Sekat-sekat Nasionalisme diluar Tembok Gaza




Oleh: Siti Maisaroh, S.Pd 
(Pegiat Literasi)

Tahun terus berganti, tetapi duka dan kedzaliman yang menimpa saudara kita di Gaza belum juga berakhir.

Israel, sang teroris sejati. Tengah mempertontonkan aktifitas terorismenya dibelahan bumi Gaza. Menunjukan aksi brutalnya kepada dunia, bangga diatas diamnya penguasa negeri- negeri Muslim yang tak satupun mau membela. Gaza kembali membara, korbanpun terus berjatuhan, jutaan nyawa tiada berdosa telah melayang. 
 
Israel teroris dunia. Semakin kebal dengan penguasa negeri Muslim yang hanya bisa mengecam tanpa aksi nyata. Indonesia contohnya, telah berulang kali mengecam tindakan Israel pada Gaza. Ini sangat memalukan, disatu sisi Indonesia bangga dengan kaum Muslim sebagai mayoritasnya. Disisi lain, tak bisa berbuat apa-apa ketika saudara Muslimnya dinegeri lain dibantai habis-habisan oleh Israel penjajah. 
 
Sekularisme telah membuat parit pemisah. Antara keta’atan individu dan aturan negaranya. Bisa jadi kita adalah kaum Muslim yang ta’at dalam sholat, sedekah dan berbagai ibadah, takut pada azab Allah Swt. Tapi disaat yang sama, kita justru menjadi Muslim yang paling takut, pengecut dengan pemimpin yang jelas-jelas tidak ta’at pada Allah Swt. Bagaimana mungkin, ketika kaum Muslim diperbatasan Gaza sedang membutuhkan pertolongan dari Muslim dari negara lainnya, penguasa kita justru diam, membisu dan lumpuh dari sekedar angkat senjata. 
 
Penjajah kafir bisa dikatakan berhasil. Menina bobokan negeri-negeri Muslim hingga tak peduli pada nasib saudaranya di Negara tetangga. Telah berhasil menerjunkan kaki tangan sebagai kepercayaannya pada penguasa negeri-negeri Muslim dunia. 
 
Perang antara Islam dan kekufuran, nampak jelas didepan mata kita. Namun lagi-lagi, kita hanya bisa menjadi penonton setia. Paling kita hanya menangis, menyumbangkan air mata histeris. 

Walau tidak bisa dihilangkan dari deretan pengorbanan, kalau kaum Muslim Indonesia sering mengirim logistiknya untuk Palestina. Sebut saja, obat-obatan, selimut, minuman, makanan bahkan bangunan rumah sakit Indonesia berdiri megah diatas tanah mulia Palestina sana. 
 
Tetapi saudaraku, itu bukan solusi hakiki. Makanan dan minuman hanya bisa menunda lapar dan dahaga. Selimut dan tenda-tenda hanya bisa melindungi dari dingin dan gigitan serangga. Rumah sakit dan obat-obatan hanya bisa menyembuhkan luka. Tetapi, sama sekali tidak membuat aksi brutal Israel berhenti dan mundur menurunkan senjata. Tidak sama sekali. 
 
Karena yang kita hadapi bukan musibah atau bencana alam. Hingga dengan solusi demikian bisa terselesaikan. Tetapi kita (kaum Muslim) sedang berhadapan dengan penjajah bermental durhaka. Yang tiada satupun solusi kecuali dengan keberanian dan aksi nyata. 

Ini bukti bahwa sekat-sekat Nasionalisme produksi penjajah telah berhasil membuat kaum muslim sedunia kehilangan persatuan dan kekuatan. Kita dikotak-kotakkan atas nama masing-masing negara dan bangsa. 

Nasionalisme menjadi jurang pemisah paling dalam antara negeri-negeri muslim dan saudaranya di Gaza. Bahkan sekuat apapun negaranya, merasa tak punya hak untuk angkat senjata membela saudara kita yang tertindas di Gaza sana.
 
Islam mengajarkan, keberanian untuk mempertahankan nyawa dan kemuliaan Islam dan pemeluknya. Hanya dengan bersatunya kaum Muslim menjadi satu kesatuan perasaan, pemikiran dan aturan Islam maka kita akan mampu mengalahkan Israel bahkan mengusirnya dari tanah-tanah kaum Muslim. 
 
Saat ini, bisa jadi kaum Muslim dunia punya perasaan yang sama ketika melihat permasalahan tak berkesudahan di Palestina. Sedih, kasihan padanya. Marah, murka pada Israel teroris setia. Bahkan, bisa jadi punya pemikiran yang sama. Beri solusi sebagaimana yang biasa. Tetapi, kaum Muslim kalah selangkah dengan aturan main penjajah durja. Selangkah kekalahan itu karena kita belum diatur dengan aturan yang sama, yakni Islam. 
 
Hingga, sekuat apapun perlawanan kita, sebanyak apapun pengorbanan kita, tetap kita tidak bisa menundukan mental penjajah Israel untuk menyerah. Karena kaum Muslim belum bersatu. Negeri-negerinya disekat dengan batasan penyempit (Nasionalisme). 
 
Wahai saudaraku, hanya khilafah yang akan menyatukan kaum Muslim sedunia dalam aturan yang sama.  Aturan Islam yang berani maju terdepan membela kaum Muslim dari serangan penjajah. Khilafah punya tentara yang bertakwa, bermental jihad merindukan syahid dijalanNya. Tidak mandul layaknya militer negeri-negeri Muslim saat ini yang menerapkan system Kapitalis-Sekular. Waallahu a’lamu bishowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak