Penulis : Rahma Al-Tafunnisa
Bumi al-Quds membara. Kaum muslimin pun berduka. Ribuan kaum muslimin insya Allah menjadi syuhada dalam korban perang menghadapi penjajah zionis yahudi laknatullah. Kejahatan mereka pun dipertontonkan di seluruh dunia. Dunia menyaksikan kekejaman yang mereka lakukan selama ini. Sejak tahun 1948 hingga 2024 sekarang ini, belum puas mereka menjajah tanah Palestina. Padahal tanah Palestina sebelumnya menjadi tempat yang aman bagi tiga agama, yaitu yahudi, Nasrani, dan Islam. Namun sekarang jauh dari kata aman, justru tragedi berdarah terparah sepanjang sejarah terjadi di sana.
Sudah lenih dari 100 hari genosida di Gaza, Palestina, sejak balasan Isreal atas penyerangan Hamas 7 Oktober 2023 tahun lalu, tercatat sudah sebanyak 23.843 orang warga Palestina yang tewas dan lebih dari 60.317 luka-luka. Protes pro-Palestina di seluruh dunia-dari Johannesburg hingga Washington, DC-menyerukan diakhirinya serangan ke Gaza. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa perang di Gaza “menodai kemanusiaan” menjelang hari ke-100 ketika Perdana Manteri Israel Benjamin Netanyahu menggandakan sumpahnya untuk mengalahkan Hamas.
Konflik yang menghancurkan ini telah memicu krisis kemanusiaan di Gaza dan kekhawatiran akan eskalasi regional semakin meningkat setelah pasukan AS dan Inggris menyerang pemberontak Houthi pro-Hamas di Yaman setelah serangan terhadap laut merah. Israel bersumpah untuk menghancurkan penguasa Islamic Gaza dan melancarkan pengeboman tanpa henti yang telah menewaskan puluhan ribu korban. Termasuk di dalamnya ada anak-anak dan perempuan.
Pengepungan yang dilakukan oleh Israel kepada Palestina telah memicu terjadinya kekurangan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar yang akut di Gaza. Di mana rumah sakit pun sudah diruntuhkan. Bagaimana anak-anak mengantri makanan dengan berdesak-desakan, bagaimana mereka merintih kedinginan disaat tidak ada tempat tinggal yang layak bagi mereka. Dan bahkan tenda-tenda kemah di tempat pengungsian di Rafah, Jalur Gaza Selatan tergenang banjir akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Gaza. Tentu mereka semakin menderita, musibah satu demi satu mereka alami. Rumah, harta, kendaraan, bahkan keluarga meraka pun hilang tertimbun reruntuhan.
Mereka hidup dengan terror setiap harinya, tidak ada ketenangan dan rasa aman bagi mereka. Karena tidak ada yang mampu melindungi mereka. Sangat miris, dengan jumlah muslim terbesar di dunia sebanyak 2,19 milir, namun nyatanya tidak mampu mengusir para penjajah dari tanah Palestina. Begitu banyak negara-negara muslim terkuat yang mempunyai militer dan alat yang memadai untuk mengusir penjajahan di Palestina, seperti Mesir, Yordania, dan Turki. Namun nyatanya mereka tidak bisa mengirimkan militer mereka.
Bantuan kemanusiaan terus diberikan kepada Palestina. Namun, sesungguhnya yang dibutuhkan bukan hanya untuk korban, sementara penajajah dibiarkan eksis untuk membantai korban. Karena akar masalah Palestina adalah penjajahan. Penjajahan hanya bisa dilenyapkan dengan diusir. Secara manfaat bantuan memang sangat diperlukan. Namun, manakala akar masalah tidak diselesaikan dengan tuntas, maka masalah lainnya tidak akan pernah selesai. Demikian juga dengan Solusi dua negara (two state solution). Solusi ini diusung dan dipaksakan oleh PBB serta negara-negara kafir Barat khsusunya AS dan Eropa, inipun Solusi bohong dan batil. Apalagi zionis yahudi adalah orang pertama yang menentang solusi ini, tidak tau malu bukan? Harusnya yang tidak setuju adalah Palstina, karena mereka lah yang mempunyai hak utuh atas tanah Palestina, bukan zionis.
Selain itu, jika Palestina mau menerima solusi dari PBB tersebut, sama saja mereka mengakui entitas zionis yahudi di tanah mereka. Karena dalam Islam sendiri mengakui entitas penjajah yahudi di tanah meraka adalah haram. Zionis telah merampok, mengusir, serta membunuh warga Palestina dengan kejam. Kita ketahui juga bahwa tanah Palestina adalah tanah kharajiah atau tanah yang dimiliki oleh kaum muslim yang diperoleh dari jalan jihad.
Sudah berlalu 100 hari kekejaman zionis belum juga berakhir, bahkan menunjukkan peningkatan intensitas tindak kekerasan. Kaum muslimin Palestina jelas membutuhkan bantuan, khsusunya tentara muslim yang akan membantu perjuangannya. Sayangnya negeri muslim tidak banyak yang membantu untuk melenyapkan penjajah. Dan yang dapat membantu pun mengalami keterbatasan akibat adanya hukum-hukum internasional dan sekat nasionalisme yang menghalangi satu negara masuk ke negara lain. Palestina membutuhkan adanya pergerakan dunia Islam untuk membangkitkan umat, yang mampu mewujudkan bantuan nyata dari negeri-negeri muslim berupa pengiriman tentara.
Harus ditegaskan bahwa akar dari masalah Palestina adalah pendudukan, tidak ada solusi lain selain pengusiran. Dengan apa mengusir mereka? Tentu dengan mengirim tetara-tentara muslim. Merekalah yang akan melakukan jihad fi sabilillah. Namun, jihad akan efektif jika dikomando oleh seorang pemimpin, seorang khalifah dalam sistem khilafah. Karena solusi tuntas pendudukan Palesina hanya akan tuntas dengan keberadaan khilafah. Khilafah akan membebaskan Palestina dengan segenap kemampuan karena menjadi kewajibannya sebagai pelindung kaum muslim. Serta umat harus berjuang bersama untuk menegakkan kembalinya khilafah.
Khilafah akan menghentikan kolonialisasi, dominasi dan hegemoni Barat dengan tata dunia saat ini. Khilafah akan menghancurkan sistem sekuler-kapitalistik-demokrasi yang menghisap kekayaan dan keamanan negeri-negeri muslim. Khilafah akan memebrikan kebaikan untuk semesta. Muslim dan orang kafir. Rahmatan lil ‘alamin.
Wallahu a’lam bi ash-shawaab