Oleh Mirna
Miris, mungkin ini kata yang tepat menggambarkan situasi teleportasi non magic Indonesia diawal tahun 2024. Selain kasus DBD yang meningkat tajam dan mengancam jiwa. Keamanan alat transportasi juga menjadi PR besar masih belum bisa dikelola dengan baikoleh pemerintah negeri ini. Parahnya lagi cacatnya penanganan alat trasnportasi ini tidak terjadi pada kendaraan milik pribadi namun “kendaraan: milik instansi Pemerintah di bawah naungan BUMN yakni PT KAI. Kereta Api (KA) Turungga dan KA Lokal Bandung Raya tabrakan di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Jabar). Empat orang tewas dalam kecelakaan ini.Insiden maut itu terjadi di jalur petak Stasiun Cicalengka-Haurpugur, Jumat (5/1) pukul 06.03 WIB. Akibat kecelakaan itu, beberapa perjalanan kereta api dialihkan. Sejatinya peristiwa semacam ini tidak terjadi jika koordinasi dan zero accident diterapkan dengan baik oleh pemerintah.
Kejadian semacam ini adalah pukulan telak bagi kinerja para pemimpin negeri. Kereta Api bukanlah milik perorangan namun milik seluruh rakyat Indonesia yang dikelola langsung oleh badan usaha milik negera. Dengan kata lain kereta api adalah alat tranportasi umum, dengan kapasitas angkut besar dan biaya yang lumayan terjangkau yang dibangun dengan tujuan mempermudah akses mobilitas masyarakat dalam beraktivitas. Satu hal yang mungkin tidak bisa dipungkiri ajal bisa datang kapan saja dan bisa lewat jalur mana saja, entah darat, laut ataupun udara. Namun bukan berarti pemerintah lalai dan membahayakan banyak nyawa. Apalagi jalur kereta api tidak seperti jalur kendaraan umum maupun pribadi darat lainnya, yang bisa serobot kiri kanan. Kereta api memiliki jalur tempuh satu arah dengan rel sebagai jalannya. Mustahil sebenarnya terjadi tabrakan jika berjalan sesuai SOP yang ditetapkan.
Kemudian menjadi wajar jika rakyat merasa tidak aman dan tidak percaya lagi pada alat transportasi umum seperti kereta api. Perasaan was-was dan takut kalau-kalau kecelakaan dan merenggang nyawa saat menaiki kereta api, ini tentu akan berimbas pada rendahnya pemasukan Negara itu sendiri, selain factor ekonom kegagalan negara dalam menjamin dan memberikan rasa aman pada warga saat berada dalam fasilitas trasnportasi tentu menjadi sorotan yang paling utama. Kondisi ini mencoreng nama baik tidak hanya dalam negeri namun juga luar negeri. Berita semacam ini menjadi refleksi awal tahun dan headline news diberbagai platform, menimbulkan dampak negative berupa penilain buruk dari warga net baik dalam maupun manca negara tentang rendahnya kendali keamanan warga bahkan pada taraf paling dasar yakni persoalan pengantaran saja. Apalagi kasus ini terjadi berulang dengan jarak hanya beberapa bulan. Sehingga pantas saja jika media luar menyebut kereta api milik bangsa ini sudah tua dan tidak aman saat dinaiki.
Sebagian besar proyek negeri ini sering mengabaikan asas safe guard dan AMDAL, sehingga kecelakaan kerja, kelola lahan dan lainnya jauh dari standar operasional prosedur yang aman dan menjaga. Akan tetapi hal ini sudah menjadi rahasia umum dinegeri yang mendapat julukan “wakanda” ini. Padahal nyawa bukan soalan bisnis semata, namun soal kelangsungan hidup yang tergantung padanya. Ada berapa banyak keluarga yang menjadi kesulitan saat salah satu anggota keluarganya meninggal. Sistem ekonomi kapitalis yang hanya melihat dari satu sudut pandangan “untung” saja sebenarnya adalah biang kerok utama mengapa kinerja penguasa negeri menjadi lemah dan bobrok. Sistem ini membuat banyak proyek mangkrak dan menelan banyak biaya namun gagal launching sesuai rencana. Kondisi ini sangat berbeda dengan pengolaan pemerintahan pada masa Islam Berjaya, alat trasnportasi yang aman, nyaman dan murah pada masa itu bukan impian semata namun nyata terwujud. Hal ini karena pemimpin dalam Islam memiliki mafhum ra’awiyah, yakni sebuah pemahamn yang menyatakan bahwa pemimpin pada dasarnya adalah pelayan ummat. Karena perkara tanggung jawab bukan hanya urusan dunia, namun juga akhirat. Sebagai mana sabda Rasulullah Pemerintah adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang ia urus (Bukhari). Pengaturan alat trasnportasi tidak menye-menye namun sesuai standar yang memberikan rasa aman dan nyaman serta sesuai syariat saat digunakan. Wallahu’alam bishshawab.
Tags
Opini