Paradoks Sikap Muslim di Pergantian Tahun





Oleh: Susanti Widhi Astuti, S.Pd (Guru)

Isu Rohingya dalam beberapa pekan terakhir ini menjadi buah bibir tak terkecuali para netizen Indonesia yang sedari awal memang para pengungsi Rohingya memilih Aceh sebagai tempat mencari perlindungan.

Kasus Rohingya bukan saat ini saja baru terdengar dan diberitakan di media, tetapi persoalan Rohingya seolah di rawat dan diabaikan oleh dunia. 

   Etnis Rohingya merupakan berasal dari wilayah perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh. Etnis ini merupakan penduduk asli yang mendiami wilayah tersebut sudah sejak lama bahkan sejak kesultanan Islam Arakan. Namun, hari ini Mereka terusir dari negeri nya sendiri.

  Sungguh sangat di sayangkan, banyak pengungsi Rohingya datang di saat dunia sedang ingin melakukan malam pergantian tahun. Para pengungsi mulai banyak berdatangan ke wilayah Aceh menjelang akhir tahun. Seolah rasa kemanusiaan hilang, perlahan-lahan banyak netizen Indonesia yang akhirnya menolak keberadaan etnis Rohingya. Tak sepantasnya kejadian terjadi di negeri ini untuk mengusir atau memfitnah para pengungsi Rohingya. 

 Selain itu, pengusiran pengungsi Rohingya oleh mahasiswa di Aceh, menyisakan trauma dan ketakutan, bahkan salah satu diantara mereka berkata: _‘Kami kira akan mati di sini_ ’.

     Umat Islam ibarat satu tubuh. Namun di pergantian tahun ini nampak nyata paradoks  kaum muslim dalam bersikap.  Pesta kembang api di tengah berkecamuknya perang di Gaza, jumlah korban perang meningkat dan penderitaaan muslim Rohingya adalah satu bentuk abainya kaum muslim terhadap urusan umat.

     Di sisi lain, seiring waktu, sikap umat mulai kendor dalam menyuarakan pembelaan terhadap palestina,  juga pemboikotan produk mulai melonggar. Umat juga terpecah dalam mensikapi  muslim Rohingya. Apalagi makin kuatnya pembungkaman oleh Meta pada akun yang menunjukkan pembelaan terhadap Palestina. Ini lah buah Nasionalisme yang memupus ukhuwah 
umat harus terus menyadari bahwan Umat Islam adalah satu tubuh, sehingga wajib menunjukkan pembelan, pertolongan dan sikap yang nyata.  
Umat butuh Khilafah untuk menjaga agar setiap muslim tepat dalam bersikap mengamalkan hadis Nabi tersebut.
.الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ

“Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lainnya, tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya (dizalimi).” (HR. Bukhari, 2262 & Muslim).

   Hanya Khilafah yang mampu menyelamatkan kaum muslim yang tertindas di bumi manapun. Karena khilafah adalah perisai dan penjaga kehormatan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak