Oleh : Eka Ummu Hamzah
(Pemerhati Masalah Publik)
Memasuki bulan ke 4 konflik antara Israel-Palestina belum juga berakhir.
Belum ada tanda-tanda kapan ini akan berakhir. Sedangkan serangan-serangan yang dilancarkan Israel ke wilayah Gaza telah banyak menimbulkan kerugian, baik berupa korban jiwa hingga fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah, rumah sakit dan peralatan medis yang sangat dibutuhkan oleh warga Gaza.
Pada Jum'at 5 Januari 2024, Kementerian Kesehatan Gaza menyampaikan bahwa serangan-serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 hingga kamis waktu setempat telah menewaskan 22.435 orang. Sedangkan dalam 24 jam terakhir, korban jiwa mencapai angka 125 orang sedangkan yang terluka 57.614 orang. ( CNBC Indonesia. Jum'at 5 Januari 2024).
Sedangkan gerbang-gerbang penghubung antara Palestina dengan negara di sekitarnya dikuasai dan dijaga ketat oleh pasukan Israel, sehingga tidak memungkinkan bantuan-bantuan masuk secara bebas.
Dengan kejahatan dan kebrutalannya ini Israel berusaha untuk meyakinkan dunia bahwa yang mereka hanya melawan kelompok teroris Hamas. Tapi dengan kecanggihan teknologi sekarang ini justru memperlihatkan bahwa mereka melakukan penyerangan bahkan dunia menyebutnya genosida terhadap warga sipil Palestina, khususnya Gaza.
Semua kejahatan dan kebiadaban Zionis Israel ini disaksikan oleh mata dunia, termasuk oleh para pemimpin negeri kaum Muslim, khususnya penguasa negeri Arab. Namun, seperti biasa, mereka diam seribu bahasa. Kalaupun bertindak, hanya sekedar retorika, mengecam, atau hanya mengirim bantuan-bantuan kemanusiaan. Para pemimpin Muslim ini seakan berlindung pada topeng seruan bantuan kemanusiaan, yang tidak menyelesaikan masalah. Bantuan kemanusiaan tidak akan menghentikan kebiadaban penjajah Zionis Israel ini.
Mereka tampil seakan peduli dengan penjajah terhadap Palestina, tapi disisi lain mereka justru berkhianat dengan menjalin hubungan diplomasi kerjasama ekonomi dengan Zionis Israel.
Adapun usulan untuk membawa masalah ini ke PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) adalah halusinasi dan mimpi di siang bolong. Contohnya adalah menuntut Dewan Keamanan PBB untuk mengambil resolusi yang tegas dan mengikat yang memberlakukan penghentian agresi. Padahal semua sudah paham bahwa resolusi ini tidak akan pernah lolos karena pasti akan diveto oleh Amerika. Sebab, PBB adalah bentukan Amerika dan sekutunya untuk membungkam dan menekan negara-negara Islam yang berada dalam organisasi ini. Jadi, mengemis pada PBB adalah kebodohan yang berulang.
Jelas, yang dibutuhkan bukan hanya sekedar kecaman apalagi meminta bantuan PBB, tapi adalah langkah kongkrit untuk menghentikan kebiadaban Zionis ini, yakni mengusir penjajahan Yahudi Israel dari negeri Palestina. Berdasar kan syariat Islam, yang harus dilakukan ialah bersatunya kaum Muslim untuk jihad fii sabiilillah memerangi dan mengusir penjajah Yahudi dari negeri yang diberkahi ini. Dalam perang ini yang dihadapi oleh umat Islam sesungguhnya bukanlah hanya entitas penjajah Yahudi Israel, tetapi juga negara-negara Barat seperti Amerika, Inggris dan Eropa dan lain-lain.
Karena itu sesungguhnya yang kita hadapi adalah kekuatan politik global yang juga siapa mengerahkan militer mereka. Maka wajib adanya mobilisasi militer dari negeri-negeri Islam untuk menghadapi kekuatan global ini. Butuh satu sistem yang akan menggerakkan dan menyatukan kaum Muslim serta penguasa-penguasa Muslim di berbagai belahan dunia. Sistem ini tidak lain adalah tegaknya syariat Islam. Dengan komando satu orang pemimpin yang menaungi seluruh kaum muslimin dengan seruan jihad fii sabiilillah untuk mengusir setiap penjajahan di negeri-negeri Muslim termasuk Palestina. Karena setiap kaum muslimin adalah saudara bagi muslim yang lainnya. Oleh karena itu, ketiak saudara-saudara kita diperangi, sesungguhnya wajib bagi setiap kaum muslimin untuk membela dan menolong. Allah SWT berfirman :
" Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusir kalian (QS. Al-Baqarah: 191)".
Wallahu 'alam
Tags
Opini