PETANI SEJAHTERA DENGAN SISTEM ISLAM KAFFAH



 
Oleh : Ummu Aqeela
 
Profesi Petani belakangan sering menjadi bulan-bulanan berbagai macam bentuk ancaman. Industrialisasi, misalnya. Perkembangan industri yang cukup pesat turut menggeser profesi petani. Bertani yang dulu didampakan saat ini tidak lagi diminati bahkan cenderung dihindari dan ditinggalkan. Belum lagi, diperburuk dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada para petani dari harga dan kelangkaan pupuk, murah dan tidak terserapnya hasil pertanian oleh pemerintah dan lain sebagainya.
 
Padahal dimata dunia Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat subur. Namun, saat ini sangat disayangkan karena tantangan besar Indonesia yang subur itu dalam mencapai cita-cita kedaulatan pangan adalah jumlah petani yang terus berkurang. Komisaris ID FOOD Marsudi Wahyu Kisworo mengatakan, setiap tahunnya jumlah petani berkurang hingga 1 juta. Sementara itu, hanya 3% dari anak petani yang mau jadi petani

"Hanya 3% dari anak petani yang mau jadi petani. Banyak yang tidak mau jadi petani, maunya jadi pegawai BUMN. Ini problem besar bagi kita karena sumber daya manusia makin lama makin turun," kata Marsudi, dalam sambutannya di acara 2 Tahun Kontribusi ID FOOD, di Waskita Rajawali Tower, Jakarta Timur, Senin (8/1/2024).

Tidak hanya itu, Indonesia setiap tahunnya juga kehilangan 100.000 hektare (ha) lahan subur yang dikonversi menjadi hunian, pabrik, dan sebagainya. Di samping itu, indeks tanah subur Indonesia untuk pertanian hanya 13,39%. ( detik finance, Senin 08 Januari 2024 )
 
Bayangkan jika petani di Indonesia tidak ada lagi yang mau bertani hanya karena kurangnya berbagai fasilitas untuk bertani dan jaminan yang tidak memuaskan dan petanipun beralih ke industri non pertanian, bisa jadi Indonesia menjadi negara yang kelaparan, tingkat kemiskinan dimana-mana, kriminaitas meningkat dan politik tidak terkendali yang membuat tidak adanya kemajuan bagi bangsa ini. Dengan pengalaman kegagalan dimasa lalu disertai persepktif baru bahwa tak ada lagi masa depan untuk pertanian, mereka pun mendorong anak-anak meninggalkan desa, untuk sekolah tinggi. Ironisnya, ketika anak-anak ini tak ingin lagi kembali ke desa, maka pupus sudah penerus generasi sawah.
 
Ditambah lagi masalah keterbatasan lahan, sumber daya manusia, dan regenerasi petani yang semakin berkurang menjadi isu peristiwa global termasuk di Indonesia, dimana sektor pertanian tidak lagi menarik minat generasi muda saat ini sehingga banyaknya petani berusia lanjut. Walhasil  kata gengsi menjadi alasan apabila terjun ke dunia pertanian karena dianggap kurang menjanjikan dan penghasilan yang tidak sebesar apabila bekerja di perusahaan. 
 
Sektor pertanian akan menjadi sebuah ancaman bagi Indonesia pasalnya dengan krisis pertanian. Penyebabnya yaitu krisis jumlah petani, alih fungsi lahan pertanian dan urbanisasi yang tinggi. Namun ini bukan hal yang mengagetkan ketika sistem ekonomi kapitalis yang menjadi pijakan kebijakan. Sudah sangat jelas bahwa sistem kapitalisme ini membuat para petani dan sistem pertanian kurang diminati. Sistem kapitalisme ini juga tidak menganggap pertanian ini penting, padahal sektor pertanian memiliki peran fundamental dalam menunjang ketahanan pangan.
 
Berbanding terbalik dengan Islam, dalam masa khilafah islamiyah pun, kegiatan pertanian merupakan salah satu daripada pekerjaan yang mulia dan amat digalakkan. Kepentingannya tidak dapat dinafikan lagi apabila hasil industri ini turut menyumbang kepada hasil makanan negara selain merupakan sumber pendapatan petani.

 Bidang pertanian juga merupakan salah satu dari sekian lahan pekerjaan halal yang amat diutamakan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Dalam Kitab-Nya Allah berfirman:
“Kami menjadikan (di atas muka bumi ini tempat yang sesuai untuk dibuat) ladang-ladang kurma dan anggur. Kami pancarkan banyak mata air (di situ). Tujuannya supaya mereka boleh mendapat rezeki daripada hasil tanaman tersebut dan tanam-tanaman lain yang mereka usahakan. Adakah mereka berasa tidak perlu bersyukur?.” (QS: Yasin : 34-35)
 
Rasulullah SAW pun bersabda dalam sebauh hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, “Tiada seorang Muslim pun yang bertani atau berladang lalu hasil pertaniannya dimakan oleh burung atau manusia ataupun binatang melainkan bagi dirinya daripada tanaman itu pahala sedekah.”

Sedangkan dari aspek akidah, kegiatan pertanian dapat mendekatkan diri seseorang kepada Allah. Di mana tanda kebesaran Allah dapat dilihat dengan jelas dalam proses kejadian tumbuh-tumbuhan atau tanaman. Apabila seseorang itu melakukan usaha pertanian, ia akan membuatkan seseorang itu lebih memahami hakikat sebenar konsep tawakal dan beriman kepada kekuasaan-Nya. Yang memberikan hasil tetap datangnya dari Allah Swt.
 
Dalam sistem Khilafah pun akan memastikan distribusi pangan mencukupi semua wilayah. Khilafah juga mempunyai mekanisme dan support sistem untuk menyejahterakan masyarakat,  termasuk bekerja untuk para laki-laki sebagai petani dan pekerjaan lainnya. Hanya islamlah yang mampu mewujudkan kedaulatan pangan, kebijakannya pun berpihak pada petani lokal sehingga menjadi bagian dari pendapatan negara. Bahkan kekayaan SDA dikelola sendiri sehingga mengurangi dampak kerusakan alam yang berakibat pada terganggunya sektor pertanian. 
 
Maka untuk itulah buang segera sistem ekonomi kapitalis dan kembali pada sistem ekonomi Islam Kaffah, yang jelas terbukti kebijakannya membuat sejahtera.
 
Wallahu’alam bishowab.
 
 
 
 
 
 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak