Oleh : Leni Setiani
Aktivis Muslimah Karawang
Lucu dan menggemaskan, itulah identiknya anak-anak. Tingkah mereka yang jenaka membuat semua orang tertawa. Jiwa mereka yang masih bersih pastinya condong kepada kebaikan. Namun aneh apabila ada seorang anak yang keluar dari fitrah kekanak-kanakannya.
Kasus seorang anak di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri menandakan seorang anak yang keluar dari fitrah kekanak-kanakannya. Korban tersebut ditemukan sudah tidak bernyawa di dalam kamarnya, Rabu (22/11). Aksi nekad bocah SD itu diduga dipicu karena dilarang bermain HP.
Kasus bunuh diri anak bukan kali ini saja terjadi. Pemerintah mencatat, setidaknya terdapat 20 kasus bunuh diri anak-anak sejak Januari 2023. Hal itu disampaikan Deputi bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA). Nahar (rri.co.id 11/11/2023).
Angka yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Faktor penyebab terbanyak disebabkan oleh perundungan. Kasus ini harus menjadi perhatian karena mengingat usia anak yang memutuskan bunuh diri masih sangat belia. Apalagi saat ini bunuh diri mulai menjadi fenomena di tengah masyarakat.
Banyak hal yang perlu diperhatikan mulai dari apa yang menjadi penyebab bunuh diri, sumber anak mengetahui cara bunuh diri dan kondisi mental anak-anak. Generasi bermental tangguh menjadi tanggung jawab beberapa pihak diantaranya keluarga, masyarakat dan negara. Namun di sistem sekuler-kapitalisme ketiga peran tersebut dieliminasi.
Saat ini banyak keluarga mengawali rumah tangga tidak disertai kesiapan menjadi orang tua dan tidak ada gambaran jelas karakter anak yang akan dibentuk. Orang tua yang bekerja sudah menjadi tren di masyarakat karena tuntutan gaya hidup yang konsumtif.
Masyarakat yang terbentuk di sistem ini adalah masyarakat yang identik dengan sifat individualisnya. Mereka cenderung membiarkan kebiasaan buruk seperti main HP dan membuka situs yang tidak mengedukasi. Maka anak-anak yang lahir dari masyarakat sistem ini adalah individualis dan materialis.
Dan pihak yang paling bertanggung jawab adalah negara karena negara adalah pihak yang mengatur jalannya sistem pendidikan negeri dan mengatur media yang diakses masyarakatnya. Kurikulum sekuler yang memisahkan antara agama dan kehidupan telah menjauhkan generasi dari pemahaman terhadap aturan Allah.
Tidak ada tindakan tegas dari negara dalam melarang tayangan liberal, hedon hingga memamerkan kemaksiatan. Tentu semua ini sangat berpengaruh pada kesehatan mental anak.
Solusi Islam
Islam bukan hanya sekedar agama namun juga sistem. Sistem Islam akan menjadikan aturan Islam sebagai satu-satunya aturan dalam kehidupan baik individu, masyarakat maupun negara. Ketiga pilar ini wajib memperhatikan tumbuh kembang anak. Dari ketiganya tidak boleh ada satupun pilar yang mengabaikannya dari pembentukan generasi berkualitas karena generasi adalah estafet peradaban.
Keluarga menjalankan perannya dengan baik yaitu mengasuh, menyayangi dan mendidik anak sesuai dengan akidah Islam sehingga anak tak kurang kasih sayang dan tumbuh menjadi pribadi takwa.
Masyarakat juga akan menjalankan fungsi kontrol sosial yaitu dengan aktivitas amar ma'ruf nahi munkar sehingga masyarakat akan terwarnai dengan nasihat yang baik.
Selain itu negara Islam akan menerapkan sistem pendidikan Islam yang berasaskan aqidah Islam sehingga mencetak remaja yang berkepribadian Islam, menguasai tsaqafah Islam dan mumpuni dalam iptek. Negara juga akan mengkontrol informasi yang beredar di masyarakat adalah perkara dakwah dan kebaikan. Informasi tentang bunuh diri dan segala hal yang melanggar syariat tidak akan dibiarkan tayang.
Dengan demikian maindset generasi akan tersuasanakan dalam kondisi takwa. Generasi akan faham jati dirinya sebagai hamba yang akan beramal sesuai syariat karena ia faham segala hal yang ia lakukan di dunia akan dipertanggung jawabkan.
Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang bersyukur atas kehidupan yang diberikan oleh Allah sehingga tidak akan terbesit keinginan untuk bunuh diri. Sungguh Islam memiliki segala solusi persoalan manusia. Wallahualam bishawab.
Tags
Opini