Oleh : Ummu Ahnaf
Tahun baru seyogianya tentang harapan dan resolusi. Namun, ada sisi gelap dari perayaan pergantian tahun yang menakutkan.
Kota Mataram saat ini tumbuh menjadi kawasan metropolitan. Di bawah bayang-bayang sisi gelap dari perayaan pesta secara besar-besaran.
Pesta, hura-hura, dan seks bebas. Untuk seks bebas, ibu kota sulit menghindarkan diri dari maraknya kasus tersebut. lombok.post. Kamis,( 28/12/2023).
Perayaan negatif yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Rusaknya generasi muda karena diterapkan sistem demokrasi -sekulerisme. Yang memisahkan agama dari kehidupan. Baik dalam rahan individu ataupun dalam mengatur sistem bernegara. Islam memiliki begitu banyak aturan namun sayangnya negara lebih memilih membebek pada mabda kapitalis - sekulerisme yang memiliki semboyan kebebasan berpendapat, dan bertingkah laku. Perbuatan tidak lagi distandarkan pada aturan al-khaliq. Perbuatan zina tak lagi di anggap dosa besar. Yang penting sama-sama suka dan sama-sama menikmati. Kebanyakan generasi muda kehilangan identitas sebagai seorang yang mengaku muslim. Jika tahun baru di anggap sebuah pergantian waktu atau hari. Harusnya bukan di jadikan wadah untuk bermaksiat. Tragis jika akhirnya suatu kehidupan di akhiri sedang bermaksiat kepada Allah SWT.
Mengembalikan Identitas Generasi Muda hanya dengan Sistem Khilafah Islamiyyah
Agar masyarakat, khususnya generasi muda tidak terperosok dalam kesia-siaan, maka mereka harus disibukkan dengan ketaatan. Dan dalam hal ini tidak hanya peran keluarga, namun perlu perlu ada peran negara dalam mengontrol ketaatan setiap individu. Generasi muda di arahkan dan dibina baik dalam membaca, mendengar atau menghafal Alquran, hadits, kitab-kitab tsaqafah para ulama’, atau berdakwah di tengah-tengah umat dengan mengajar di masjid, kantor, tempat keramaian, dan sebagainya. Mereka juga bisa menyibukkan diri dengan melakukan perjalanan mencari ilmu, berjihad, atau yang lain.Mereka harus benar-benar menyibukkan diri dalam ketaatan. Hanya dengan cara seperti itu, mereka tidak akan sibuk melakukan maksiat. Karena itu, dalam usia 20 tahunan, Imam an-Nawawi, misalnya bisa menghasilkan berjilid-jilid kitab. Bahkan, Imam Ahmad, bisa mengumpulkan dan hafal lebih dari satu juta hadits. Imam Bukhari juga begitu. Semuanya ini memang membutuhkan negara dengan sistemnya yang luar biasa. Yaitu sistem Khilafah Islamiyyah, bukan yang lain.
Wallahu a'lam bishshawab
Tags
Opini