Tahun Berganti, Penderitaan Umat Kian Tak Terperi




Oleh : Suaibah S.Pd.I.
(Pemerhati Masalah Umat) 


Hingar bingar pergantian tahun disambut begitu meriah oleh dunia, tak terkecuali di negeri ini. Berbagai ritual disiapkan untuk mengisi malam pergantian tahun dan liburan panjang akhir tahun. Namun, berbeda keadaannya di belahan bumi lain. _Genosida_ di Palestina masih terus berlangsung hingga kisah pilu Muslim Rohingya yang terlunta-lunta. Lantas bagaimana semestinya kita bersikap?

Sudah mencapai 21.822 jiwa warga Palestina meregang nyawa sejak _genosida_ yang dilakukan entitas Y4hudi pada bulan Oktober lalu, hingga jumlah korban berjatuhan mengalahkan peristiwa bom Hiroshima. Saat inipun pembelaan terhadap rakyat Palestina kian memudar untuk  _Boikot,_ misalnya, gaungnya tidak lagi _seheroik_ awal meletusnya pembantaian.

 *Nasib Pilu Kaum Muslim* 

Nasib pilu dirasakan kaum muslim di berbagai belahan dunia. Terkungkung dalam kondisi perang, tertindas tanpa ada pembelaan, terlunta-lunta tanpa kewarganegaraan, ada pula yang hidup bebas yang jauh dari aturan Islam. 

Fakta ini mengingatkan kita pada sabda Rasulullah saw., “ _Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya. Maka seseorang bertanya, ‘Apakah karena sedikitnya jumlah kita?’ Bahkan kalian banyak, tetapi kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menimpakan dalam hati kalian penyakit al-wahn. Seseorang bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah al-wahn itu?’ Nabi saw. bersabda, ‘Cinta dunia dan takut akan_ kematian.'” ( *HR Abu Dawud No. 4297* ).

Begitulah, jika _hubbu dunya (_ kecintaan terhadap dunia) sudah tertancap di dalam jiwa kaum muslim hingga jauh dari aturan Islam. Malam pergantian Tahun Baru Masehi kerap diisi dengan kemaksiatan yang dianggap “biasa”, semisal seks bebas, pesta miras, narkoba, dan hura-hura. Dalam semalam, kumpul berbagai kemaksiatan. Bahkan, pemerintahpun turut memeriahkannya.

Tidak hanya di Indonesia, kondisi di negeri muslim lainnya juga tak jauh berbeda. Benar, Indonesia kini tidak lagi dijajah secara fisik, tetapi pemikiran _sekuler-liberal_ telah mengakar dalam benak kaum muslim dan menjadi trend yang sudah mendarah daging. Inilah bentuk penjajahan gaya baru yang tanpa disadari akan memengaruhi pemahaman hingga lahirlah pola sikap yang bertolak belakang dari ajaran Islam.

Jika di Indonesia terjajah secara pemikiran, lain halnya di Palestina dan negeri timur tengah lainnya. Tanah mereka dirampas, rumah mereka _dibombardir_ , dan ruang hidup mereka dirusak bertahun-tahun lamanya. Hampir 2,3 juta penduduk Gaza dipaksa keluar dari rumah mereka melalui serangan tanpa henti selama 12 pekan belakangan. Fasilitas publik seperti rumah sakit, sekolah, tempat penampungan, hingga pasokan air dan listrik, dihancurkan tiada henti. 

 _Resolusi_ berkali-kali tidak berdampak apapun. Semua kesepakatan internasional disinyalir hanya demi menjaga penjajahan _entitas_ yahudi yang bercokol di bumi para nabi yang diberkahi. Itulah tujuan Amerika dan sekutunya untuk menjaga Palestina agar tetap dalam kekuasaan mereka. Solusi dua negara yang ditawarkan dunia bukanlah solusi hakiki bagi Palestina. Olehnya itu, membebaskan Palestina dari penjajahan tidak cukup dengan _diplomasi_ atau basa-basi.

Bersuara membela Palestina, harus terus digaungkan untuk melawan _propaganda_ Z10nis. Ini adalah ranah perjuangan tiap individu kaum muslim. Akan tetapi, memperjuangkan Palestina untuk membebaskannya dari penjajahan adalah dengan tegaknya daulah Khilafah mestinya juga menjadi kewajiban bagi setiap muslim yang menginginkan kemerdekaan hakiki bagi Palestina. Khilafahlah yang akan mempersatukan kaum muslim di bawah panji Islam dengan menyerukan _jihad fi sabilillah._ 

Tidak beda jauh dengan nasib muslim Palestina. Muslim Rohingya pun mengalami tekanan hidup luar biasa. Muslim minoritas yang selalu tertindas atas kekejaman rezim Myanmar. Pengusiran dari wilayah tinggalnya, membuat mereka terlunta-lunta di berbagai negara tetangga. Termasuk di Indonesia. Penolakan terus dialami para pengungsi. Kejadian yang juga menyedihkan saat terjadi pengusiran tak manusiawi yang dialami muslim Rohingya oleh mahasiswa setempat (bbcindonesia.com 29-12-2023).

Demikianlah, _nation_ _state_ (negara bangsa) telah memadamkan ikatan akidah Islam di antara kaum muslim. _Nasionalisme_ menjadikan kaum muslim bersekat-sekat, hingga acuh terhadap persoalan saudaranya. _Nasionalisme_ membuat muslim tidak lagi memandang muslim Palestina dan Rohingya sebagai kaum terjajah dan terusir dari tanah kelahirannya. 

 _Nasionalisme_ menjadikan penguasa negeri-negeri muslim hanya mampu mengecam tanpa aksi nyata dengan mengirimkan bantuan militer atau menekan _entitas_ Y4hudi dan sekutunya dengan kekuatan politik ekonomi yang mereka mampu. _Nasionalisme_ merupakan buah busuk dari penerapan _ideologi_ _sekuler_ _kapitalisme_ . Ikatan ini telah terbukti rapuh dan gagal mempersatukan kaum muslim dalam satu kekuatan hakiki.

 *Islam, Satu-Satunya Harapan* 

Kini, kaum muslim tengah hidup tercerai-berai. Konsep _nasionalisme_ telah mengerdilkan perasaan dalam diri umat. _Paradoks_ kaum muslim dalam bersikap tampak nyata. Pesta kembang api yang disambut suka  cita di tengah penderitaan kaum muslim lainnya.

Umat Islam bagai satu tubuh. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
“ _Perumpamaan kaum mukminin dalam saling mencintai, saling mengasihi dan saling menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.”_ *(HR Muslim)* 

Seharusnya umat sadar bahwa umat Islam ibarat satu tubuh. Pembelaan dan pertolongan pada kaum muslim yang tertindas harus tampak nyata. _Nasionalisme_ mesti dihilangkan dari pemikiran umat. Karena inilah racun yang mematikan rasa persaudaraan. Dan hanya dengan menanamkan akidah Islam-lah, ukhuwah Islam mampu tumbuh dalam jiwa kaum muslim secara utuh.

 
Sistem Islam adalah satu-satunya harapan yang mampu menyatukan kaum muslim di seluruh dunia. Sistem Islam dalam bingkai Khilafah adalah satu-satunya institusi yang mampu menjadi solusi. Dan hanya khilafah yang mampu menghilangkan segala bentuk penjajahan dan penindasan di atas bumi. Tak ada pilihan lain.

 _Wallahu a’lam bishshawab._

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak