabilkan harga pokok pangan yang melambung tinggi,supaya masyarakat ekonomi ke bawah mempunyai daya beli bahan pokok. Tetapi jika negara masih menerapkan ideologi kapitalisme, semua itu tidak akan bisa terpenuhi karena landasan perbuatan dalam sistem ini ialah materi semata bukan halal dan haram. Wallahu 'alam bish shawab
Tags
Opini