Oleh : Diajeng Tiara Anjani ( Mahasiswa / Aktivis Dakwah )
Dalam sistem kapitalis saat ini, pemerintah negara-negara berkembang berambisi ingin keluar dari jebakan pendapatan menengah pada tahun 2030 ditengah sulitnya mencapai tingkatkan pendapatan rata-rata serta menelat fakta ekonomi yang tidak merata. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, untuk bisa keluar dari negara berpendapatan menengah dan menjadi negara maju, pendapatan per kapita Indonesia harus berada di atas. US$10.000 atau Rp150 juta per bulan antara tahun 2030 dan 2045. Jebakan pendapatan menengah adalah situasi di mana suatu negara berusaha mencapai tingkat pendapatan rata-rata tetapi tidak dapat melepaskan diri menjadi negara maju.
Saat ini pendapatan per kapita Indonesia sebesar 4.700 USD atau setara dengan Rp 73 juta (dengan asumsi nilai tukar Rp 15.693/USD). Setelah itu, pendapatan per kapita Indonesia diperkirakan meningkat sebesar US$5.500 atau Rp 86 juta. pada tahun 2024 dan diperkirakan akan mencapai US$10.000 pada tahun 2045.
Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang stagnan di kisaran 5% dalam dua dekade terakhir. Menyebabkan peluang Indonesia bisa menjadi negara maju pada 2045 gagal. Menurut Chaikal, ada sejumlah persoalan yang membuat kondisi ekonomi Indonesia seperti ini selama 20 tahun terakhir. Misalnya ialah Indonesia masih menjadi negara produsen bahan baku mentah dan sebagian besar sebagai konsumen barang dan jasa. Bahkan, sebagai sebuah bangsa, Indonesia ditegaskannya menjadi konsumen tidak hanya barang dan jasa berteknologi tinggi, melainkan juga berteknologi rendah.
Hasto menjelaskan bahwa pembangunan keluarga adalah pondasi utama tercapainya kemajuan bangsa. BKKBN kemudian mendefinisikan pembangunan keluarga itu adalah untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas, yang hidup dalam lingkungan yang sehat.
Lantas apakah cukup bertumpu pembangunan keluarga menghasilkan negara maju?
Menyoroti tingginya angka perceraian di Indonesia adalah pucak kelemahan-kelamahan pada keluarga yang akan diharapkan sebagai tumpuan negara maju. Penyebab utama tingginya angka perceraian karena rusaknya pada manusia yakni kurangnya ilmu agama atau pondasi berkeluarga yang mengikuti masalah perceraian karena ekonomi, mental, KDRT dll. Hasto mengatakan bahwa sejak 2015 angka perceraian meningkat pesat. Pada tahun 2021 jumlahnya mencapai 581 ribu keluarga yang bercerai, sedangkan jumlah pernikahan setahun 1,9 juta.
Ini merupakan gambaran atau kondisi keluarga hari ini yang sudah jelas kelemahannya dikarenakan kurangnya pondasi agama yang mengatur mereka, terkhusus pada individunya dan negara yang abai terhadap urusan yang menjadi cikal bakal perceraian hari ini, negara kapitalisme menunjukkan banyak sisi lemah bahwa hari ini eksistensinya tidak merujuk penuh dalam mengurusi urusan umat terlebih bagaimana ia menunjukkan ketidak mampuan dalam menciptakan target besar "Indonesia Emas" yakni negara maju , ketika kita bercerita sejahtera hari ini bahkan dari lingkup terkecil saja negara kapitalisme tak mampu memberikan solusi tuntas terhadap rakyatnya pembunuhan dimana-mana, perceraian dimana-mana, Koruptor merajalela, kemiskinan melonjak, perzinahan dimana-mana, hingga angka bunuh diri yang semakin tinggi.
ketika kita melihat lemahnya dalam perekonomian hari ini, keluarga yang kadang susah untuk makan setiap harinya, pengangguran dimana-mana, upah yang semakin rendah, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin, dikarenakan kapitalisme memiliki sistem kepemilikan yang bebas, pemilik modal bebas berkuasa sedangkan kaum menengah kebawah adalah target bisnis atau konsumen hari ini.
maka berbicara negara maju adalah kemustahilan bagi sistem kapitalisme terlebih hanya berharap pada peran keluarga, selama negara masih mengadopsi sistem kapitalisme maka ia akan terus gagal menjadi negara maju, sebab negara tak diatur menggunakan aturan yang benar yakni aturan islam, cuma aturan islam yang mampu mengatur kehidupan manusia dari masalah kecil hingga besar dengan sempurana, masalah masuk kamar mandi hingga membangun negara, terbukti bagaimana islam berdiri gagah dengan wadah raksasa yakni khilafah islamiyah, rakyat hidup sejahtera, membrantas kedzolimanan, negara hadir sebagai peran dalam mengurusi urusan rakyat, maka solusi satu-satunya adalah memperjuangkan islam secara kaffah yang akan diterapkan didalam khilafah islamiyah.
Wallahu a'alam biashawab.